Leipzig vs Bayern: Sama-sama Masih Beradaptasi

Ilustrasi: Arif Utama

Baik RB Leipzig maupun Bayern Muenchen masih beradaptasi dengan pelatih anyar mereka. Lantas, akan berjalan seperti apa laga malam nanti?

Kalimat itu terdengar lagi. Bayern Muenchen menggembosi tim rival habis-habisan. Jika dulu sekali ada Bayer Leverkusen, berikutnya Borussia Dortmund, kini RB Leipzig yang jadi korbannya: Dayot Upamecano, Julian Nagelsmann, hingga Marcel Sabitzer.

Narasi tersebut kian kencang mengingat apa yang Leipzig capai dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019/20, misalnya, Die Roten Bullen mencapai semifinal Liga Champions, sedangkan musim berikutnya menjadi penantang terkuat Bayern dalam perebutan gelar Bundesliga.

Musim ini, Leipzig yang baru saja ditinggal para figur penting tampak kesulitan. Tiga kali bertanding di Bundesliga, cuma sekali mereka menang, sedangkan dua sisanya berujung kekalahan. Makin sahih saja klaim orang-orang bahwa mereka sudah jadi korban penggembosan Bayern.

Beda halnya dengan Bayern sendiri yang justru kian menyeramkan. Kendati cuma bermain imbang dengan Borussia Moenchengladbach pada pekan pertama, mereka mampu menyapu bersih dua laga berikutnya dengan kemenangan, termasuk saat menghajar Hertha Berlin 5-0.

Sabtu (11/9/2021) malam WIB, Leipzig dan Bayern bakal bersua dalam lanjutan Bundesliga 2021/22. Pada dua laga terakhir, pertandingan antara keduanya berjalan menarik. Bahkan saat skor akhirnya 0–0 pada putaran kedua musim lalu, tensinya amat tinggi. Lantas, bagaimana kali ini?

Adaptasi Leipzig bersama Jesse Marsch

Sebagai salah satu tim Red Bull, Leipzig sudah memiliki pakem bermain yang jelas. Mereka ingin menjadi tim yang proaktif, cepat, dan vertikal. Itulah kenapa Leipzig selalu memiliki pelatih dengan pendekatan yang relatif sama. Setelah Nagelsmann hengkang, Jesse Marsch datang.

Marsch adalah eks juru taktik Salzburg, tim Red Bull lainnya. Dengan begini, mestinya tak akan sulit bagi Leipzig untuk beradaptasi. Namun, yang terjadi tidak sesederhana itu. Hingga Bundesliga berjalan tiga pekan, performa Leipzig masih terhitung mengecewakan.

Hengkangnya beberapa pemain penting jelas jadi salah satu alasan. Dan perlu kamu ingat, nama-nama yang hengkang itu tak cuma menuju Bayern, tetapi juga ke sejumlah tim lain. Salah satu yang cukup krusial, ya, Ibrahima Konate, yang bergabung dengan Liverpool.

Konate mungkin tak begitu sering tampil sebagaimana Upamecano, tetapi keberadaannya tetap penting bagi skuat Nagelsmann. Status Leipzig sebagai tim dengan pertahanan terbaik di Bundesliga musim lalu juga tak lepas dari penampilannya bersama pemain bertahan lain.

Ditambah dengan cederanya Marcel Halstenberg dan Angelino, sosok-sosok kunci di lini belakang lainnya, praktis cuma Lukas Klostermann andalan musim lalu yang masih bisa dimainkan.

Dalam kondisi seperti itu, Leipzig juga mesti beradaptasi dengan Marsch selaku juru taktik baru. Makin sulit bagi mereka karena Marsch coba menerapkan sejumlah hal yang agak berbeda dari Nagelsmann, yakni lebih memaksimalkan crossing dari kedua tepi.

Statistik menunjukkan bahwa Leipzig jadi tim dengan jumlah crossing terbanyak di Bundesliga musim ini. Bahkan saat baru memasuki dua pertandingan saja, mereka sudah mencatatkan 36 crossing. Efektivitasnya mengkhawatirkan karena cuma 10 yang menemui sasaran.

Dari jumlah tersebut Angelino jadi penyumbang terbanyak dengan 13 crossing, terbanyak keempat Bundesliga di bawah Borna Sosa, Benno Schmidz, dan Florian Kainz. Menariknya, Angelino baru tampil satu kali musim ini, tepatnya saat melawan Mainz.

Karena belum ada satu gol pun yang bersarang dari hasil umpannya, berarti efektivitas crossing Angelino sama buruknya dengan total crossing Leipzig secara keseluruhan.

Marsch yang mengedepankan skema 4–2–3–1 sebetulnya masih tetap membawa pendekatan sepak bola yang sangat Leipzig. Namun, tampaknya ingin lebih memaksimalkan kemampuan Andre Silva, juru gedor Leipzig yang baru mereka datangkan dari Eintracht Frankfurt musim ini.

Musim lalu, Silva kerap mencetak gol dengan memanfaatkan crossing. Itulah kenapa Marsch ingin timnya lebih sering mencoba cara tersebut. Sayangnya, sejauh ini hasilnya tak optimal. Cuma satu gol yang Silva cetak. Itu pun berasal dari sepakan penalti.

Boleh jadi tak adanya Filip Kostic, yang berperan atas tujuh dari 25 gol Silva musim lalu, memengaruhi catatan tersebut. Di sisi lain, Leipzig tidak memiliki pengumpan silang mumpuni, terlebih setelah Angelino terpaksa menepi karena mengalami cedera.

Buruknya efektivitas crossing tim asuhan Marsch ini jadi sangat menarik karena pada pekan keempat mereka akan menghadapi Bayern, tim yang kerap bobol dari skema crossing. Musim ini saja, dua dari tiga gol yang bersarang ke gawang Manuel Neuer berawal dari sana.

Bayern Muenchen
Foto: Bundesliga

Jika mampu memanfaatkan kelemahan tersebut, Leipzig punya kans besar untuk meraih kemenangan atas Bayern. Namun, yang terlihat sejauh ini membuktikan bahwa crossing Leipzig masih sama bermasalahnya dengan cara Bayern mengantisipasi crossing itu sendiri.

Untungnya, Leipzig punya alternatif yang justru jadi senjata utama mereka musim ini: Dominik Szoboszlai.

Bayern punya faktor X

Bobol tiga kali dalam tiga laga musim ini jadi bukti bahwa Bayern sama sekali belum sempurna. Penyakit utama musim lalu masih menghinggapi mereka. Caranya beragam: Selain crossing, gawang Neuer rawan bobol dalam skema set piece dan serangan balik.

Itu berarti salah satu misi utama Nagelsmann di Bayern belum mampu ia tuntaskan. Terlepas dari itu, eks pelatih Leipzig tersebut memang mengaku bahwa taktiknya belum berjalan sepenuhnya. Para pemain, termasuk Thomas Mueller, bahkan berkata hal serupa.

Kingsley Coman juga berkata demikian. Menurut dia, Nagelsmann punya banyak ide untuk makin memperkuat tim. Namun, terutama karena masa pramusim yang singkat, ide-ide itu belum berjalan dengan sempurna. Masuk akal jika perjalanan Bayern sejauh ini tak begitu mulus.

Kabar baiknya, para pemain Bayern sedang dalam bentuk terbaik. Jeda internasional yang sering jadi petaka seolah jadi titik balik membaiknya performa sejumlah pemain. Leroy Sane, Serge Gnabry, dan Leon Goretzka tampil ciamik bersama Timnas Jerman lewat gelontoran gol dan assist.

Karena jeda internasional pula, para pemain yang mengalami cedera punya waktu lebih banyak untuk memulihkan diri. Dua di antaranya Lucas Hernandez dan Benjamin Pavard. Satu-satunya penghuni starting XI yang diragukan tampil adalah Alphonso Davies.

Bayern mungkin belum sempurna sebagaimana Leipzig. Namun, keberadaan nama-nama itu bakal jadi pembeda antara kedua tim pada laga nanti. Terlebih, para pemain seperti Robert Lewandowski, Thomas Mueller, Joshua Kimmich, dan Manuel Neuer siap tampil dengan kekuatan penuh.