Kejutan-kejutan Angelino

Foto: Vitalii Vitleo - Shutterstock

Angelino, si anak hilang di Manchester City, kini bersinar di Leipzig.

Sudah delapan formasi berbeda yang diterapkan Julian Nagelsmann untuk RB Leipzig musim ini. Belum ada yang lebih banyak darinya di Bundesliga. Dia bahkan tak segan mencoba berbagai formasi kala laga berlangsung.

Semua itu, pertama-tama, menunjukkan betapa adaptifnya Nagelsmann. Kedua, hal demikian membuat timnya benar-benar tak terprediksi alias penuh kejutan. Inilah salah satu keunggulan eks pelatih Hoffenheim itu.

Sekarang daya kejut tersebut kian merepotkan lawan-lawan mengingat kehadiran seseorang yang tak kalah mengejutkan. Namanya Jose Angel Esmoris Tasende. Panggilannya Angelino, seorang wing-back yang mengisi sisi kiri dalam skema 3–4–2–1 Nagelsmann bersama Roten Bullen.


Cara paling gampang untuk melihat kejutan yang diberikan Angelino adalah lewat gelontoran golnya. Kendati Nagelsmann selalu memainkannya sebagai wing-back kiri, Angelino mampu mencetak delapan gol di seluruh kompetisi musim ini.

Itu adalah jumlah tertinggi di antara seluruh pemain Leipzig. Angelino mengungguli para pemain yang posisinya lebih berpeluang bikin banyak gol. Ada Christopher Nkunku dengan tujuh gol serta Marcel Sabitzer yang punya catatan enam gol.

Namun, ketika melihat Angelino berlaga, kita lantas tahu bahwa semua gol itu adalah kulminasi dari segala bentuk kejutan yang kerap ia peragakan di atas rumput lapangan. Itu adalah kualitas Angelino yang disukai Nagelsmann.

Hilang di City, bersinar di Leipzig

Dalam waktu berdekatan Angelino mengeluarkan dua opini berkebalikan soal dua pelatih berbeda. Yang pertama Pep Guardiola, pelatihnya di Manchester City, klub yang Angelino perkuat sebelumnya.

Di hadapan para wartawan Angelino berkata, “Pep telah membunuh saya dan kepercayaan diri saya.”

City sebetulnya sempat menaruh harap besar pada pemain yang kini berusia 24 tahun tersebut. Itulah mengapa mereka merekrut Angelino dari Deportivo La Coruna ketika masih berusia 16 tahun. Waktu itu, City mendatangkannya untuk bermain di tim U-18 dan U-23.

Seiring usia yang terus bertambah, Angelino bukannya mendapat kesempatan bermain yang lebih besar. Pemain asal Spanyol ini justru lebih sering bertualang sebagai pemain pinjaman di banyak klub luar negeri, mulai dari New York City, Girona, Real Mallorca, hingga NAC Breda.

PSV Eindhoven menambah panjang daftar itu pada musim 2018/19. Di tim inilah Angelino mulai mampu bersinar. Berlaga 34 kali di kompetisi Eredivisie, Angelino tmencetak sebiji gol dan 9 assist, terbanyak ketimbang pemain PSV lainnya.

Catatan itu membawa Angelino kembali ke City. “Kami membawanya kembali karena dia melakukan pekerjaan luar biasa di Eindhoven,” tutur Guardiola.

Namun, ucapan tersebut tak berbeda jauh dengan omong kosong karena Angelino jarang mendapat kesempatan tampil. Sepanjang paruh pertama 2019/20, cuma enam kali dia tampil di Premier League. Dari sinilah opininya soal Guardiola tadi bermula.

“Setelah pindah dari (PSV) Eindhoven dan kembali ke City, ia cuma menilai saya pada dua pertandingan pramusim, tetapi tidak memberi saya kesempatan lagi,” tutur Angelino.

Dari City, Angelino hengkang ke Leipzig. Mula-mula cuma pinjaman seperti sebelumnya. Karena performanya mengesankan, Leipzig memermanenkannya. Angelino juga merasa kerasan. Bukan cuma karena kesempatan tampil, tetapi juga karena sosok Nagelsmann.

“Nagelsmann berperan besar dalam lonjakan karier saya saat ini. Ketika dia bicara kepadamu, dia sangat berterus terang. Dia juga sangat ramah. Saya pikir kami memiliki hubungan yang baik,” ujar Angelino.

Nagelsmann juga sangat menyanjung tinggi wing-back-nya itu. Suatu hari dia bercerita bahwa Angelino sudah membuatnya kagum sekaligus terkejut sejak hari pertama. Salah satunya berkat kemampuan Angelino bermain di banyak posisi.

WhoScored menyebut bahwa Angelino sudah bermain di semua posisi pada area sisi lapangan Leipzig musim ini. Selain wing-back yang memang jadi posisi naturalnya, Angelino pernah memerankan sayap kiri serta penyerang sayap kiri.

Masuk akal jika Nagelsmann sangat menyukai Angelino. Terlebih, peran wing-back sangat krusial dalam taktiknya yang begitu memanfaatkan lebar lapangan.

“Dari sudut pandang seorang pelatih, kemampuan seperti itu memberi Anda kesempatan untuk mengubah sistem tanpa perlu melakukan pergantian pemain,” ujar Nagelsmann.

Jika ada satu hal yang membuat Angelino mampu memerankan semua posisi itu dengan sangat baik, menurut Nagelsmann, adalah pemahaman akan ruang yang begitu luar biasa.

Nagelsmann bahkan menganggap Angelino sebagai sosok cerdas dan satu-satunya pemain baru yang bisa langsung beradaptasi dengan gaya sepak bolanya tanpa masalah berarti. “Terutama dalam hal penyerangan,” sambung Nagelsmann.

Aspek menyerang memang jadi hal yang paling menonjol dalam diri Angelino. Kendati berposisi sebagai wing-back, Nagelsmann sengaja memberinya peran penting tiap kali menyerang. Dia bahkan mempersilakan Angelino berkreasi tanpa batasan.

Angelino sendiri yang mengakuinya. “Nagelsmann mengubah saya menjadi pemain yang lebih kreatif. Dia tak membatasi saya sama sekali. Dia benar-benar menaruh kepercayaannya pada saya dengan memberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri.”

Kulminasinya, Angelino menjadi pemain Leipzig yang paling sering menyentuh bola di sepertiga akhir lapangan (578 kali). Bahkan dia berada di urutan ketiga di Bundesliga, hanya tertinggal dari Jadon Sancho (887) dan Thomas Mueller (673).

Semua kebebasan di lini serang itu sendiri tak didapat Angelino begitu saja. Menurut Nagelsmann, Angelino adalah pemain dengan visi bermain yang tak biasa karena mengambil setiap keputusan secara intuitif.

Di atas lapangan, Angelino akan mengendus tiap pemain dan semua sudut lalu mengubahnya jadi situasi menguntungkan. Dia bisa tiba-tiba berada pada posisi tak terkawal, lalu mencetak gol. Catatan 6 assist dan 2,2 keypass per laga juga lahir dari naluri tersebut

Angelino menjadi pemain yang sangat tak terprediksi alias penuh kejutan. Laga melawan Atletico Madrid di perempat final Liga Champions musim lalu jadi contohnya.

Melihat Angelino menerima bola di sisi kiri, para pemain Atletico mengira dia akan melepaskan crossing ke depan gawang. Namun, bukan itu yang terjadi. Angelino justru melepaskan umpan datar ke depan kotak penalti. Tyler Adams yang berdiri di sana meneruskannya dengan gol kemenangan.

Kejutan lain juga terlihat dari hampir semua gol yang dicetaknya musim ini. Saat melawan Augsburg, Angelino tiba-tiba datang dari lini kedua untuk menyambut operan Dani Olmo. Sementara pemain lain fokus di depan kotak, Angelino bergerak menuju tiang jauh dan meneruskannya menjadi gol.

Tentu masih terlalu dini melabeli Angelino macam-macam. Namun, untuk saat ini, dia pantas berbangga dan mensyukuri pilihan bergabung dengan Leipzig. Apalagi, Leipzig mempertemukannya dengan sosok pelatih yang memberi dia kepercayaan sepenuhnya.

“Jika seseorang sangat percaya pada Anda memainkan Anda setiap minggu, Anda harus membayarnya kembali. Mudah-mudahan kami bisa bekerja sama untuk waktu yang lama.”

Kalau Angelino sudah bicara seperti itu, bersiap saja menyaksikan kejutannya yang lain.