Melawan Ketidakmungkinan dengan Ugal-ugalan seperti Balotelli

Foto: Wikimedia Commons.

Sepak bola Mario Balotelli lahir dan hidup dalam ketidakmungkinan. Kemenangan atas ketidakmungkinan itu pula yang membuatnya kembali dipanggil oleh Timnas Italia.

Mario Balotelli membuat sepak bola jadi pertunjukan jenaka dan teka-teki cerdas. Sebagai pertunjukan jenaka, sepak bola Balotelli menyulut senyuman dan gelak tawa. Sebagai teka-teki cerdas, jawaban sepak bola Balotelli cuma memainkan sepak bola itu sendiri.

Sepak bola Balotelli muncul dari pelarian panjang terhadap ketidakmungkinan. Balotelli terlahir sebagai Mario Barwuah dan sakit-sakitan. Ia membutuhkan perawatan panjang sehingga harus bolak-balik masuk rumah sakit. Masalahnya, Balotelli bukan dari keluarga berkecukupan. Kedua orang tuanya, Thomas dan Rose Barwuah, adalah imigran Ghana yang tinggal di Palermo. Balotelli pun lahir di kota tersebut. 

Kebutuhan kesehatan Balotelli membuat kedua orang tuanya seperti hidup dalam tekanan tanpa akhir. Ayahnya, Thomas, bahkan harus menempuh perjalanan selama 12 jam dengan kereta api hanya untuk bekerja. Semuanya untuk memenuhi biaya pengobatan Balotelli di rumah sakit. Pasangan Thomas dan Rose juga harus memikirkan cara untuk menghidupi kakak Balotelli, Abigail Barwuah.

Untuk mendapatkan kualitas hidup dengan penghasilan yang lebih baik, Thomas mengajak keluarganya pindah ke Brescia. Kota ini adalah sarangnya industri dan manufaktur. Menurut mereka, kehidupan di sana lebih baik, kesempatan untuk memiliki penghasilan yang lebih tinggi pun lebih terbuka.

Keputusan itu bukan perhitungan putus asa. Brescia menjadi rumah baru bagi Balotelli sekeluarga. Di sana Thomas tidak hanya mendapat penghasilan yang jauh lebih menjanjikan, tetapi juga fasilitas kesehatan dengan kualitas yang lebih baik untuk Balotelli.

Akan tetapi, hidup tidak pernah menjanjikan jalan yang mulus melulu. Sejenak tersenyum bahagia, keluarga Balotelli mendapat tantangan lain, yang ironisnya, diawali dengan raungan tangis kelahiran seorang bayi. Ia adalah Enock Barwuah, adik Balotelli. Kehadiran anak ketiga menjadikan kondisi finansial Thomas kembali ke level pas-pasan. 

Selain itu, kondisi kesehatan Balotelli belum bagus-bagus amat. Dokter bahkan menyarankannya untuk menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Pada akhirnya, Thomas menerima saran untuk menerima orang tua angkat bagi Balotelli, terutama mereka yang bersedia berkomitmen untuk memenuhi biaya pengobatannya yang tak sedikit.

Francesco dan Silvia Balotelli datang menawarkan diri pada Thomas dan Rose untuk mengurus Balotelli. Kehidupan pasangan tersebut sangat berkecukupan dan bersedia mengurus Balotelli sampai proses pengobatannya selesai.

Thomas dan Rose akhirnya menerima Francesco dan Silvia sebagai orang tua angkat Balotelli untuk sementara karena mereka tampak becus mengurus dan menyayangi anak-anak. Namun, ketika masa yang dijanjikan untuk mengurus Balotelli sudah habis, Francesco dan Silvia terus menolak mengembalikan Balotelli.

Balotelli pun menolak kembali kepada Thomas dan Rose. Katanya, mereka berdua berupaya untuk mendapatkannya kembali hanya karena ia sudah sukses sebagai pesepak bola. Balotelli memang terlihat sebagai anak durhaka karena omongan dan keputusannya. Kata orang-orang, durhaka hanya akan membawamu dari satu hari buruk ke hari buruk lainnya. 

Namun, Balotelli tak peduli dengan istilah durhaka atau berbakti. Kalaupun ia harus hidup sebagai anak durhaka, ia akan mengalahkan segala aksioma tentang hidup dalam kutukan tersebut. Bagi Balotelli, segala hal mungkin untuk dikalahkan, termasuk kutukan.

***

Bagi sepak bola yang begitu menghargai aturan, Balotelli adalah orang asing. Ia terlalu bengal, liar, meledak-ledak, dan tak bersahabat dengan aturan. Tingkahnya urakan. Orang-orang sering dibikin geleng-geleng kepala dengan ulahnya yang ugal-ugalan. 

Pada 2010, Jose Mourinho menyebutnya sebagai orang yang tak bisa diatur. Hanya membutuhkan waktu dua tiga menit dengan mesin pencari internet untuk mengumpulkan daftar ulahnya walau statusnya masih pesepak bola aktif: Mulai dari menembakkan senapan angin bersama kawan-kawannya di tempat terbuka, tabrakan saat membawa uang tunai 5.000 euro lengkap dengan jawaban “Karena saya kaya” saat ditanyai polisi, berfoto dengan dua orang mafia, melempar dart kepada pemain muda yang diakuinya sebagai lelucon, marah-marah ketika diganti di Liga Turki, sampai bolos latihan virtual yang berujung pada surat pemutusan kontrak dari Brescia.

Bagi orang-orang Italia, Balotelli juga terlihat sebagai orang asing karena ia terlalu 'berwarna'. Entah berapa kali pelecehan rasialisme ditujukan kepadanya, termasuk saat di Brescia, tempat yang selalu menjadi rumahnya. 

Keterasingan Balotelli juga terlihat di lapangan. Di ranah sepak bola yang memuja keindahan permainan Lionel Messi dan profesionalitas Cristiano Ronaldo, Balotelli menghukum lawan-lawannya dengan permainan yang–mengutip istilah mendiang Eduardo Galeano–menyerupai misteri tanpa tujuan. 

Lawan dibuat bertanya-tanya dengan kemampuannya mencetak gol. Lawan menerka-nerka apa yang akan dilakukannya untuk menjebol gawang lawan: Dengan sekali tembakkah? Dengan solo atau double run-kah? Atau dengan sundulan yang terlihat asal-asalan tetapi entah bagaimana caranya bisa mematikan? Semua itu pernah dilakukan Balotelli di atas lapangan. Kualitas itu pula yang membuatnya berhak mengangkat jersi dan mempertontonkan kaus bertuliskan 'Why Always Me?’ saat mencetak gol untuk Manchester City.

Serupa dengan kemenangan atas ketidakmungkinan yang menjadikannya sebagai pesepak bola meski pernah sakit-sakitan, Balotelli menang atas ketidakmungkinan di atas lapangan sepak bola. Roberto Mancini yang doyan marah-marah dan begitu gigih memegang aturan itu menjadi salah satu kemenangan terbesar Balotelli sebagai pesepak bola. Bisakah dibayangkan Mancini yang begitu keras itu bersedia menjadi mentor yang membentuk Balotelli menjadi pesepak bola luar biasa? Bahkan hanya kepada Mancini-lah Balotelli mengakui bahwa ia memang pesepak bola yang sulit diurus.

Ketika sudah tiga tahun tidak membela Timnas Italia, setelah dibuang dari satu klub ke klub lain, saat tak lagi bermain di level tertinggi lima liga top Eropa, seharusnya karier Balotelli meredup. Seharusnya tak ada lagi kesempatan baginya untuk berlaga dengan mengenakan kostum Azzurri. Namun, kenyataan berkata lain. Pada Januari 2022, Balotelli justru dipanggil Timnas Italia. Adalah Mancini yang menginginkan kedatangannya.

Mancini tidak pernah menyerah pada Balotelli. Toh, ia pernah memanggil Balotelli dalam laga persahabatan melawan Prancis dan Arab Saudi pada 2018. Baginya Balotelli tetap spesial. Saat pemanggilan tersebut, Balotelli memegang catatan 26 gol dalam 38 laga bersama Nice. Meski Balotelli sempat kehilangan fokus sehingga membuatnya memiliki empat klub dalam tiga tahun, Mancini tak pernah benar-benar kehilangan si anak bengal. 

Setelah gagal di Monza, Balotelli dikontrak oleh Adana Demirspor yang kembali ke Super Lig pada 2021/22 setelah menjadi juara divisi kedua pada 2020/21. Adana membutuhkan pemain bintang, seseorang yang dapat mengangkat morel dan derajat tim. Balotelli akhirnya dipanggil. Toh, Vincenzo Montella yang berstatus sebagai pelatih Adana itu juga orang Italia. Ia tahu persis seperti apa Balotelli sebagai pesepak bola. 

Mengutip omongan Montella, melatih Balotelli adalah pekerjaan yang menyenangkan. Ia punya kualitas dan mentalitas yang mumpuni. Balotelli, katanya, menjadi salah satu pemain penting yang membuat Adana sanggup nangkring di posisi empat besar Super Lig bersama Trabzonspor, Konyaspor, dan Alanyaspor. Bahkan Fenerbahce dan Besiktas yang masyhur itu kini masih berada masing-masing di posisi kelima dan keenam. Galatasaray? Oh, mereka masih tersendat di peringkat 15.

Ketika orang-orang bertanya mengapa Balotelli bisa dipanggil kembali oleh Timnas Italia, jawabannya sederhana, bahkan sama sederhananya dengan jawaban "Karena saya kaya" yang diberikan Balotelli kepada polisi yang menanyainya soal uang tunai 5.000 euro itu. "Balotelli dipanggil Timnas karena bertekad untuk dipanggil Timnas Italia,"  begitu jawaban Montella soal pemanggilan anak asuhnya itu.

Di Adana, Balotelli belum kehilangan taji. Mengutip statistik FBref, Balotelli menjadi pencetak gol terbanyak Adana bersama Britt Assombalonga di kompetisi liga. Keduanya mencetak masing-masing 8 gol dalam 19 pertandingan. Balotelli juga jadi pemain yang paling rajin mengancam lawan dengan 71 percobaan tembakannya. Dari situ, ia membuat 2,21 tembakan mengarah gawang per 90 menit. Jumlah itu menjadi yang terbaik di antara kawan-kawannya di Adana. 

Torehan itu mengindikasikan bahwa Balotelli bisa menjadi pembeda, apalagi sebagai striker, ia cukup sering membantu membangun permainan dengan turun ke lini kedua. Segala kualitas itu pula yang diinginkan Mancini di Italia asuhannya. Terlebih, Italia baru saja kehilangan Federico Chiesa yang acap kali menjadi pemecah kebuntuan. Italia membutuhkannya karena akan berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2022 mulai Maret. 

Meyakini bahwa Balotelli akan langsung membuat perbedaan besar di Italia kelewat naif. Namun, setidaknya, ia kembali. Italia memang menjadi juara di Piala Eropa teranyar. Namun, status sebagai juara Eropa itu belakangan mulai meredup. Italia bermain lesu, seperti kehilangan separuh daya. Barangkali, untuk memantik energi itu Italia membutuhkan seorang anak bengal. 

Bisa jadi alasan itu pula yang membuat Mancini tak pernah mau benar-benar kehilangan Balotelli, alasan itu yang membuatnya memanggil kembali si anak hilang. Kita tak akan pernah tahu sampai ia benar-benar turun arena. Jika saat itu tiba, kemungkinannya hanya akan dua: Balotelli meredup atau meledak. Kalau meledak, ia akan kembali mendiamkan orang-orang dengan sepak bolanya. Kalau meredup, ia akan tetap bertahan, sama seperti yang selalu dilakukannya.