Marmoush Memang Bagus

Foto: Riiana Izzietova

Saya melihat Omar Marmoush bermain secara langsung di Millerntor dan merasa ia memang sudah layak naik kelas.

Millerntor bukanlah tempat yang asing untuk Omar Marmoush. Pada paruh kedua musim 2020/21, Marmoush pernah menjalani masa peminjaman bersama sang empunya stadion, St. Pauli. Di kompetisi 2. Bundesliga saat itu, pemain berpaspor Mesir sukses membukukan tujuh gol dari 21 pertandingan.

Secara total periode peminjaman memang terbilang singkat, hanya enam bulan. Namun, periode tersebut menjadi penanda awal akan karier Marmoush yang begitu gemilang dalam dua musim ke belakang. Juga menjadi petunjuk soal bagaimana Marmoush sebaiknya digunakan sebagai seorang pemain.

Pada masa peminjaman itu, Marmoush acap bermain dalam sistem dua striker. Biasanya ia bermain bersama Guido Burgstaller dalam formasi 4-3-1-2 arahan Timo Schultz. Pada sistem itu, Marmoush acap menjadi sosok penyerang yang bisa membuka ruang, turun ke bawah untuk menerima umpan. Marmoush bukan sosok yang akan menunggu di kotak penalti, ia bisa bergerak ke mana saja. Namun, saat merangsek masuk ke dalam kotak pun, ia bisa buas dan tajam.

Apa yang St. Pauli sediakan untuk Marmoush kala itu kemudian juga dilakukan oleh Eintracht Frankfurt musim ini. Pemain 25 tahun ini juga digunakan dalam sistem dua penyerang. Di bawah Dino Toppmöller, Marmoush juga diberi kebebasan untuk bergerak. Ia dipersilakan untuk turun untuk menerima bola, mengokupasi half-space, hingga meng-overload sayap. Tak melulu stay di tengah, tak melulu di dekat atau dalam kotak penalti.

Foto: Riiana Izzietova

Di Frankfurt, Marmoush biasanya berduet bersama Hugo Ekitike. Keduanya bisa bergantian turun ke bawah, bisa bergantian mengeksploitasi kotak penalti lawan. Keduanya juga sama-sama cepat, dan keduanya diberi kebebasan untuk mengungguli lawan dengan kecepatan dan aksi individu yang mereka miliki. Siapa pun bisa mengambil peran target man atau second striker kapan saja.

Kebebasan dalam sistem dua penyerang ini juga yang kemudian membuat Marmoush mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dan (sejauh ini) menjalani musim paling gemilang dalam kariernya. 14 gol dan delapan assist dalam 16 pertandingan liga adalah torehan yang fenomenal. Satu gol di antaranya dicetak Marmoush akhir pekan kemarin di Millerntor, saat ia kembali untuk menghadapi St. Pauli dalam lanjutan Bundesliga,

Pada laga tersebut, Marmoush secara total melepaskan tujuh tembakan, dengan enam di antaranya ia lepaskan di dalam kotak penalti. Lima di antara tujuh tembakan itu tepat sasaran, dengan angka ekspektasi gol mencapai 1,51. Angka-angka ini terdengar simpel, tapi ini sejatinya menunjukkan kedewasaan Marmoush dalam mengambil keputusan: Ia tak suka asal menembak. Ia sudah mampu menghitung tempat dan momen yang tepat.

Tak ada pemain di Bundesliga musim ini yang memiliki tembakan tepat sasaran lebih banyak dari Marmoush. Dan ketika kau tau bahwa penyerangmu tahu bagaimana caranya melepaskan tembakan tepat sasaran, kau tahu bahwa gol demi gol akan lahir dari kakinya. Itulah yang dilakukan Marmoush, itulah yang dirasakan oleh Frankfurt.

Foto: Riiana Izzietova

Hal lain yang terlihat dari bertambah dewasanya permainan Marmoush adalah bagaimana ia mampu lebih efektif dalam menjaga bola. Dribelnya bertambah baik—ia tahu kapan harus melewati lawan dan kapan harus memilih untuk mengumpan. Saya melihat itu di Millerntor akhir pekan kemarin, dan data yang menunjukan bahwa angka take-ons suksesnya meningkat dan angka rerata ia kehilangan bola berkurang menguatkan argumen ini.

Saya juga terkesima dengan bagaimana Marmoush memosisikan badannya saat akan menerima bola. Saat turun ke bawah, misalnya, ia tidak akan sepenuhnya membelakangi gawang lawan, tapi akan membuka badannya sedikit sehingga ketika bola sampai di kakinya ia mampu membalikkan badan ke arah gawang lawan dalam satu sentuhan. Ini acap kali membuatnya unggul langkah atas pemain belakang yang menjaganya.

Lantas, dalam diri Marmoush saat ini, kita tak hanya akan melihat pemain yang cepat dan buas dalam urusan mencetak gol, tapi juga pemain yang efektif dan mampu berkontribusi dalam permainan tim secara keseluruhan—untuk link-up, overload, membuka ruang. Ia sejauh ini membuktikan diri bahwa harga lebih dari €50 juta untuknya akan sepadan untuk dibayarkan.

Dan dari kabar yang beredar, Manchester City yang akan segera membayar mahar mahal itu untuk Marmoush. Sebuah bisnis yang terdengar masuk akal. Well, memang masalah City lebih sering digaungkan ada di lini tengah mengingat cederanya Rodri. Namun, lini depan City juga tak setajam dan sekreatif musim lalu, dan ini bisa diobati dengan mendatangkan pemain seperti Marmoush.

Foto: Riiana Izzietova

Sebab, City membutuhkan seorang runner yang bisa berlari ke ruang kosong dan kotak penalti saat Erling Haaland berusaha sedikit turun menarik pemain belakang lawan. Atau, City juga butuh seorang yang bisa menarik pemain belakang lawan untuk menciptakan lebih banyak ruang buat Haaland. Bernardo Silva atau Phil Foden bukan orangnya. Kevin de Bruyne lebih sering cedera dan Ilkay Gündogan sudah menua.

Buat Marmoush, City juga masuk akal. Bukan hanya karena ia akan dilatih oleh seorang Pep Guardiola, tapi ia juga kemungkinan besar tidak akan bermain sebagai striker tunggal atau pemain sayap. Perlu diingat, sebelum pindah ke Frankfurt, Marmoush acap berperan sebagai penyerang tunggal atau penyerang/gelandang sayap di Wolfsburg dan Stuttgart, dan itu jadi salah satu faktor ia lambat berpendar.

Di City, Marmoush bisa bermain sebagai striker kedua bersama Haaland, atau bermain sedikit lebih ke belakang sejajar dengan De Bruyne, Foden, atau Bernardo Silva. Memang kebabasan yang ia dapatkan mungkin tak akan sebesar di Frankfurt—dan ini akan jadi salah satu faktor cepat atau lambatnya adaptasi. Namun, ada potensi dengan kemampuannya, Marmoush bisa langsung menjadi senjata baru Guardiola.

Foto: Riiana Izzietova

Kedatangan Marmoush juga bisa menjadi petunjuk bahwa mungkin Guardiola ingin bermain lebih direct. Mengingat City juga punya kepayahan dalam soal bertahan dan menerima serangan balik, mulai bermain lebih dalam dan agak menunggu, untuk kemudian melancarkan serangan balik cepat, akan lebih masuk akal dilakukan bila memiliki pemain depan yang cepat seperti Marmoush.

Di atas kertas, bila benar kejadian, ini akan jadi transfer yang punya potensi sukses cukup besar. Akan tetapi, sepak bola memang tak berjalan di atas kertas. Namun, satu hal yang pasti: Saya melihat sendiri betapa Marmoush punya potensi untuk jadi pemain yang lebih besar dari saat ini. Entah di City atau bukan. Bahwa data dan angka darinya tidaklah palsu. Dan saya juga senang, bahwa perjalanannya menjadi besar dimulai dari Millerntor.