Ketika Real Betis Melawan

Foto: @RealBetis

Bersama Manuel Pellegrini, Betis bangkit dari kesemenjanaan untuk kembali ke marwah mereka sebagai entitas perlawanan kaum mapan.

Manuel Pellegrini membawa para pemainnya pergi ke Inggris untuk melakoni laga pramusim. Yang ada dipikirannya adalah menyiapkan skuad Real Betis sebaik mungkin, sebelum benar-benar mengarungi kompetisi 2021/22.

Pada pertengahan Juli itu Inggris lagi sejuk-sejuknya. Suhu di sana 18°C. Pellegrini bisa memperbanyak sesi latihan tanpa kendala cuaca. Beda cerita jika mereka menetap di Kota Seville. Joaquin dkk. hanya bisa menjalani latihan dengan efektif di pagi hari karena suhu Seville mencapai 38°C.

“Fasilitas di sini [Inggris] sangat bagus dan dengan bermain melawan tim Inggris, kami akan mendapat tantangan fisik yang kuat,” ujar Pellegrini kepada The Athletic.

Memang, pada akhirnya Betis cuma menang sekali dalam tiga uji tanding di Inggris. Namun, skor akhir bukan tujuan. Prioritas Pellegrini itu tadi, perkara kesiapan anak asuhnya melintasi musim ini. Semuanya tervalidasi dengan torehan Betis sekarang: Nangkring di peringkat tiga La Liga sekaligus menjejak fase 32 besar Liga Europa.

***

“Itu adalah tahun yang sulit, kami berada di urutan ke-12 di liga dan kami berganti pelatih. Kemudian Manuel tiba dan aku menyukai sensasinya. Dia bekerja dengan baik. Kamu pasti akan mendengarkannya ketika dia memberikan nasihat dengan kata-katanya yang efektif.”

Kata-kata Borja Iglesias soal Pellegrini itu masuk akal. Selain merasakan betul transisi kepelatihan dari era Rubi dan Alexis Trujillo, bersama Pellegrini-lah Broja meraih form terbaiknya. Musim lalu dia berhasil mengumpulkan 11 gol, jauh lebih banyak dari 3 gol yang dibuatnya di musim pertamanya bersama Betis.

Borja nyaris menjadi Denilson de Oliveira jilid II. Ialah pemain termahal Betis sepanjang masa yang gagal memenuhi ekspektasi. Alih-alih meraih gelar, Betis malah terdegradasi di musim 1999/2000.

Semasa rezim Manuel Ruiz de Lopera itu, Betis memang lumayan bergelimang duit. Selain memcahkan transfer dunia dengan pembelian Denilson, mereka merenovasi Estadio Benito Villamarin menjadi seperti sekarang. Itu membuat konstelasi derajat di Kota Seville berbalik. Sebab, pada 1997 Sevilla mesti berkubang ke Segunda Division.

Sevilla dan Betis adalah saudara satu kota. Klub yang disebut pertama didirikan oleh orang-orang berduit. Mayoritas dari mereka adalah insinyur dan pengusaha. Strata itulah yang membuat mereka enggan berintegrasi dengan kalangan bawah.

Dari situ penolakan muncul. Kebanyakan dari mereka berasal dari kelas pekerja. Gerakan ini kemudian melahirkan klub sepak bola tandingan bernama Betis Football Club pada 1909. Evolusi tak berhenti sampai di sana. Lima tahun kemudian Betis melakukan merger dengan klub yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa bernama Sevilla Balompie. Jadilah Real Betis Balompie yang kita kenal selama ini. 

Foto: @RealBetis

Overall, Betis memang masih kalah jumlah trofi dari Sevilla. Hanya satu gelar La Liga dan sepasang piala Copa del Rey yang ada di kabinet mereka. Sementara Sevilla punya 6 trofi Liga Europa selain sebiji gelar La Liga, Piala Super Spanyol, dan 5 trofi Copa del Rey.

Tak ada lagi hedonisme di Betis. Era Ruiz de Lopera pun sudah berakhir lama. Kini mereka tengah merajut harapan dengan perlahan untuk kembali menjadi klub yang diperhitungkan di La Liga.

***

Betul yang dikatakan Borja tadi. Pellegrini memberikan sensasi yang berbeda dibanding pendahulunya. Dia menyatakan pendekatan permainan dan peran yang lebih konkret ketimbang Rubi. Pengalaman Pellegrini melatih di berbagai klub membuatnya adaptif dalam banyak situasi. Mulai mengkonstruksi klub seperti Villarreal, sampai mewadahi ekspektasi tinggi semasa di Real Madrid dan Manchester City.

Pellegrini adalah tipe pelatih yang berfokus pada hasil. Ada kalanya dia bermain begitu bertahan di satu waktu kemudian ofensif pada pertandingan lainnya. Jauhkan konsepsi baik atau buruk, ini perkara bagaimana Pellegrini memaksimalkan skuad yang dimiliki Betis.

Kemenangan atas Barcelona di Camp Nou pada awal Desember merepresentasikan itu. Pellegrini menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain lebih dalam, tak terkecuali Willian Jose yang bermain sebagai striker tunggal.

Hasilnya jitu. Barcelona kesulitan masuk ke area pertahanan Betis. Mereka hanya mampu melepaskan 3 tembakan tepat sasaran dan 2 di antaranya terbantu dari skema sepak pojok. Sementara Betis, sukses mencuri satu gol hanya dari sepasang shot on target.

Sepekan setelah itu, Betis membabat Real Sociedad 0-4. Pellegrini mengubah mode bertahan ke ofensif. Tepi sayap menjadi jalur serangannya. Tiga dari lesakan Betis lahir dari sana.

Secara garis besar, Pellegrini mengandalkan fluiditas dalam menyerang. Sektor gelandang dalam pakem 4-2-3-1 diisi oleh kreator macam Sergio Canales dan Nabil Fekir. Demi mengoptimalkan itu, Pellegrini membebaskan keduanya untuk bergerak independen. Sebagaimana dicatat Whoscored, Fekir dan Canales masing-masing mengemas rata-rata 2,5 dan 1,7 umpan kunci per laga atau terbanyak di antara pemain lainnya.

Heatmap Nabil Fekir di La Liga 2021/22. Sumber: Sofascore
Heatmap Sergio Canales di La Liga 2021/22. Sumber: Sofascore

Peran Juanmi Jimenez juga tak bisa dikikis begitu saja. Meski mengisi pos gelandang, dia akan beralih menjadi striker kedua dalam mode serangan. Ini vital, pasalnya Willian cenderung aktif turun ke tengah dan intens berfungsi sebagai reflektor ketimbang pelontar tembakan. Tak heran kalau kemudian striker asal Brasil itu memimpin torehan assist di angka 4.

Nah, di sanalah Juanmi muncul. Dia dilegalkan masuk ke kotak penalti untuk menyambut sodoran umpan. Hattrick-nya ke gawang Levante pada November lalu bisa dijadikan sampel. Tiga gol Juanmi itu lahir via sepakan dari dalam kotak penalti, bukan melalui cutting inside atau tembakan dari luar kotak. Bila ditotal, alumnus akademi Malaga sudah mengumpulkan 11 gol sekaligus yang terbanyak di Betis.

Gamblangnya, kombinasi serangan Pellegrini seperti ini: Canales serta Fekir sebagai kreator, Willian difungsukan untuk pemantul, dan Juanmi sebagai penyelesai peluang, ditambah lagi dengan duo full-back Betis, Alex Moreno dan Hector Bellerin. Pemain yang disebut pertama cukup istimewa karena sudah menyumbangkan 3 gol dan 2 assist di La La Liga.

Kecairan lini depan ini tak akan berjalan mulus tanpa kehadiran double pivot yang mumpuni. Ini sedikit mengingatkan kita bagaimana Pellegrini menggunakan Fernandinho dan Yaya Toure semasa di City atau Declan Rice saat menukangi West Ham. Dia memfungsikan gelandang bertahan sebagai jembatan lini bertahan dan tengah sehingga memberikan kebebasan lebih untuk gelandang di depannya.

Adalah Guido Rodriguez yang menjadi tumpuan utama Pellegrini. Gelandang yang dibeli dari Club America ini menjadi jangkar sementara satu tandemnya intens bergerak ke depan. Ini beririsan dengan catatan defensifnya yang begitu tinggi. Rerata tekel serta intersepnya mencapai 2,3 dan 1,3, hanya kalah dari Martin Montoya. Fbref juga mencatat aksi pressing Rodriguez menjadi yang tertinggi dari seluruh pemain Betis.

Satu slot lainnya diisi William Carvalho atau Andres Guardado, tergantung urgensi. Bila membutuhkan peningkatan fisik, Pellegrini akan memainkan Carvalho, sementara Guardado ditunjuk saat Betis membutuhkan mobilitas lebih tinggi.

Pellegrini seperti meniupkan nyawa baru untuk Betis. Dia membangunkan Los Verdiblancos dari kesemenjanaan untuk kembali ke marwah mereka sebagai entitas perlawanan kaum mapan. Tak mengejutkan bila kemarin Betis memperpanjang kontrak Pellegrini hingga empat tahun ke depan.