Masalah-masalah Persipura

Foto: Twitter @persipura63

Persipura pernah tampil mengesankan dan membanggakan wakil Indonesia di kancah sepak bola. Namun, 'Mutiara Hitam' kini sedang jatuh.

"Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah, sebanyak madu adalah harta harapan."

Penggalan lirik dari lagu Franky Sahilatua berjudul 'Aku Papua' menjelaskan betapa kayaknya daerah di Timur Indonesia itu. Papua tak cuma kaya sumber daya alam, tetapi di situ juga lahir pemain-pemain sepak bola berbakat yang menjadi tulang punggung Timnas Indonesia.

Rully Nere menjadi salah satu anak Papua yang sukses berat bersama Timnas Indonesia. Pria kelahiran 13 Mei 1957 itu menjadi salah satu pemain yang membawa Indonesia merengkuh medali emas SEA Games 1987 di Jakarta.

Setelah Rully Nere, muncul lagi pemain berbakat dari Papua bernama Eduard Ivakdalam. Penampilannya yang elegan dan kalem di lini tengah membuat Ivakdalam dijuluki sebagai maestro lini tengah Indonesia.

Bicara soal bakat dari Papua tak lengkap rasanya bila tak menyertakan nama Boaz Solossa. Mencuat di Piala AFF 2004, Boaz tampil sangat baik di antara senior-senior seperti Ilham Jayakesuma, Kurniawan Di Yulianto, dan Elie Aiboy.

Pada ajang tersebut, Boaz mampu membuat empat gol dan mengantarkan Indonesia sampai ke final. Sayang, di babak final sebuah tekel keras membuat Boaz harus cedera parah dan tak mampu membawa Indonesia juara.

Cedera tak membuat Boaz trauma. Ia terus bertumbuh menjadi salah satu penyerang tajam yang pernah dimiliki Indonesia. Bochi--sapaan karibnya--sudah tiga kali meraih gelar top skor Liga Indonesia.

Namun, bicara tentang Papua tak cuma soal pemain-pemainnya yang berbakat dan legenda. Mereka juga memiliki tim yang selalu diperhitungkan di kompetisi sepak bola Indonesia, yakni Persipura.

Tercatat, sudah empat kali Persipura menjadi kampiun Liga Indonesia. Catatan mentereng Persipura tak cuma di kompetisi lokal saja, 'Mutiara Hitam' juga pernah berpendar di kompetisi antarklub Asia.

Tepatnya pada tahun 2014, Persipura, yang mewakili Indonesia di AFC Cup, tampil sangat mengesankan. Mereka bisa menembus babak semifinal sebelum dihentikan klub asal Kuwait, Al-Qadsia dengan agregat skor 10-2.

Cerita berbanding terbalik saat ini. Persipura malah tertatih-tatih dalam mengarungi Liga 1 musim 2021/22. Hanya ada satu kemenangan yang bisa didapatkan Persipura dari 10 laga yang telah dimainkan. Mereka tercecer di posisi ke-17 klasemen sementara dengan lima angka.

Lalu, apa yang membuat 'Mutiara Hitam' karam?

Tak Ada Leadership

Masalah internal menghantui Persipura jelang kompetisi musim ini dimulai. Alhasil, mereka harus mendepak dua pemain senior yang juga panutan di dalam tim yakni Boaz Solossa dan Yustinus Pae.

Ian Louis Kabes dan Ricardo Salampessy yang merupakan pemain senior di tim belum mampu mengangkat pemain-pemain muda yang ada di tim. Keduanya cenderung tak konsisten dan belum memberikan kontribusi yang maksimal.

Padahal, Persipura memiliki pemain muda yang cukup menjanjikan. Kita tentu masih ingat dengan nama Ramai Rumakiek yang membuat gol dalam debutnya di Timnas Indonesia. Lalu, ada juga Gunansar Mandowen yang kerap menjadi langganan Timnas.

Usianya keduanya belum lebih dari 20 tahun. Tentu perlu adanya sosok panutan dan bimbingan di dalam tim untuk bisa membantu bakat-bakat muda berpendar.

Pemain Asing yang Tak Optimal

Semasa jayanya, Persipura terkenal memiliki pemain asing yang cukup kompeten di posisinya. Bahkan, tiga pemain asing eks Persipura dinaturalisasi agar bisa memperkuat Indonesia. Mereka adalah Beto Goncalves, Bio Paulin, dan Victor Igbonefo.

Mereka bertiga hanyalah segelintir pemain asing Persipura yang sangat baik kiprahnya di sepak bola Indonesia. Namun kini, Persipura bermasalah dengan pemain asing yang mereka datangkan.

Ada empat pemain asing di musim ini. Mereka adalah Henrique Motta, Takuya Matsunaga, Yehven Bokhashvili, dan Hedipo Conceicao. Dari keempat nama tersebut, belum ada yang tampil mengesankan sejauh ini.

Motta yang berposisi sebagai bek baru mencatatkan lima tekel sukses dari tujuh pertandingan yang sudah dimainkan. Catatan buruk juga diperlihatkan penyerang asal Ukraina, Bokhashvili. Sampai sejauh ini, eks pemain PSS Sleman itu belum membuat gol sama sekali. Bokhashvili juga baru sekali melepaskan shot on target dalam 358 menitnya di atas lapangan.

Dua pemain asing lainnya yakni Matsunaga dan Hedipo baru bergabung di seri kedua. Matsunaga baru sembuh dari cedera lutut, sementara Hedipo harus merampungkan masalah administrasi kerja di Indonesia.

Komposisi Starting Eleven yang Belum Ajek

Di bawah Jacksen F. Tiago musim ini, Persipura menerapkan formasi 4-3-3. Mereka mengandalkan kecepatan kedua sisi ditambah variasi dari tengah untuk membongkar pertahanan lawan.

Namun, Jacksen sepertinya belum menemukan komposisi 11 pemain yang tepat untuk Persipura musim ini. Ia kerap bongkar pasang pemain khususnya di lini belakang dan depan.

Donny Monim sebagai kapten kerap dimainkan dengan Salampessy atau Motta. Belum lagi bek tepinya yang kerap diisi bergantian oleh Israel Wamiau, Irsan Lestaluhu, atau David Rumakiek.

Situasi yang sama terjadi di lini depan. Ricky Kayame atau Bokhasvili kerap dirotasi di pos penyerang tengah. Kemudian di winger, Jacksen masih terus mencari formulasi yang tepat antara Ferinando Pahabol, Ramai Rumakiek, Gunansar Mandowen, atau Joshua Isir. Menariknya, keempat pemain tersebur sudah tampil lebih dari empat kali sejauh ini.

***

Persipura juga tertatih-tatih di awal musim Liga 1 2019. Mereka berada di zona degradasi hingga pekan kesembilan kompetisi. Luciano Leandro yang menjadi pelatih kepala saat itu gagal membawa Persipura bersinar lalu diberhentikan.

Datanglah Jacksen F. Tiago yang memang sudah mengetahui karakteristik pemain Papua. Pelatih yang membawa Persipura juara sebanyak tiga kali itu langsung mengantarkan 'Mutiara Hitam' melesat dan duduk di posisi tiga klasemen akhir. Akankah hal tersebut akan kembali terulang di musim ini?