Lebih dari Sekadar Raumdeuter

Foto: @esmuellert_.

Orang-orang kerap abai pada fakta bahwa terlepas dari statusnya sebagai raumdeuter, Thomas Mueller adalah pemain yang punya berbagai kemampuan lain di atas rata-rata.

Pada menit ke-80 saat Jerman menjamu Rumania, untuk kesekian kalinya Thomas Mueller menunjukkan betapa ia sangat piawai menafsir ruang.

Usai berkoordinasi dengan Joshua Kimmich yang hendak mengeksekusi sepak pojok, Mueller berlari kecil menuju kotak penalti. Beberapa detik kemudian, Mueller yang tadinya di sudut lapangan, tiba-tiba sudah menerima bola di depan gawang tanpa kawalan dan mencetak gol kemenangan.

Mueller sebetulnya tak mencari keberadaan bola kala itu. Ia hanya membaca ruang yang kira-kira potensial untuk ia sulap menjadi keuntungan bagi tim. Entah sekadar bergerak kecil untuk membuka ruang, membuat assist, atau bahkan mencetak gol seperti laga melawan Rumania.

Seperti itulah Mueller bekerja, seperti itulah seorang raumdeuter.


Di Jerman, istilah raumdeuter lazim digunakan saat membahas desain interior. Mueller pertama kali menggunakan istilah itu untuk menggambarkan permainannya sendiri. Wawancara dengan jurnalis Sudderutsche Zeitung, Andre Burker, jadi permulaannya.

Burker bertanya kepada Mueller: “Siapa seorang Thomas Mueller?”

Mueller menjawab: “Ich bin ein Raumdeuter.”

Wawancara itu berlangsung enam bulan setelah Piala Dunia 2010. Kelak, istilah itu harum semerbak sebagai salah satu role penting di sepak bola modern. Game Football Manager bahkan memasukkannya sebagai role baru untuk mengakomodasi kemampuan Mueller seorang.

Saat belum lama ini ditanya soal peran tersebut, pemain Bayern Muenchen itu berkata bahwa kuncinya terletak pada kemampuan untuk bergerak ke arah dan waktu yang tepat secara efektif. Namun, ia menolak menyebutnya sebagai sebuah bakat, apalagi indra keenam.

“Itu hal yang bisa dilatih, pasti,” ucap Mueller dalam sebuah wawancara.

Selama ini, orang-orang mengenal Mueller sebagai pemain yang tak punya kemampuan sepak bola istimewa. Posisinya di lapangan bahkan cenderung tak jelas. Ia bukan seorang penyerang, bukan gelandang, bukan pula pemain sayap. Sulit untuk mendefinisikannya.

Fisiknya juga begitu ringkih. Diego Maradona pernah mengira Mueller seorang ball boy. Daniel Pranjic, eks rekan Mueller di Bayern, lain lagi. Ia sempat kaget dengan betapa kurusnya Mueller dan berkata, “Jika orang ini menjadi pesepakbola profesional, saya akan pensiun dan gantung diri.”

Itulah kenapa, raumdeuter kerap dijadikan dalih untuk memahami dari mana gol dan assist-nya berasal. Sedemikian spesialnya istilah ini yang sampai-sampai melupakan fakta bahwa sebetulnya Mueller punya skill dasar yang tak bisa dipandang sebelah mata, termasuk kemampuan mengopernya.

Simak bagaimana topskorer Bayern musim ini, Robert Lewandowski, menggambarkan peran seorang Mueller. Pemain asal Polandia itu pernah berkata bahwa bermain bersama Mueller membuat pekerjaannya di depan gawang lawan menjadi lebih mudah.

Yang pertama karena kebiasaan Mueller untuk selalu bergerak sehingga kerap menyisakan ruang bagi Lewandowski untuk mencetak gol. Pada kesempatan berbeda, Lewandowski juga memuji rekannya dengan berkata bahwa bola hasil operan Mueller selalu berhasil jatuh ke hadapannya.

Ini menjelaskan mengapa Mueller jadi pemain dengan jumlah assist terbanyak untuk gol-gol Lewandowski sejak berseragam Bayern. Ini juga jadi alasan mengapa Mueller sudah mencatatkan total 171 assist untuk Bayern di semua kompetisi sejak melakoni debut resmi.

Jangan lupa, Mueller mencapainya sembari meraih sejumlah penghargaan dan rekor. Ia adalah pencetak assist terbanyak dalam dua musim terakhir Bundesliga: 21 assist pada 2019–20, yang sekaligus memecahkan rekor Kevin De Bruyne bersama Wolfsburg, serta 18 assist pada musim berikutnya.

Mustahil meraih catatan itu dengan kemampuan mengoper biasa-biasa saja dan Mueller memang sama sekali tak biasa. Sodorannya untuk gol Lewandowski ke gawang Freiburg musim lalu jadi bukti. Atau lihat bagaimana akurasinya tiap kali melepaskan crossing dari kedua tepi.

Yang terkini, simak assist-nya untuk gol Timo Werner ke gawang Makedonia Utara pada kualifikasi Piala Dunia 2022, Selasa (12/10/2021).

Menerima operan Florian Wirtz di depan kotak penalti lawan, Mueller melepaskan operan dengan kaki kiri sembari berputar membelakangi gawang. Operan itu amat terkontrol sehingga bola jatuh tepat ke hadapan Werner yang sukses meneruskannya menjadi gol.

Bukti lain yang menunjukkan betapa luar biasanya kemampuan mengoper Mueller dapat dilihat dari posisinya saat menciptakan peluang. Tahun lalu, situs Twenty3 mencatat bahwa Mueller tak melulu menciptakan peluang di dekat atau di dalam kotak penalti lawan.

Dalam kondisi buntu, ia bisa menciptakan peluang dari kuarter ketiga lapangan, entah via crossing atau umpan terobosan. Statistiknya assist-nya saat memecahkan rekor assist De Bruyne memperkuat klaim tersebut. Musim itu sebanyak 12 dari 21 assist Mueller berasal dari luar kotak penalti.

Tentu, ada andil kemampuan Mueller dalam membaca ruang di sana. Karena jeli dalam memanfaatkan sekaligus menciptakan ruang bagi pemain lain, Mueller bisa mencetak banyak assist. Namun, menyingkirkan kemampuan dasar mengopernya adalah sebuah kesalahan besar.

Ini juga berlaku untuk tiap golnya yang kini sudah melewati catatan Karl-Heinz Rummenigge (218 gol). Meski sebagian besar berupa ‘tap in’ yang memang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang, tak jarang Mueller mencetak gol-gol dalam situasi dan posisi sulit.

Lihat kembali golnya ke gawang AS Roma di Liga Champions 2010–11. Menerima operan Daniel Van Buyten, Mueller yang berada di dalam kotak penalti melepaskan tendangan dengan kaki kanan bagian luar. Bola kemudian melengkung deras menuju sudut kanan gawang Roma menjadi gol.

Kunci dari segala angka yang Mueller capai adalah efektivitasnya. Mueller tahu mesti melepaskan operan dan tembakan seperti apa. Tak perlu melakukan hal spesial, yang terpenting baginya adalah bola sampai ke kaki rekan dan jala gawang. Bagaimanapun caranya.

Ditambah dengan kemampuannya menafsir ruang dan berpikir secepat kilat, segala atribut tersebut membuat Mueller menjadi pemain yang amat berbahaya bagi pertahanan tim manapun.

Terlebih, merujuk Hansi Flick, Mueller juga memiliki determinasi yang tinggi karena terus-menerus mengejar bola bahkan hingga ke pertahanan lawan. Statistiknya musim ini jadi bukti: Mueller adalah pemain dengan rata-rata tekel sukses tertinggi keempat Bayern di Bundesliga, yakni 1,6 kali.

“Lebih dari itu, dia juga bisa menjadi seorang pelatih di lapangan karena terus-menerus mendorong rekan setimnya. Saya sangat senang dengan hal tersebut. Bagi saya, dia seperti perpanjangan tangan pelatih di lapangan,” ungkap Flick suatu kali.

Orang-orang kerap abai pada fakta bahwa terlepas dari statusnya sebagai raumdeuter dan barangkali satu-satunya yang pantas mengemban peran itu, Mueller adalah pemain yang punya berbagai kemampuan lain di atas rata-rata. Ia hanya tak melakukannya dengan penuh gaya.