Lini Depan Arsenal Masih Meletup

Foto: Twitter @Arsenal.

Meski kehilangan satu personel dalam diri Pierre-Emerick Aubameyang, lini depan Arsenal relatif tampil bagus. The Gunnes pun menjaga kans mereka untuk finis di zona empat besar.

Mikel Arteta terlihat tenang-tenang saja melihat aktivitas transfer Arsenal di bulan Januari. Padahal, The Gunners amat kekurangan pemain khususnya di sektor depan.

Kapten sekaligus bomber utama Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, dilego secara cuma-cuma ke Barcelona. Penyerang muda yang diharapkan pendarnya yakni Folarin Balogun juga disewakan ke Middlesbrough.

Sebenarnya, Arsenal mengincar Dusan Vlahovic di bursa transfer musim dingin lalu. Akan tetapi, Pria Serbia itu lebih memilih Juventus untuk melanjutkan karier. Incaran lalu mengarah kepada Aleksandar Isak. Namun, klausul pelepasan yang tinggi membuat The Gunners enggan menebusnya.

Ketidakhadiran seorang penyerang membuat pilihan Arteta sangatlah tipis. Praktis, mereka cuma memiliki Alexandre Lacazette dan Eddie Nketiah yang berposisi sebagai penyerang murni.

"Kami sangat yakin apa yang kami lakukan sudah benar (tidak mendatangkan pemain di bursa transfer Januari). Sekarang, saya harus adil kepada pemain yang jarang sekali mendapatkan menit bermain," ucap Arteta.

Pendukung Arsenal sebetulnya layak waswas dengan keputusan Arteta yang tak mendatangkan penyerang. Pasalnya, catatan gol Lacazette dan Nketiah tak mengesankan khususnya di Premier League.

Lacazette sejauh ini sudah memebuat tiga gol dari expected goals (xG) yang mencapai 6,5. Nketiah bahkan belum sama sekali membuat gol di Premier League.

Meski begitu, tanpa penyerang tajam, Arsenal tak benar-benar terpuruk. Mereka mampu menuntaskan peluang demi peluang menjadi gol. Rata-rata xG per laganya terbilang apik.

Melawan Brentford pada 19 Februari lalu misalnya. Torehan xG Arsenal mencapai 2 dan gol yang dibuat juga 2. Artinya, kualitas peluang yang dihasilkan para pemain Arsenal cukup bagus. Penyelesaian akhirnya juga tidak jelek-jelek amat. 

Namun, ada kalanya Arsenal juga bisa memaksimalkan peluang kecil (atau, katakanlah, kualitas peluang yang tidak terlalu bagus) menjadi gol. Paling kelihatan, tentu saja, ada pada pertandingan melawan Watford. Rata-rata kualitas peluang Arsenal cuma menghasilkan angka xG 1,4, tetapi mereka mampu membuat tiga gol.

Bagaimana caranya Arsenal bisa survive dan terus menerus mendulang gol?

Jawabannya ada di cara main dan lini kedua yang tajam. Arteta tak membebankan penyerang utama untuk mengoleksi gol banyak-banyak.

Lacazette yang piawai melindungi bola dan membuka ruang betul-betul dimaksimalkan oleh Arteta. Penyerang asal Prancis itu tak terlalu banyak beroperasi di dalam kotak penalti. Lacazette akan turun ke tengah atau sekadar memantulkan bola kepada gelandang.

Sejauh ini, Lacazette mencatatkan rata-rata 1,3 umpan kunci per laga. Angka itu cuma kalah dari Martin Odegaard dan Bukayo Saka. Paling mengesankan tentu jumlah asis-nya yang menyentuh angka tujuh. Catatan tersebut merupakan torehan tertinggi di antara pemain Arsenal lainnya.

Cara kerja Lacazette sebenarnya simpel saja. Ia akan menahan bola yang merupakan keunggulannya lalu melepaskan passing kepada gelandang yang masuk dari lini kedua. Kalau mau contoh, tengok gol Bukayo Saka ke gawang Watford. Lacazette menarik bek Watford usai mendapatkan umpan dari Saka. Bola kemudian dikembalikannya lagi dan membuat ruang untuk Saka melepaskan tembakan terbuka lebar.

Selain Lacazette, peran pemain yang ada di belakangnya juga sangat penting. Saka, Martin Odegaard, Emile Smith Rowe, Gabriel Martinelli, dan Nicolas Pepe adalah peluru-peluru yang mendapatkan manfaat dari pergerakan Lacazette.

Pemain-pemain tersebut memang tidak berada di dalam kotak penalti. Namun, lewat kombinasi dan penetrasi yang kerap dilakukan, ketiganya bisa membuat gol yang menguntungkan tim.

Saka dan Martinelli merupakan dua nama yang punya rata-rata shot terbanyak per pertandingannya. Saka mencapai 2,4, lalu Martinelli memiliki 1,9 per laga.

Kemudian, ada Smith Rowe yang menjadi top skorer Arsenal sampai saat ini. Sudah ada 9 gol yang dibuat oleh pemain berusia 21 tahun tersebut. Padahal, rata-rata xG Smith Rowe hanya menyentuh angka 3,8. Artinya, Smith Rowe punya kemampuan memaksimalkan peluang yang relatif kecil (atau sulit) untuk menjadi gol.

Senjata Smith Rowe adalah akurasi dan penempatan posisi. Sembilan gol yang diciptakannya buah dari 18 percobaan ke gawang yang dibuat.

Satu nama lain yang membuat lini depan Arsenal bervariasi adalah Odegaard. Tak cuma berkreasi memberikan operan, Odegaard juga punya penyelesaian akhir yang mumpuni. Pemain Norwegia itu memiliki kemampuan yang baik di kaki kirinya.

Lantas, ada Pepe juga menjadi senjata baru Arsenal untuk membuat gol. Sering kali masuk dari bangku cadangan, Pepe mampu menjadi pembeda yang dibutuhkan lini depan Arsenal.

Apalagi, selepas Piala Afrika Januari lalu, Pepe kembali ke Arsenal dengan berbeda. Energi serta motivasi eks pemain Lille itu bertambah dan menguntungkan Arsenal.

“Sikapnya, senyumnya, caranya berkomunikasi dengan pemain lain. Dia juga sangat enerjik. Caranya berlatih, dan betapa efisiennya dia saat berlatih,” ucap Arteta.

Kemahiran Pepe terlihat di laga melawan Wolves. Pemain Pantai Gading itu membuat gol penyama kedudukan pada menit ke-81. Lalu, gol kemenangan Arsenal yang dicetak Lacazette juga buah dari akselerasi dan umpan terobosan Pepe.

***

Banyak pendukung Arsenal yang sangat yakin timnya akan finis di empat besar Premier League. Cara main hingga passion para pemain yang membuat keyakinan itu membuncah.

Namun, untuk musim depan Arsenal tak bisa selalu mengandalkan peran lini kedua untuk mendulang angka. Selain karena para pemain yang masih muda, Arsenal juga bertanding di beberapa kompetisi penting bila masuk empat besar.

Penting untuk mendatangkan penyerang baru di bursa transfer musim panas nanti. Kabar beredar, The Gunners menginginkan dua penyerang top untuk didatangkan. Proyeksi yang bagus, sebab penyerang tajam dan subur bisa menambah ledakan di lini depan 'Meriam London'.