Komedi Maguire

Ilustrasi: Arif Utama.

Di antara semua lelucon yang pernah ada di muka Bumi, yang dibuat Harry Maguire adalah yang paling mahal.

Sepuluh tahun lalu Harry Maguire bisa dengan enteng menutup pertanyaan tentang bagaimana masa depannya dengan jawaban menjadi bek terbaik di dunia. Namun, 10 tahun lalu Maguire adalah anak muda yang memandang rumput lapangan bola sebagai tempat untuk bercinta dan mati sekaligus. 

Sedemikian agungnya lapangan sepak bola sampai-sampai membuat Maguire memilih mati daripada tidak dapat memberikan kejayaan kepada tim. Sepuluh tahun lalu Maguire tak pernah berpikir bahwa tempat itu pula yang membuatnya berulang kali menjadi bahan tertawaan.

Di atas pentas bernama sepak bola, Maguire menghidupi lakon kocak. Susah payah dan ketangguhan di Leicester menjadikannya sebagai buruan klub-klub raksasa. Manchester United beruntung, bersorak girang kepada merekalah Maguire memberikan tanda tangannya. 

Semusim sebelum Maguire datang, United kebobolan 54 kali dalam 38 pertandingan Premier League. Dibandingkan dengan tim lain yang menutup musim di enam besar, gawang United merupakan yang paling rentan. Catatan buruk ini disebabkan oleh dua kesalahan fatal: Para bek mudah kehilangan pemain yang dijaga dan sering gagal menciptakan jebakan offside. Akar dua masalah itu serupa, koordinasi buruk di lini belakang.

Kedatangan Ole Gunnar solskjaer sebagai pengganti Jose Mourinho tak lantas menyelesaikan persoalan barisan pertahanan United. Masalah baru muncul. Tak cuma mudah dieksploitasi lawan ketika meredam serangan, tetapi juga gagap saat harus membangun serangan dari belakang. 

United gigih memburu kesepakatan karena percaya bahwa Maguire-lah yang bakal jadi juru selamat. Sejumlah pundit bahkan menyebut Maguire sebagai hasil kawin silang antara Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Di hadapan lawan-lawan Leicester, Maguire tidak pernah linglung. Status sebagai bek tidak membuatnya panik saat harus mengecoh lawan dengan menggiring bola. 

Maguire yang dipanggil oleh Timnas Inggris itu juga lihai dalam mengumpan. Kemampuannya merancang dan menopang pertahanan tak perlu diragukan. Itu belum ditambah dengan wataknya yang berubah beringas jika sudah menyentuh kotak penalti lawan.

Seharusnya pengakuan harum semerbak itu menjamin bahwa satu-satunya yang diterima Maguire di United adalah tepuk tangan tanda penghormatan. Harapannya, di Theatre of Dream yang masyhur itu Maguire menjadi bintang utama yang memantik haru dan sorak-sorai para penonton. Namun, bukankah cerita yang terbaik adalah ia yang tak tertebak?

Maguire bulan-bulanan. Kedatangannya memang sempat membuat suporter United bungah. Namun, kesenangan itu tidak berlangsung lama. Blunder demi blunder yang dibuatnya berakhir dengan kegagalan United merengkuh kemenangan. 

Foto: Twitter @HarryMaguire93.

Rangkaian kesalahan individu Maguire bahkan membuat suporter menyebut United melakukan blunder karena mendatangkannya. Jangan tanya pula caci maki yang diterima Maguire karena performa buruk tak membuat ban kapten dicopot dari lengannya. Sudah anak baru, rajin bikin blunder, jadi kapten pula.

Lihatlah seperti apa kesalahannya dalam berbagai laga. Orang-orang boleh berkilah bahwa nutmeg bukan aib. Namun, ada yang salah jika seorang pemain Bournemouth berhasil me-nutmeg-nya di kotak penalti. 

Di atas kertas seharusnya Maguire bukan bek yang mudah diruntuhkan oleh Junior Stanislas. Hitung-hitungan statistik tak harus sama dengan kondisi lapangan? Hei, jangan lupa bahwa Maguire didatangkan untuk meminimalkan eksploitasi lawan di kotak penalti. 

Laga Liga Europa melawan Partizan adalah contoh lain. United memang menang 1-0 pada pertandingan tersebut. Namun, kemenangan itu tidak akan semeriah tawa ketika Maguire tersungkur akibat digocek  Seydouba Soumah. 

Situasi itu tambah konyol karena dalam prosesnya, Maguire tak dikepung oleh pemain lain. Ia berhadapan satu lawan satu dengan Soumah di luar kotak.

Di Old Trafford yang masyhur karena ketangguhannya bangkit dari puing-puing, Maguire melakukan kesalahan yang selamanya dikenang sebagai perkara memalukan. Bukannya meredam serangan lawan, Maguire malah mengawal rekannya sendiri, Aaron Wan Bissaka.

Ejekan dan celaan tidak cukup untuk membayar kesalahan konyol tersebut. Situasi itu terjadi ketika United bersiap menghadapi sepak pojok pemain Southampton. Pengawalan Maguire terhadap Wan Bissaka membuat Michael Obafemi dapat mencuri ruang dan berhasil mencetak gol pada menit 90+6’. 

Kedudukan berakhir imbang 2-2. Kegagalan merengkuh kemenangan, itulah harga yang harus dibayar Maguire atas kesalahannya.

Persoalan di luar lapangan memperburuk namanya. Jelang akhir Agustus 2020, Maguire ditahan di Yunani atas tuduhan penyerangan terhadap polisi. Peristiwa yang membuatnya ramai diperbincangkan itu terjadi ketika ia berlibur ke Yunani.

Dalam wawancaranya bersama BBC, Maguire menceritakan rangkaian kejadian yang diklaimnya sebagai kronologi. Dengan tatapan bingung Maguire menyebut bahwa ia serta beberapa saudara dan kawannya sebagai korban penculikan. Pihak kepolisian membantah penjelasan tersebut. Menurut mereka keributan itu terjadi karena Maguire mabuk dan kehilangan kendali.

Maguire pada dasarnya bukan pesepak bola sembarangan. Bahkan pertahanannya mampu menyelamatkan Sheffield United yang dibelanya dulu dari jerat degradasi. Kalau kualitasnya main-main Gareth Southgate rasanya tak akan pernah memberikannya tempat di skuad The Three Lions.

Namun, bermacam-macam kesalahan di atas dan di luar lapangan menjadikan Maguire sebagai ironi. Di antara semua lelucon yang pernah ada di muka Bumi, yang dibuat Maguire adalah yang paling mahal.

***

Foto: Twitter @HarryMaguire93.

Seni peran mengenal istilah komedi farce. Bagi para pelakon farce, kemampuan meramu naskah menjadi situasi yang sangat lucu adalah modal terbesar. Artinya, yang harus memancing gelak tawa penonton bukan karakter tokohnya, tetapi situasi yang diangkat dalam cerita. Itulah sebabnya  farce disebut-sebut sebagai komedi yang lebih mementingkan plot daripada penokohan.

Di atas pentas, kesalahan yang diperankan oleh para aktor dan aktris kerap menjadi adegan lucu yang memantik gelak tawa. Namun, farce yang sejati bukan komedi yang cuma menertawakan aktor dan aktrisnya. Farce adalah komedi yang mengangkat apa yang terjadi dalam hidup sehari-hari.

Maka ketika para penonton menertawakan kebodohan dan kesalahan yang diperagakan aktor dan aktris, itu berarti mereka sedang menertawakan apa yang ada dalam diri sendiri. Lewat tawa itu, para pelakon farce ingin berkata bahwa melakukan kebodohan adalah perkara biasa dalam hidup, bahwa kesalahan tak selalu menjadi perkara yang mengerikan dalam diri seseorang.

Kebanyakan orang menganggap kesalahan sebagai tabu, begitu pula di sepak bola. Coba ingat-ingat semengerikan apa amukan Antonio Conte di ruang ganti ketika timnya melakukan blunder walau laga ditutupnya dengan poin penuh. 

Kenanglah lagi kedahsyatan hairdryer treatment ala Sir Alex Ferguson. Pun dengan pemecatan demi pemecatan yang diputuskan oleh Roman ketika para pelatih Chelsea melakukan kesalahan. Sepak bola memang tanah yang begitu memuja kemenangan, kejayaan, dan keagungan. Di atasnya tak ada tempat untuk perkara bodoh.

Masalahnya, sepak bola bukan pertandingan antara malaikat. Ia mempertemukan sekelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Yang namanya manusia, tak akan mungkin bisa benar melulu.

Jika orang-orang menyebut Maguire sebagai komedian ulung, keberadaannya yang begitu cepat memancing tawa seharusnya mencerminkan sepak bola yang sebenarnya. Lewat insiden tersungkur akibat digocek pemain lawan yang mengundang olok-olok, Maguire mungkin ingin berkata bahwa seperti itulah hidup di atas lapangan bola. 

Tak peduli sebesar apa namamu dan semahal apa pun hargamu, akan tiba masanya kau menjadi pesepak bola yang biasa-biasa saja. Lewat kesalahannya mengawal kawan sendiri sehingga United gagal membawa poin penuh, Maguire mungkin ingin berbicara bahwa kemenangan tak selalu mau menjadi kawan karibmu.

***

Maguire bukan komedian. Ia tak mau menjadi bahan tertawaan melulu karena ia adalah pesepak bola. Pekan demi pekan, Maguire berkembang. Di skuad United, ia memang bukan bek yang mahir melepas tekel akurat. Namun, menggalang pertahanan bukan cuma bicara tentang tekel.

Maguire dapat membendung serangan lawan dengan sapuan-sapuan efektifnya. Di antara para pemain United, Maguire memimpin aspek ini dengan rerata 3,6 sapuan per laga Premier League 2020/21. Begitu pula dengan rerata 1,9 intersep per pertandingannya.

Keunggulan Maguire yang belum mampu ditandingi oleh kawan-kawannya adalah duel udara. Pada Premier League 2020/21, ia mencatatkan 4,2 kemenangan duel udara per pertandingan. Torehan tersebut merupakan yang tertinggi. Kualitas itu pula yang membantunya menciptakan dua gol untuk United musim ini.

Selain itu, Maguire menunjukkan bahwa gelar kapten yang dipanggulnya tak berlebihan. Yang jadi perhatiannya bukan cuma performa dan hasil pertandingan, tetapi juga isu rasialis yang tak berhenti merongrong ranah sepak bola.

Upaya-upaya tersebut tak menjamin bahwa segala sesuatunya bakal berjalan baik-baik saja untuk Maguire. Kini ia memang sedang membawa para penonton untuk menyaksikan sebuah plot yang dimulai dengan puja-puja, berlanjut ke olok-olok, dan sampai pada elu-elu. 

Maguire belum tiba di epilog. Akan seperti apa akhir ceritanya, tak ada yang tahu. Namun, penonton tak punya tugas untuk menebak akhir cerita. Lagi pula, bukankah cerita yang terbaik adalah ia yang tak tertebak?