Lima Pergantian Pemain: Untung atau Buntung?

Foto: BBCSport

Setelah sempat menolak, Premier League akan menerapkan regulasi lima pergantian pemain dalam satu laga untuk musim 2022/23.

Regulasi lima pergantian pemain dalam satu laga tidak datang tiba-tiba. Ada latar belakang yang menyertainya. Regulasi tersebut pun sempat jadi bahan perdebatan. Sebagian pihak, oke dengan regulasi itu. Sebagian lagi menentang keras.

Kata mereka yang oke, regulasi itu bisa mencegah pemain dari kelelahan dan cedera. Sebagian lagi berpandangan bahwa regulasi itu menguntungkan klub-klub besar, klub-klub yang punya kedalaman skuad oke.

Sudah terbayangkan 'kan siapa-siapa saja yang menyetujui dan menentangnya? Namun, mari bahas regulasi lima pergantian pemain dari pandemi sampai Premier League akan menggunakannya untuk musim 2022/23. 

Baru-baru ini regulasi lima pergantian pemain ramai dibicarakan, awalnya gimana, sih?

Kalau ramainya baru-baru ini atau sekitar dua tahun ke belakang, itu karena pandemi COVID-19. Pembatasan sosial dan kasus COVID-19 yang sedang banyak-banyaknya membuat sepak bola terhenti.

Nyaris seluruh negara menyetop kompetisi pada pertengahan Maret 2020. Kesehatan dan keselamatan pelaku sepak bola, baik pelatih, pemain, suporter, maupun ofisial, jadi yang utama dan paling krusial. Toh, tidak ada kemenangan yang seharga dengan nyawa.

Pas kompetisi berhenti, FIFA meramu regulasi untuk mengintegrasikan sepak bola dengan pandemi. Ada banyak regulasi, mulai dari bagaimana penerapan protokol kesehatan (prokes) sampai pergantian lima pemain dalam satu laga.

Kalau prokes, oke lah, soalnya semua lini kehidupan juga wajib prokes. Tapi, kenapa harus lima pergantian?

Karena kompetisi terhenti sementara, FIFA takut pemain kelelahan. Kenapa kelelahan? Karena waktu buat menamatkan musim 2019/20 makin pendek. Imbasnya, jadwal kompetisi jadi padat. Itu buat pemain rentan cedera.

Memang ada beberapa negara yang memutuskan musim 2019/20 diakhiri, tapi 'kan banyak juga negara yang mau lanjutin sampai sang juara ketahuan. Nah, FIFA ingin mengakomodasi kompetisi yang berlanjut.

FIFA juga buat pernyataan resmi. Inti dari pernyataan itu, mereka khawatir frekuensi pertandingan yang tinggi dibanding biasanya bisa buat pemain cedera karena tuntutan kerja yang lebih, lebih, dan lebih.

Biar regulasi itu bisa berjalan, FIFA mengajukan permohonan resmi kepada Badan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) yang mengatur peraturan dalam pertandingan sepak bola. IFAB kemudian menyetujuinya. Musim 2019/20 berlanjut.

Oh, iya, setiap klub cuma punya kesempatan tiga kali untuk mengganti lima pemain. Artinya, klub bisa mengganti 2-3 pemain langsung dalam satu kesempatan atau satu waktu. Itu biar klub enggak ngabisin waktu buat gonta-ganti pemain. Sama biar penonton enggak bosen nunggu pemain keluar-masuk.

Terus, FIFA juga tidak memaksakan regulasi itu. Jadi, FIFA menyerahkan semua keputusan kepada penyelenggara kompetisi. Enggak usah heran kalau ada liga yang pakai aturan itu, ada juga yang enggak.

Oalah... bisa gitu, ya.

Iya dongs. 'Kan enggak semua klub juga setuju. Sebenarnya, aturan itu berlaku sampai musim 2019/20 tuntas atau Desember 2020. Namun, FIFA langsung memperpanjang sampai musim 2020/21. Perpanjangan itu juga ditinjau dan disepakati sama IFAB. 

Meski aturan itu diperpanjang, penyelenggara kompetisi tetap punya kebebasan: Mau pakai silakan, enggak juga, ya, monggo. Kalau IFAB, menyarankan agar regulasi itu dipermanenkan. Saran itu mencuat sekitar Oktober 2021.

Hampir semua liga top dunia menerapkan regulasi itu. Hanya Premier League yang menolak untuk menerapkannya setelah musim 2019/20 beres. Alasannya banyak sekali. Perdebatannya juga cukup ramai.

Pelatih Liverpool, Juergen Klop, dan pelatih Manchester City, Pep Guardiola, jadi pihak paling vokal yang setuju dengan penerapan regulasi lima pergantian pemain. Intinya, mereka menilai regulasi itu bisa mencegah pemain cedera dan kelelahan, apalagi saat itu kasus COVID-19 masih naik-turun. 

Pemain sewaktu-waktu bisa absen karena positif COVID-19. Pusing juga 'kan kalau banyak pemain positif. Coba tanya pelatih Chelsea Thomas Tuchel. Ia pernah mengalami bagaimana rasanya kehilangan pemain karena cedera dan positif COVID-19 dalam waktu bersamaan. Itu juga buat Chelsea sempat mengalami turbulensi di pertengahan musim 2021/22.

Lalu siapa yang menentang?

Banyak. Namun, Rafael Benitez yang paling elegan menentangnya. Eks pelatih Liverpool itu bahkan sempat menulis opini di The Athletic. Katanya, regulasi lima pergantian pemain bisa buat sepak bola menjadi olahraga yang berbeda.

Benitez sampai-sampai menceritakan kisah soal Miracle of Istanbul. Menurutnya, pergantian tiga pemain sudah cukup untuk klub bangkit setelah terpuruk di babak pertama atau tertinggal sampai pertengahan babak kedua.

Dengan pergantian tiga pemain, kata Benitez, pelatih bisa buat perubahan strategi dan permainan. Jadi, menurutnya, lima pergantian pemain enggak perlu dan enggak usah diterapkan. 

Benitez juga menyoroti soal keuangan klub-klub yang tidak sama rata. Klub yang punya uang melimpah tentu bisa membangun kedalaman skuad yang oke. Kualitas pemain inti dan ganti enggak beda jauh. Beda dengan klub yang keuangannya biasa-biasa saja. Itu akan buat timpang.

Terus kenapa Premier League akan pakai regulasi itu untuk musim 2022/23?

Karena semua stakeholders dan klub-klub menyetujuinya.

Lah, katanya enggak setuju, tapi sekarang setuju?

Jadi, klub-klub dan stakeholders Premier League mulai merasakan efek positif regulasi lima pergantian pemain. Pihak yang sebelumnya tidak setuju pun jadi setuju. Sebab, COVID-19 ini benar-benar bisa buat klub goyah. Belum lagi banyak laga ditunda.

Penundaan laga tentu mengganggu banyak hal. Salah satunya, jadwal yang sudah tersusun rapi harus diotak-atik lagi. Klub yang main di Liga Champions dan Liga Europa mau enggak mau kudu putar otak.

David Moyes yang sempat menolak lima pergantian pemain pun jadi menyetujuinya. Kata Moyes, regulasi itu sangat membantu klub untuk tetap bermain dengan intensitas tinggi sampai 90 menit dan membantu pemain untuk menjaga kebugaran.

Ralph Hasenhuttl dan Jesse Marsch juga punya pandangan serupa dengan Moyes. Hasenhuttl sampai berkata bahwa regulasi lima pergantian pemain bisa membantu dirinya untuk bermain intens sepanjang 90 menit. Semua akan diuntungkan dengan regulasi itu.

Sedangkan Marsch bilang gini: Saya suka memiliki lebih banyak pemain segar di lapangan.

Bisa diterima alasannya kalau gitu. Tapi, kamu tahu itu dari mana? Jangan-jangan omong kosong.

Hmmmmmmmmmmm. Tahu dari The Athletic, BBC, The Guardian, sama CNN.

Translate dong?

Ya, iyalah. Kalau enggak translate, tulisan ini berbahasa Inggris atuh!

Hehehehehehehe.............