Leicester City yang Mencoba Keluar dari Cangkang

Foto: Twitter @LFC

Leicester sudah bosan menjadi tim penggembira, mereka ingin menjadi yang terhebat.

East Tokyo United (ETU) mengalami turbulensi. Dalam serial manga "Giant Killing", tepat ketika J-League memasuki paruh musim kedua, mereka dihadapkan pada situasi pelik.

Kekalahan dari Kashima Wanderers dan Urawa Red Star menyadarkan mereka bahwa ada sesuatu yang salah. Sesuatu itu berkaitan dengan apa yang ada di diri mereka sendiri.

Untuk menangani itu, Takeshi Tatsumi selaku manajer sampai ikut berlatih bersama pemain dalam sebuah sesi. Meski akhirnya tumbang karena cedera lamanya kambuh, ia menyampaikan pesan yang nyata kepada para pemain.

"Di tengah semua kultur dan hal-hal yang berkaitan dengan sepak bola, sejatinya bintang utama di sepak bola adalah kalian, para pemain. Hahh, rasanya jadi ingin main lebih lama lagi. Mengangkat trofi, dan tentunya main di Piala Dunia," ujar Tatsumi dengan senyum yang tersungging.

Berkat kata-kata ini, para pemain ETU sadar bahwa mereka sedang terkurung dalam cangkang. Terlalu lama mereka berkutat dalam pertarungan zona degradasi. Sekarang adalah momen ketika mereka harus berubah, keluar dari cangkang tim setengah-setengah.

ETU berubah. Mereka menumbangkan Nagoya Grand Palace dengan skor 4-3. Mereka juga mampu mengalahkan Tokyo Victory, sekaligus mengalahkan Shimizu Impulse yang juga merupakan tim kuat J-League. ETU menjelma dari yang asalnya tim papan bawah, jadi tim kuat penantang gelar juara.

***

Sebelum musim 2015/16, tidak ada yang tahu Leicester City. Mungkin hanya orang-orang Leicester, plus tim-tim yang biasa tampil di Championship saja yang tahu klub ini. Namun, begitu musim 2015/16 berjalan, mereka menjadi pusat pembicaraan di Inggris.

Bermaterikan pemain-pemain yang saat itu belum dikenal, seperti Riyad Mahrez, N'Golo Kante, Danny Drinkwater, Wes Morgan, Robert Huth, dan tentunya Jamie Vardy, mereka menggebrak Premier League. Leicester mengangkangi tim-tim besar, seperti duo Manchester, Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Liverpool.

Leicester sukses menyabet gelar juara di akhir musim. Namun, gelar juara ini nyatanya menjadi ujian pertama buat Leicester. Ujian yang jadi penentu, apakah transformasi mereka menjadi tim besar itu berhasil atau tidak.

Mulai musim 2016/17 hingga musim 2018/19, Leicester terombang-ambing. Mereka lebih banyak mengakhiri musim di papan tengah. Bahkan pada musim 2016/17, mereka terjerembap ke peringkat 12. Claudio Ranieri mundur dari kursi pelatih dan digantikan oleh Craig Shakespeare.

Turbulensi itu mendorong Leicester untuk keluar dari cangkang sebagai klub setengah-setengah. Mereka sudah bosan dianggap tim penggembira. Mereka ingin jadi tim yang lebih kuat.

Dari situ, mereka mulai membenahi banyak hal. Semua berawal manajer Brendan Rodgers yang pernah membawa Liverpool menanjak. Leicester juga tetap menerapkan kebijakan transfer yang berpusat pada pemain-pemain potensial.

Mulai dari Harry Maguire, James Maddison, Ricardo Pereira, Caglar Soyuncu, hingga Youri Tielemans didatangkan. Berlanjut ke musim 2019/20, Leicester membukakan pintu bagi Ayoze Perez dan Dennis Praet.

Tidak hanya mempertahankan kebijakan transfer yang berpusat pada sosok potensial, ada langkah lain yang juga akhirnya ditempuh Leicester untuk menegaskan status mereka sebagai tim papan atas Premier League.

***

Sejak Natal 2020, Leicester City resmi berlatih di tempat latihan mereka yang baru. Lokasinya berada di Seagrave dengan luas kurang lebih 180 hektar. Tempat latihan ini sudah dibangun sejak musim semi 2019 dan menghabiskan dana sebesar 95 juta poundsterling.

Tempat latihan baru ini dikhususkan untuk tim utama dan para pemain akademi. Banyak fasilitas baru yang tersedia di tempat latihan ini, seperti 14 lapangan latihan dan bangunan Vichai Srivaddhanaprabha yang terdiri dari ruang medis dan kantor administrasi tim utama dan akademi.

Selain itu, tempat latihan ini juga dilengkapi dengan fasilitas sport science yang mumpuni. Ada juga King Power Centre yang nantinya jadi tempat konferensi pers dan lapangan golf pribadi.

Dengan tempat latihan baru ini, Belvoir Drive yang merupakan tempat latihan Leicester selama 60 tahun terakhir, akan jadi tempat latihan tim perempuan Leicester. Presiden klub, Aiyawatt Srivaddhanaprabha, menyebut ini adalah salah satu rencana jangka panjang dari tim Leicester.

"Tempat latihan baru ini adalah mimpi yang sudah kami idamkan sejak lama. Jadi, kami sangat bangga bisa memperkenalkan tempat latihan baru ini. Seagrave akan menjadi bagian penting dari operasional klub selama beberapa tahun ke depan," ujarnya.

Rodgers bahkan percaya tempat latihan baru ini akan membawa Leicester naik level. Ia juga salut akan kebijakan manajemen yang berani berinvestasi dan berorientasi pada pengembangan pemain.

"Ini (tempat latihan baru) menunjukkan akan ke mana klub ini melangkah di masa depan, Kami sudah memiliki tempat latihan yang bagus dan kami akan menjaganya. Fasilitas latihan seperti ini akan membawa kami naik ke level berikutnya," ujar Rodgers.

***

Proses ETU untuk keluar dari cangkang klub setengah-setengah memang tidak sebentar. Selain melalui beberapa perselisihan antar-pemain, mereka harus melalui beberapa perselisihan. Namun, seluruh masalah itu membuat mereka bersatu.

Akhirnya, di sisa akhir paruh musim kedua, ETU benar-benar jadi penantang gelar juara. Mereka pun hanya tinggal menyapu sisa laga dengan kemenangan. Para pemain mereka juga mulai dilirik untuk masuk Timnas Jepang, seperti Yotaro Natsuki, si penyerang gahar berambut kribo, serta Daisuke Tsubaki, pemuda malu namun garang di atas lapangan.

Jika ETU membutuhkan proses penyelarasan tujuan antara pemain, Leicester mencoba keluar dari cangkang klub setengah-setengah ini dengan cara membangun tempat latihan baru dan menekankan kebijakan transfer yang berpusat pada sosok potensial. Mereka juga ditangani Rodgers yang sudah terasah mental juaranya.

Jangan heran jika saat ini, Leicester City bercokol di peringkat ketiga klasemen Premier League 2020/21. Bukan karena keberuntungan, tetapi murni karena kualitas Leicester yang meningkat.