Kerja Keras bagai Dirk Kuyt

Ilustrasi: Arif Utama

Dirk Kuyt adalah salah satu pemain favorit fan Liverpool. Salah satu momen paling memorial dalam kariernya di Anfield adalah saat cetak hat-trick ke gawang Manchester United.

Kita, sebagai individu, punya memori yang berbeda terhadap sesuatu. Individual memori. Ingatan-ingatan itu, tulis Thomas J. Anastasio dkk, hadir dari pengalaman kita sendiri sebagai individu. Ia tidak dicampuri oleh kepentingan orang lain. Subjektif.

Ketika mengingat seorang Dirk Kuyt, misalnya, kita punya ingatan kolektif bahwa ia adalah pemain asal Belanda yang pernah main di Liverpool. Namun, kita juga pasti punya ingatan masing-masing tentangnya.

Mungkin ada yang mengingatnya sebagai pencetak gol di final Liga Champions 2007, ada yang mengingatnya sebagai pemain tak kenal lelah, ada yang mengingatnya sebagai pemain sayap dadakan, ada yang mengingatnya sebagai wing-back Belanda di Piala Dunia 2014, ada juga yang mengingatnya sebagai pencetak hat-trick ke gawang Manchester United.

Semua hal di atas benar. Namun, ingatan mana dari Kuyt yang paling lekat di kepala bergantung pada pengalaman kita masing-masing. Kalau saya pribadi, sih, yang terakhir.

***

Sepanjang kariernya di Liverpool, Dirk Kuyt bermain 13 kali melawan Manchester United di semua kompetisi. Tentu saja itu jumlah yang banyak. Namun, dari 13 pertemuan itu, Kuyt hanya mampu membobol gawang 'Iblis Merah' sebanyak empat kali. Yang menarik, tiga dari empat gol itu tercipta hanya di satu pertandingan.

Momennya berlangsung di Anfield, 6 Maret 2011. Liverpool, yang saat itu sedang berada dalam masa peralihan di bawah Kenny Dalglish, menghadapi United yang merupakan pemuncak klasemen. Di atas kertas, tim tamu harusnya menang. Liverpool saat itu tengah inkonsisten dan posisi mereka juga di luar lima besar.

Akan tetapi, laga North-West Derby jelas tak seru kalau berlangsung sesuai prediksi. Di laga itu, Liverpool menunjukkan diri mereka sesungguhnya. Bahwa, kendati berada dalam masa-masa sulit, mereka tetaplah Liverpool: Raksasa Inggris sekaligus rival utama United.

Kuyt adalah bintangnya. Ia mencetak tiga gol ke gawang United yang saat itu dikawal kompatriotnya, Edwin van der Sar. Yang membuatnya spesial, tiga gol itu semua dicetak oleh Kuyt di dalam 6-yard box atau benar-benar di mulut gawang United.

Banyak orang menyebut bahwa gol Kuyt itu beruntung karena tiga gol itu adalah gol tap-in. Semua juga tercipta berkat kegeniusan Luis Suarez. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, tiga gol itu tak jatuh dari langit. Ada kelihaian Kuyt dalam memosisikan diri dan melihat peluang di sana.

Pada gol ketiga yang diawali tendangan bebas Suarez, misalnya. Saat Suarez melepaskan tendangan, Kuyt inisiatif bergerak ke depan gawang. Ini insting. Dia memiliki keyakinan bahwa bola mungkin saja ditepis Van der Sar. Dan benar saja, ketika bola ditepis, ia ada di depan gawang untuk segera menceploskan menyambut bola muntah itu.

Foto: Youtube Liverpool
Foto: Youtube Liverpool

Di momen itu, Anda bisa melihat bahwa tak ada satu pun pemain belakang United yang coba menghalau atau membuntuti gerakan Kuyt. Tak ada pula pemain Liverpool yang coba mengikuti inisiatifnya. Kenapa? Karena ini memang ciri Kuyt.

Ia adalah pemain yang akan mencoba segala kemungkinan di lapangan. Bekerja keras untuk kebaikan tim. Karena itu pula Anda mengetahuinya sebagai pemain serbabisa. Kuyt tumbuh dari seorang pemain sayap ortodoks, jadi striker tajam, menjadi pemain sayap lagi, lalu jadi full-back di Piala Dunia, hingga jadi gelandang tengah.

Sebagai pemain Belanda, dia memang tak dianugerahi teknik atau skill individu seperti Arjen Robben, Patrick Kluivert, atau Dennis Bergkamp. Ia juga tak memiliki visi sebaik Wesley Sneijder atau Raphael van der Vaart. Namun, Kuyt punya kerja keras di atas nama-nama tadi.

Karenanya, kita mungkin sepakat dengan Glenn Billingham pada tulisannya di These Football Times: Bahwa jika kita mengibaratkan Kuyt dengan sebuah kota, kita tak akan menyebutnya sebagai Amsterdam karena memang Kuyt tidak gemar menari-nari, (permainannya) tidak indah--jika dibanding kompatriotnya yang lain.

Namun, dari etosnya kita tahu bahwa Kuyt adalah Rotterdam. Ia direct dan pekerja keras. Tak gemar bertele-tele dan tak banyak lagak. Mungkin itu pula yang membuat Kuyt besar bersama Feyenoord dan sepanjang karier tak pernah menginjakkan kaki di Ajax--justru pernah di Utrecht.

Kuyt sendiri didatangkan Liverpool dari Feyenoord usai mencetak 71 gol dalam kurun tiga musim. Kebetulan, di musim 2004/05, atau satu musim sebelum mendarat di Anfield, Katwijk ini juga mendapatkan gelar top-skorer Eredivisie. 29 gol adalah jumlah yang ia cetak musim itu.

Di Liverpool, pada awalnya ia memang diplot sebagai striker. Pada musim pertamanya, ia mencetak 12 gol di Premier League dan mencetak satu gol di Final Liga Champions. Namun, setelah itu, Kuyt dialihposisikan jadi winger. Rafa Benitez, pelatih saat itu, melihat atribut defensif Kuyt akan berguna jika ditempatkan di samping.

Kuyt, dari situ, muncul jadi pemain sayap yang tak cuma bisa membantu serangan, tapi juga berperan penting untuk menggalang pertahanan dari depan. Ia juga rajin track-back. Meski sejak bermain di sayap jumlah golnya berkurang, itu tak mengurangi aplaus suporter Liverpool kepada Kuyt.

Kuyt adalah salah satu pemain favorit para suporter Liverpool. Alasannya tentu saja karena karakter sang pemain. Ia pekerja keras, sosok yang akan memberi 100% kemampuan di lapangan, bahkan di tempat latihan. Melwood menjadi saksi bagaimana bertahun-tahun Kuyt muncul sebagai pemain paling semangat di latihan Liverpool.

Anfield kemudian juga jadi saksi bahwa di setiap laga kandang, Kuyt akan mengitari seluruh bagian Anfield untuk memberi aplaus buat penonton selepas pertandingan. Gesture seperti itu jelas membuatnya cepat jadi favorit suporter. Terlebih ia juga bukan pemain yang banyak omong.

Pemain gemar mengenakan nomor punggung 18 ini juga jarang mengecewakan di lapangan. Ia juga seorang big-game player. Bersama Liverpool, ia membobol gawang Everton lima kali. Gawang Arsenal empat kali. Selain itu, Kuyt mencetak gol di final Piala Liga pada tahun 2012. Kala itu ia membawa Liverpool mendapatkan trofi terakhir--sebelum yang didapat oleh tim era Juergen Klopp.

Seperti yang sudah disebutkan, ia mencetak gol di final Liga Champions dan hat-trick ke gawang United. Ketika hal terakhir terjadi, suporter Liverpool jelas mengenang itu sebagai momen spesial. Karena Kuyt, pemain favorit, berhasil mencetak gol ke gawang rival utama. Bikin Liverpool menang 3-1 di tengah situasi pelik lagi.

Yang bikin tambah kagum adalah komentar Kuyt kala ia mengenang hat-trick itu. Bahwa ia, sebagai mantan pemain Liverpool, menikmati laga melawan United. "Itu adalah momen terbaik dalam hidup saya. Ketika saya bermain melawan Manchester United lagi (bersama Feyenoord), satu hal terjadi."

"60.000 suporter United meneriaki saya, "Kamu Scouse bang***!" Normalnya, ketika fans rival meneriaki kamu, itu adalah hal buruk. Namun, ini justru membuat saya bangga. Saya bangga disebut Scouser (sebutan untuk orang Merseyside). Karena buat saya, Scouser adalah orang-orang baik. Orang-orang yang mau kerja keras, berkomitmen, pantang menyerah," ujar Kuyt.

***

Masing-masing dari kita mungkin punya ingatan masing-masing tentang Dirk Kuyt. Di atas itu semua saya rasa, kita pasti sama-sama punya memori positif tentangnya bahkan meski kamu seorang fans lawan. Sebab, Kuyt adalah pemain yang sulit untuk tidak disukai. Sebab, ia mungkin juga cerminan sebagian dari kita.

Bahwa ia adalah seseorang yang tidak dilahirkan dengan bakat atau skill luar biasa di suatu bidang, tetapi mampu menonjol dan diakui banyak orang karena sebuah kerja keras. Karena etos. Makanya, saya sangat sepakat dengan apa yang tertulis pada banner yang ada di Anfield: "Dirk Kuyt: Working class hero."

Foto: @Jurgenholic