Kejutan Messi, Persimpangan Pochettino

Lionel Messi saat resmi berlabuh ke PSG. Foto: @leomessi.

Kepindahan Messi ke Paris Saint-Germain memang mengejutkan. Namun, yang menarik, ia kini bertemu dengan orang yang acap bersimpang jalur dengannya: Mauricio Pochettino.

"Hidup adalah serangkaian kejutan yang mesti dilalui."

Itu adalah nasihat kakek yang selalu saya ingat. Dua pekan sebelum ajal menjemput, kakek masih berperi soal bagaimana hidup itu memang berkalang kejutan. Kita, kata kakek, tidak pernah tahu bagaimana kehidupan bakal bergulir. Yang kita bisa hanya berharap dan berencana.

Sialnya, lanjut kakek, harapan dan rencana yang sudah dibentuk tidak pernah bertahan lama dalam ingatan. Pelan dan pasti, harapan dan rencana itu mejauh dan memudar karena tuntutan realitas selalu mengacaukan ingatan. Catatan harian pribadi pun tidak betul-betul dapat menjadi pengingat yang sempurna.

Sampai suatu hari nanti, entah besok, lusa, tahun depan, atau bahkan satu dekade kemudian, apa yang sempat kita harapkan dan rencanakan datang begitu saja. Tanpa tedeng aling-aling.

Setelah itu, kita dipaksa mengingat dan menelusuri fragmen-fragmen kehidupan yang mengindikasikan bahwa harapan dan rencana kita sebetulnya selalu menggantung tepat di depan kita.

***

Sebelum sama-sama memperkuat Paris Saint-Germain, Mauricio Pochettino dan Lionel Messi acap bertemu di persimpangan jalan dunia sepak bola. Mereka saling bertegur sapa, tapi tidak pernah menjejak jalur yang sama.

Debut Messi bersama Barcelona pada 16 Oktober 2004, misalnya, Pochettino berada di lapangan yang sama. Saat itu, eks pelatih Tottenham Hotspur tersebut merupakan pemain Espanyol. Ia menjadi lawan Messi.

Satu tahun kemudian, Pochettino nyaris setim dengan Messi. Espanyol sudah mengajukan proposal untuk meminjam Messi. Awalnya, rencana Espanyol mendatangkan Messi berjalan mulus. Pembicaraan kedua belah pihak sudah masuk tahap akhir.

"Tapi, ia kemudian tampil bagus pada laga pramusim Joan Gamper, dan semuanya sirna," kata Pochettino sebagaimana mengutip TalkSPORT.

Kemudian, Pochettino dan Messi memiliki beberapa kedekatan. Pertama, mereka sama-sama lahir di Provinsi Santa Fe, Argentina. Jika Pochettino lahir di Kota Murphy, Messi pertama kali datang ke dunia melalui Kota Rosario. Kedua, Pochettino dan Messi adalah penggemar Newell's Old Boys.

"Kami sama-sama cinta Newell's. Sebab, kami berdua adalah lulusan akademinya," kata Pochettino.

Kedekatan-kedekatan itu dinilai banyak pihak sebagai kisi-kisi bahwa Pochettino dan Messi memang akan berada di jalur yang sama. Dan musim 2021/2022 adalah waktunya.

Dalam jumpa pers peresmian, Messi berujar bahwa Pochettino menjadi orang pertama yang ia hubungi sebelum memastikan berlabuh ke PSG. Bersama Pochettino juga, La Pulga diharapkan dapat memasukkan banyak trofi ke kabin PSG, terutama gelar Liga Champions.

Ambisi PSG untuk merengkuh banyak trofi musim ini meletup-letup. Itu terlihat dari aktivitas transfer pemain musim panas. Sebelum Messi, PSG sudah menggaet Sergio Ramos, Gini Wijnaldum, Gianluigi Donnarumma, dan Achraf Hakimi.

Pemain baru yang datang, tentu saja termasuk Messi, tidak hanya bertudung nama besar, tetapi juga sarat akan pengalaman. Mereka di antaranya pernah menjadi kampiun Piala Dunia, Piala Eropa, Premier League, Serie A, La Liga, dan Liga Champions.

Selain rekrutan anyar, PSG juga berisi pemain-pemain bintang. Ada Neymar dan Kylian Mbappe di lini depan. Ada juga Marco Verratti, Leandro Paredes, dan Marquinhos. Hanya dengan deretan nama-nama itu, PSG seperti sudah meneror lawan-lawannya.

Meski berisi pemain-pemain bintang, jalan PSG belum tentu mulus. Akan ada banyak batu sandungan yang siap menjatuhkan. Salah satunya adalah ego pemain. Label bintang acap membuat ego pemain meledak-ledak. Mereka ingin menjadi superstar di atas lapangan agar lampu sorot selalu tertuju kepadanya.

Jika ego pemain dapat diredam, persoalan selanjutnya adalah Pochettino harus dapat menempatkan dan memberi peran yang tepat kepada pemain-pemain bintang, khususnya di lini depan. Jangan biarkan kapasitas dan kapabilitas Messi-Neymar-Mbappe tidak termaksimalkan.

Pochettino hampir selalu memakai skema empat bek sejak mengarsiteki PSG. Sebagian besar adalah 4-2-3-1 dan 4-3-3.

Dengan skema 4-2-3-1, Pochettino berupaya membangun serangan melalui umpan pendek dan menciptakan peluang melalui bek sayap. Dua gelandang tengah, biasanya diisi Verratti dan Paredes, bertugas melancarkan serangan dan membuka ruang umpan.

Ketika gelandang memegang bola, bek sayap akan mencari ruang untuk menyisir tepi lapangan. Gelandang tengah dan sayap lari lebih ke dalam dan bergerak dinamis. Pergerakan gelandang serang dan sayap diharapkan dapat merusak bentuk pertahanan lawan, sehingga striker memiliki banyak ruang di sekitar kotak penalti.

Jika bermain dengan 4-3-3, Pochettino akan menugaskan Verratti untuk melakukan progresi serangan dengan umpan-umpan panjang. Ketiga penyerang tentu bergerak dengan cair. Dalam skema ini, peran fullback sangat krusial untuk menciptakan kans dari tepi lapangan.

Lalu, Messi bakal bermain di mana apabila Pochettino kembali menerapkan dua skema tersebut?

Dalam skema 4-2-3-1, Messi dapat berperan sebagai gelandang serang. Pos gelandang kanan-kiri bisa diisi oleh Angel Di Maria dan Neymar. Sedangkan, Mbappe didaulat sebagai penyerang.

Dengan atribut offensif yang lengkap, Messi bisa menjadi sumber peluang PSG dari sepertiga akhir pertahanan lawan. Di posisi itu, ia dapat menyodorkan umpan terobosan ke sisi kanan, kiri, atau bahkan kotak penalti.

Akurasi umpan Messi yang oke dapat memaksimalkan kecepatan-kecepatan gelandang sayap, termasuk fullback. Jika operan-operan di sepertiga akhir tersumbat, Messi tentu akan melakukan dribel-dribel ciamik.

Mengacu Fbref, Messi merangkum 259 umpan sukses ke dalam kotak penalti musim lalu. Jumlah tersebut menjadi catatan tertinggi Messi selama empat musim terakhir. Selain itu, Messi mampu menciptakan 129 peluang bagi Barcelona sepanjang musim 2021/2021.

Peran dan tugas Messi apabila PSG memasang 4-3-3 akan serupa dengan apa yang ia lakukan bersama Barcelona. Messi bakal mengisi pos penyerang sebelah kanan. Semua mungkin sudah tahu apa yang dapat Messi lakukan saat bermain di pos tersebut: Melakukan cut inside dan menembak dari jarak jauh atau mengirim umpan terobosan kepada penyerang lainnya.

Satu lagi. Jangan lupakan telepati Messi-Neymar. Kedua pemain tersebut plus Luis Suarez menjadi sumber gol Barcelona pada periode 2014 sampai 2017. Total 364 gol dirangkum oleh ketiga pemain itu. Yang membedakan dengan musim depan di PSG hanya keberadaan Suarez yang digantikan Mbappe.

Awal musim 2020/2021, Messi sempat berkata kepada DAZN bahwa ketertarikannya mencetak gol sudah tidak seperti dulu. Ia mulai menikmati peran sebagai kreator dan fokus pada permainan bukan mencetak gol.

“Saya semakin jarang memikirkan tentang gol. Saya sekarang lebih berpikir bagaimana caranya menjadi kreator gol daripada menjadi pencetak gol itu sendiri,” ujar Messi.

“Tentu saya senang saat saya mencetak gol. Jika ada kesempatan, saya akan melakukannya. Namun, saat ini, setiap kali akan bertanding, saya tidak lagi terlalu fokus pada gol. Saya lebih fokus pada pertandingan. Saya tidak terobsesi lagi oleh gol.”

Meski setelah berbicara demikian Messi merangkum 38 gol di lintas ajang, mungkin mesin depan bersama PSG, ia bisa betul-betul menjadi kreator. Sekarang, mari kita tunggu apa yang akan Messi berikan bersama PSG, selain pamor dan pemasukan.