Max Kruse di Antara Kontroversi dan Konsistensi

Foto: @fcunion_en

Max Kruse hidup di antara kontroversi dan konsistensi. Kelakuan buruknya di luar lapangan berjalan beriringan dengan prestasinya di atas lapangan.

Alkisah, pada sebuah malam di Oktober 2015, seorang pria Jerman ikut dalam kompetisi poker kelas dunia di Berlin. Malam itu awalnya berjalan membahagiakan untuknya. Dia berhasil menang dan mengantongi hadiah 75.000 euro. Kebetulan, dia memang pemain poker profesional meski itu bukan pekerjaan utamanya.

Selepas perlombaan itu, dia memesan taksi untuk pulang. Perjalanan pulangnya berjalan lancar, dia sampai dengan selamat. Namun, ada satu yang pria itu lupa. Dompetnya tertinggal di dalam taksi. Lebih buruk lagi, uang hadiah tadi ada di dompet itu. Iya, ia meninggalkan 75.000 euro (atau sekitar 1,2 miliar rupiah) dalam taksi.

Yang jadi masalah, pria itu justru melapor ke polisi dengan keterangan telah kecurian. Dia tak mengaku bahwa kecerobohannyalah yang membuatnya kehilangan 75.000 euro. Setelah empat bulan setelah kejadian itu, publik mengetahui bahwa uang itu hilang akibat keteledoran sang pria sendiri. Lebih parah lagi, bos di tempatnya bekerja juga jadi tahu kejadian itu.

Namun, bukan rasa iba yang didapatkan dari sang bos, pria itu justru mendapatkan denda 25.000 euro atas kejadian tersebut. Dia dinilai ceroboh dan tak bertanggung jawab. Sebab, bagaimana bisa seseorang melupakan uang 75.000 euro? Apalagi itu hadiahnya usai menang poker kecuali, mungkin, dia sedang mabuk berat.

Pria itu kemudian kita kenal sebagai andalan Union Berlin musim ini. Ya, dia adalah Max Kruse.

***

Kruse adalah pemain yang bagus. Anda boleh menengok catatanya sejak musim 2012/13 sampai saat ini. Dalam setiap musim, Kruse selalu berkontribusi dua digit gol buat klubnya. Artinya, jika ditotal, gol atau assist yang dia buat dalam satu musim mampu menyentuh angka 10 atau lebih. Keseringan, sih, memang lebih, ya.

Bahkan sejak 2012/13, ada lima musim di mana Kruse berhasil mencetak dua digit gol. Sebelas gol pada musim 2012/13 bersama Freiburg, 12 gol untuk Borussia Moenchengladbach semusim setelahnya, 11 gol untuk Gladbach lagi pada musim 2014/15, serta 15 dan 11 gol untuk Werder Bremen pada musim 2016/17 dan 2018/19.

Jika tak bagus, sulit bagi seorang pemain untuk mencatatkan jumlah gol dan assist sekonsisten Kruse. Terlebih boleh dikatakan dia cuma main di klub kelas dua (atau bahkan juga tiga). Sayangnya, prestasi apik di lapangan tak ditunjukkan Kruse di luar lapangan.

Jika berbicara soal di luar lapangan, Kruse adalah sosok yang kontroversial. Pemain kelahiran Reinbek itu penuh masalah. Tak cuma cerita soal bagaimana dia meninggalkan 75.000 euro di dalam taksi saja. Masih ada lagi.

Salah satu cerita yang cukup mengemuka juga datang saat dia masih membela Wolfsburg. Saat itu Kruse ketahuan punya pola makan buruk. Dia memiliki kebiasaan untuk menyantap roti gulung dengan toping Nutella setiap pagi. Kruse kecanduan merek selai cokelat populer itu.

Pola makan itu tentu saja tak disukai pelatih dan petinggi klub. Sebagai pemain andalan, Kruse diharapkan menjaga pola makannya. Dia tak bisa menyantap makanan tinggi gula setiap hari karena bisa meningkatkan kadar gula darahnya dan membuatnya kelebihan berat badan.

Atas dasar itu, Kruse pun mendapat teguran keras dari Direktur Olahraga dan Pelatih Wolfsburg kala itu, Klaus Allofs serta Dieter Hecking. Dia bahkan disidang secara khusus saat klub menjalani pemusatan latihan musim dingin 2016 di Portugal. Tak hanya itu, kabarnya Kruse juga kembali didenda dengan jumlah yang sama atas kasus taksinya: 25.000 euro.

Hal buruk yang dilakukan Kruse tak berhenti sampai di situ. Pada pesta ulang tahunnya yang ke-28, pemain yang juga pernah berseragam St. Pauli itu kembali berulah. Saat itu dia merampas ponsel dari salah satu jurnalis perempuan yang datang ke pestanya.

Kruse mengambil foto dirinya menggunakan ponsel jurnalis itu dan tak lama menghapusnya. Aneh, bukan? Namun, berdasar laporan DW, Kruse tak tahu bahwa sang perempuan adalah seorang jurnalis. Dia baru tahu setelah mendapat panggilan dari Allofs keesokan harinya. Seperti biasa, Kruse ditegur keras dan dikenakan denda 25.000 euro lagi.

Jika Anda kira ceritanya sudah selesai, Anda salah. Kruse punya beragam hal yang bisa membuat kita geleng-geleng kepala. Masih pada 2016, videonya sedang, maaf, masturbasi tersebar luas di internet. Video itu sendiri berdurasi 30 detik dan, yang menarik, rilis hanya satu hari setelah dia didepak dari skuad Tim Nasional Jerman oleh Joachim Loew.

Satu tahun sebelumnya, berdasar laporan Bild, Kruse digugat oleh seorang pramugari. Alasannya, sang pemain menyebarkan foto, maaf lagi, telanjang pramugari itu kepada rekan-rekan satu timnya. Kebetulan, Kruse memang pernah dekat dengan sang pramugari. Bahkan dikabarkan Sami Khedira juga termasuk sebagai pemain yang mendapat kiriman foto itu dari Kruse.

Oh, masih ada lagi. Belum lama ini, pria berusia 32 tahun itu mendapat kritik keras usai mengunggah fotonya sedang bermain kartu bersama orang tak dikenal di sebuah bar ke media sosial. Padahal, kala itu Federasi Sepak Bola Jerman (DFL) sedang menerapkan protokol ketat bahwa para pemain harus menjaga aktivitasnya dengan baik di kondisi pandemi ini.

Buruknya, tiga hari setelah mengungah foto itu (dan tiga hari pula setelah kontak dengan orang asng di sebuah tempat umum), Kruse bermain dalam laga Bundesliga bersama Union Berlin. Hal itu pun menimbulkan kontroversi, mengingat Kruse merupakan salah satu sosok senior dan panutan dalam tim.

***

Terlepas dari beragam hal buruk yang dilakukan, di atas lapangan Kruse adalah pemain yang konsisten dan dapat diandalkan. Jumlah gol dan assist-nya dalam tiap musim menunjukkan itu. Meski 'bandel', Kruse tetap kalem di atas lapangan. Jika merujuk data WhoScored, dia belum pernah mendapat kartu merah sama sekali (di laga resmi) sepanjang karier.

Sekarang, saat usianya sudah 32 tahun, dia masih jadi andalan Union Berlin. Dari sembilan penampilan yang dicatatkannya musim ini di Bundesliga, Kruse sudah berhasil menorehkan 6 gol dan 5 assist. Ya, musim belum berjalan separuhnya, pemain bertinggi 180 sentimeter itu sudah berkontribusi dua digit gol untuk tim.

Konsistensi Kruse juga jadi salah satu alasan mengapa Union Berlin mampu bertengger di posisi enam klasemen Bundesliga. Padahal musim lalu, sebelum Kruse datang, Union Berlin kesulitan untuk menembus 10 besar. Hingga gameweek ke-9, kontribusi 11 golnya membuktikan bahwa lebih dari separuh total gol klub (21) pasti melibatkan Kruse. Itu jadi bukti jelas tentang seberapa besar pengaruhnya.

Saya paham betul soal besarnya pengaruh Kruse dalam sebuah klub. Sebagai orang yang mendukung Werder Bremen di Bundesliga, saya tahu betapa payahnya klub asal Jerman Utara itu ketika Kruse hengkang ke Fenerbache pada musim lalu. Saat itu Bremen berubah dari klub yang punya peluang lolos ke kompetisi antarklub Eropa, jadi klub yang susah payah keluar dari zona degradasi.

Yang menarik, peran Kruse musim ini di Union Berlin berbeda dibanding perannya di klub-klub sebelumnya. Di klub berjuluk Die Eisernen itu, Kruse berada dalam posisi yang lebih dalam, bermain sebagai second striker. Sementara, saat berseragam Bremen atau Wolfsburg, dia sering ditempatkan sebagai ujung tombak.

Karena itu, selain tetap tajam, Kruse tampil lebih kreatif musim ini. Per Understat, pemilik 14 caps bersama Timnas Jerman itu memiliki catatan 2,54 umpan kunci per 90 menit pada musim ini. Kruse juga mencatatkan 1,84 tembakan per 90 menit. Tak heran jika dia mampu memuncaki daftar top-skorer dan pencetak assist di Union Berlin. Bahkan di Bundesliga, torehan assist-nya hanya kalah dari milik Thomas Mueller (6).

Pada musim ini, Kruse punya kesempatan besar memecahkan rekor assist-nya dalam sebuah musim Bundesliga, yakni 9 pada musim 2018/19 bersama Bremen lalu. Bundesliga masih menyisakan 25 pertandingan dan dengan performa yang ditunjukkannya, pria yang pernah tampil di acara The Voice Turki itu bisa mencetak lebih dari 9 assist.

Begitulah Kruse, dengan segala tingkahnya di luar lapangan, dia tetap sosok hebat di atas lapangan. Bahkan dia masih layak untuk menerima panggilan dari Loew untuk memperkuat Timnas Jerman pada Piala Eropa 2020 (yang dihelat 2021) nanti.

Jerman membutuhkan sosok senior yang moncer dan itu ada pada diri Kruse. Di satu sisi, itu bisa jadi penebusan dosa Kruse karena di masa lalu, dia menyia-nyiakan kesempatan bermain di Timnas Jerman dengan beragam tindakan indisipliner. Saatnya menunjukkan bahwa konsistensinya ada di atas kontroversi.