Magi Olivier Giroud

Foto: @oliviergiroud.

Ada petuah penuh magi dalam perjalanan Olivier Giroud. Petuah itu mengarahkan langkah kakinya sampai ke AC Milan.

Keimanan Olivier Giroud begitu kuat. Bahkan, sebelum mengambil keputusan besar soal masa depannya di dunia sepak bola, ia rajin mempertimbangkan petuah penuh magi yang berasal dari mimpi kenabian.

Telinga Giroud, misalnya, selalu terbuka untuk kata-kata Nicole. Apa saja ucapan rekan ibunya itu seperti petunjuk bagi Giroud untuk menemukan jati diri dan menentukan pijakan sebagai pesepak bola.

Suatu hari, Nicole menghubungi Giroud untuk menyampaikan mimpi kenabian yang dialami Nicole. Berangkat dari mimpi dan tafsirnya, Nicole menyarankan agar Giroud tidak bergabung dengan Everton yang saat itu menaruh minat untuk merekrutnya.

Nicole menyempurnakan saran itu dengan berkata: Kamu tidak akan mendapatkan kesempatan dan kepuasan jika bergabung dengan Everton. Giroud percaya, kata-kata Nicole itu seperti tanda dari Yang Kuasa. Kita semua tahu, Giroud tidak pernah berlabuh ke Goodison Park.

"Iman membantu saya setiap hari, terutama ketika saya harus mengambil keputusan besar. Misalnya, saya tidak pergi ke Everton, dan mengapa saya bertahan di Chelsea (musim 2020/21) daripada bergabung Inter?" kata Giroud kepada The Guardian.

"Tuhan punya rencana untuk setiap manusia di dunia. Kita membuat jalan kita, Tuhan yang menentukan langkahnya ..... Dan banyak hal (ucapan Nicole) yang ternyata benar. Saya percaya itu adalah tanda-tanda dari Tuhan di surga."

Ucapan-ucapan Nicole menuntun arah langkah Giroud. Memang tidak semua keputusan bergantung pada Nicole, tetapi bisikan penuh magi dari Nicole sedikit-banyak mempengaruhi perjalanan Giroud sampai akhirnya menuju Italia dan bergabung dengan AC Milan untuk mengarungi musim 2021/22.

Milan merekrut Giroud dengan mahar 2 juta poundsterling dan kontrak dua tahun. Kedatangannya tidak hanya diharapkan menambah daya ledak Milan yang musim sebelumnya amat bergantung pada Zlatan Ibrahimovic, tetapi juga menularkan pengalaman kepada pemain muda Milan.

Lebih-lebih, Milan menjadi skuad termuda di Serie A dengan rata-rata usia 25 tahun pada musim lalu. Giroud sendiri sudah hampir merengkuh segalanya. Satu trofi Piala Dunia, satu titel Liga Champions, satu gelar Liga Eropa, dan empat trofi Piala FA, tercantum dalam curriculum vitae-nya.

Itu belum ditambah dengan prestasi personal. Salah satunya, titel pencetak gol terbanyak Liga Eropa 2018/19 (11 gol) dan Ligue 1 2011/12 (21 gol).

Meski begitu, perekrutan Giroud bukanlah perekrutan besar. Tidak semua pihak menyambut dengan sorak-sorai. Ada yang menaruh harapan memang, tetapi ada juga yang biasa-biasa saja. Toh, ia diproyeksikan sebagai serep Ibrahimovic.

Keraguan membesar karena Giroud mengenakan nomor punggung sembilan. Nomor punggung kramat yang identik dengan redupnya sinar si empunya. Selepas Fillipo Inzaghi, tidak ada pemain Milan bernomor punggung tersebut yang moncer. Ambil contoh Gonzalo Higuain, Alexandre Pato, dan Krzysztof Piatek.

Namun, ambisi Giroud tak lantas padam karena pernyataan-pernyataan pesimistis. Ia tetap menengadahkan kepala dan siap menghadapi semua laga dengan sebaik-baiknya, sekuat-kuatnya. Omongan bisa berlalu, tapi gol dan kemenangan akan abadi 'kan?

Sebagian dari kita mungkin sudah tahu apa yang terjadi setelah perbincangan transfer lenyap: Giroud membuktikan diri bahwa insting mencetak golnya masih membara. Sudah 7 gol dan 1 asis yang ia rangkum di Serie A. Selain catatan kasat mata (gol dan asis), ia mampu menjalankan kerja-kerja lain yang kadang terlupakan.

Sebagai penyerang, Giroud juga dituntut untuk menekan pemain-pemain lawan ketika lawan-lawan itu menguasai bola. Hasilnya tidak jelek-jelek amat. Berdasarkan data FBref, ia mencatatkan 41 pressures sukses dari 159 percobaan.

Gol pertama Milan ke gawang Inter dalam lanjutan Serie A baru-baru ini pun berawal dari keberhasilan Giroud melakukan pressures. Ia mengejar Alexis Sanchez yang sedang menguasai bola hingga tengah lapangan. Tekanan Giroud membuat Sanchez kehilangan keseimbangan dan penguasaan bola.

Milan buru-buru melancarkan serangan kilat. Ada enam pemain berlari ke arah kotak penalti Inter, termasuk Giroud. Brahim Diaz yang menguasai bola melepaskan tembakan. Bola membentur Alessandro Bastoni dan berubah arah. Giroud menjatuhkan badan untuk menyepak bola ke gawang Inter.

Kontribusi Giroud tidak sampai situ. Ia juga turut membantu tim mengkreasikan peluang. Sebagai striker yang tidak punya kecepatan dan sedikit kaku, pergerakannya cukup dinamis. Itu terdeteksi dari heatmap sejauh ini. Ia cukup rajin bergerak ke luar area kotak penalti dan tak ragu turun sampai garis tengah.

Kemewahan Giroud lainnya adalah penempatan posisi yang pas sekaligus cara menarik lawan supaya rekan-rekannya berada di dalam posisi yang bebas. Itu belum ditambah dengan tubuhnya yang kekar plus kemampuan duel udara yang baik. Dua atribut itu membuat Giroud mampu menjadi pemantul dan menyebarkan bola kepada pemain secondline.

Per catatan FBref, Giroud merangkum rata-rata 2,98 shot-creating actions (SCA) tiap 90 menit. Sederhananya, SCA merupakan atribut ofensif, mulai dari umpan, dribel, memenangi pelanggaran, yang dapat menciptakan peluang. Sedangkan WhoScored mencatat, rata-rata key passes per laga Giroud berada di angka 1. Untuk seorang striker, catatan itu tergolong oke.

Terlalu dini memang menyimpulkan bahwa Giroud adalah pahlawan Milan. Toh, perjalanan Serie A masih cukup panjang. Namun setidaknya, Giroud sudah berhasil menjadi pembeda dalam beberapa laga. Semakin sering ia menjulurkan lidah ke depan kamera, semakin besar juga kansnya dan Milan meraup kesuksesan yang selalu dijanjikan sepak bola.