Menakar Kandidat Top Skorer Euro 2020

Foto: Emilio Garcia via Unsplash.

Siapa yang paling berpotensi? Cristiano Ronaldo, Romelu Lukaku, Ciro Immobile? Atau justru Harry Kane?

Euro sudah menapaki 30 pertandingan hingga Selasa (22/6). Dari situ pula 71 gol tercipta atau 2,37 lesakan bila dirata-rata. Yang menarik, mayoritas gol terjadi pada babak kedua. Sebanyak 45 lesakan tercipta pasca-rehat, sedangkan 26 sisanya muncul di babak pertama.

Jangan salah, mencetak gol di turnamen sekaliber Euro tidaklah mudah. Banyak faktornya. Mulai dari mental si pemain, kemudian kekuatan lawan, dan kualitas rekan setim--yang lantas memengaruhi skema permainan serta peran sang pemain. 

Situasinya menjadi berbeda dengan apa yang mereka alami di klub. Itulah mengapa bomber sejago Harry Kane, Robert Lewandowski, dan Kylian Mbappe pun kesulitan bikin gol di Euro kali ini. Padahal, ketiganya merupakan top skorer di liganya masing-masing. Di lain sisi, para pemain macam Xherdan Shaqiri, Yussuf Poulsen, Andriy Yarmolenko, Roman Yaremchuk, Denzel Dumfries, dan Manuel Locatelli justru mencuat karena sudah mengemas sepasang gol sejauh ini.

Lantas, siapa saja yang paling berpeluang menjadi top skorer Euro 2020? Kami mencoba mengukurnya dari performa, calon lawan, serta kualitas tim dari masing-masing pemain.

Cristiano Ronaldo

Pengisi daftar pertama tentu saja, Cristiano Ronaldo. Konsistensinya sebagai mesin gol telah teruji secara klinis. Dari 2 matchday ini saja Ronaldo sudah bikin 3 gol, sekaligus membawanya bertengger sebagai top skorer Euro sepanjang masa lewat 12 gol.

Potensi Ronaldo buat menambah pundi-pundi golnya menjadi tinggi dengan kualitas sektor kreatif Portugal sekarang. Salah satunya Bruno Fernandes, gelandang sekaligus motor serangan Manchester United di musim 2020/21. Sejauh ini ia sudah mengemas rata-rata 2 umpan kunci per laga--tertinggi untuk Portugal.

Selain Brunoa, masih ada Diogo Jota dari sisi sayap. Asupan assist-nya ke Ronaldo di laga versus Jerman lalu menjadi buktinya. Belum lagi dengan keberadaan Bernardo Silva dan Raphael Guerreiro, dua pemain yang paling aktif memproduksi kans dari tepi kiri dan kanan. Dengan support system seperti sekarang, bukan tak mungkin Ronaldo bakal meraih sepatu emas Euro untuk pertama kalinya.

Romelu Lukaku

Sebelas dua-belas dengan Ronaldo, Romelu Lukaku juga dikelilingi rekan setim yang jago mendulang peluang. Malah, lebih banyak dari Ronaldo. Sebut saja Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Youri Tielemans, Axel Witsel, Yannick Carrasco, dan Thomas Meunier.

Secara garis besar, pakem 3-4-2-1 yang diusung Roberto Martinez begitu bergantung pada sosok Lukaku. Ya, sebagai target-man, ya, jadi tukang penetrasi sayap juga. Variasi pergerakan inilah yang membuat kans gol Lukaku menjadi besar.

Kabar baiknya lagi, Belgia sudah memastikan diri finis sebagai juara grup. Artinya, mereka hanya akan berhadapan dengan salah satu dari peringkat tiga terbaik. Dengan lawan yang relatif lebih mudah, setidaknya Lukaku bisa menambah 1 atau 2 gol lagi sebelum menjejak babak perempat final.

Ciro Immobile

Satu nama lagi dari Serie A, Ciro Immobile. Ada banyak faktor mengapa striker 31 tahun tersebut menjadi kandidat top skorer Euro kali ini. Tentu saja finishing ciamiknya jadi yang utama. Sebagai gambaran, Immobile berhasil bikin 25 gol bersama Lazio di lintas ajang musim ini.

Kedua dan terpenting, adalah skema ofensif Italia bersama Roberto Mancini. Sejauh ini mereka menjadi tim yang paling agresif dengan 20 tembakan per laga. Immobile sendiri mengemas rata-rata 5 shot dari 2 pertandingan--tertinggi bersama Patrik Schick.

Lantas, bagaimana prospek Immobile di fase gugur? Harusnya, sih, lancar jaya. Setidaknya pada babak 16 besar. Pasalnya, Italia cuma bertemu dengan Austria. Lagipula pertahanan David Alaba dan kolega itu tak bagus-bagus amat karena sudah kebobolan 3 kali di ronde grup.

Patrik Schick

Sudah sepantasnya Patrik Schick diperhitungkan sebagai kandidat top skorer. Ia menjadi salah satu dari 4 pemain yang sudah mengoleksi 3 gol sejauh ini. Betul bahwa Schick tak didukung dengan rekan-rekan yang memadai seperti halnya Ronaldo, Lukaku, atau Immobile. Mentok cuma Jakub Jankto dan Vladimir Coufal para penggawa Ceko yang rajin menciptakan peluang.

Namun, Schick diuntungkan karena menjadi penyerang tunggal dalam format 4-2-3-1. Dengan begitu, konsentrasi serangan Ceko bakal terpusat kepadanya. Itu tertuang dengan rerata tembakannya yang mencapai 5 per laga. Eks AS Roma itu juga mengukir 6 tembakan tepat sasaran dari 2 pertandingan--terbaik di antara seluruh pemain.

Satu yang pasti, jangan buru-buru mengerdilkan kualitas striker Ceko. Gini-gini, pemain mereka pernah menggondol titel pencetak gol terbanyak di ajang Euro. Ya, dia adalah Milan Baros. Mantan pemain Liverpool itu menjadi top skorer edisi 2004 dengan torehan 5 gol.

Georginio Wijnaldum

Sebenarnya Belanda punya lebih dari satu nama yang berpotensi buat menjadi top skorer di Euro kali ini. Gimana tidak, mereka merupakan tim paling produktif. Sebanyak 8 gol mereka sarangkan di babak penyisihan. Overall, Georginio Wijnaldum, Memphis Depay, bahkan Dumfries punya peluang menjadi pencetak gol terbanyak. Namun, bila harus memilih, kami menjagokan nama yang disebut pertama.

Wijnaldum sudah mencetak 3 gol dari 1,8 xG (non-penalti). Sebagai gambaran, rasio ini menjadi yang terbaik di antara seluruh pemain--melebihi Ronaldo (2 gol dari 2,17 xG) dan Immobile (2 gol dari 1,97 xG).

Statistik di atas menjadi logis karena Wijnaldum memainkan peran ofensif sebagai gelandang serang bersama Belanda. Ini berbeda dengan posisi regulernya sebagai gelandang tengah di Liverpool. So, cukup yakin 'kan kalau Wijnaldum berprospek meraih gelar top skorer nanti?

Harry Kane(?)

Sudah pasti kami punya alasan memberikan "tanda tanya" setelah nama Harry Kane. Punya seabrek potensi dan 3 titel top skorer Premier League, eh, Kane justru melempem. Tak satupun gol dibuatnya bersama Inggris di dua laga babak penyisihan. Parahnya lagi, ia juga nihil melepaskan tembakan tepat sasaran.

xG Kane hanya menyentuh angka 1,01. Jumlah itu berada di peringkat 19 di antara seluruh pemain. Performa Kane sama mengecewakannya dengan Inggris. Alih-alih tajam dan variatif, serangan mereka justru terlihat sporadis. Baru sebiji gol yang dibikin "Tiga Singa" hingga matchday kedua.

Oke, Inggris memang telah mendapatkan tiket ke babak selanjutnya. Artinya Kane bakal punya tambahan kesempatan buat sembuh dari kemandulan. Meskipun, tetap ada kemungkinan ia mengakhiri Euro ini tanpa sebiji gol pun.