Menanti Formula Simone Inzaghi

Foto: @inter.

Inter kehilangan puncak klasemen setelah gagal meraih kemenangan dalam dua laga terakhir di Serie A. Sudah saatnya Inzaghi mencari formula.

Simone Inzaghi tahu betul cara membuat Inter Milan menjadi kesebelasan yang mengasyikkan. Serangan mereka tajam. Pertahanan mereka tangguh. Cara mereka meneror gawang lawan selalu dinanti-nantikan oleh para pencintanya.

Bukti paling kasat mata adalah jumlah gol dan kebobolan La Beneamata musim ini. Inter menjadi klub terproduktif di Serie A dengan rangkuman 55 gol. Sedangkan jumlah kebobolan mereka ada di angka 20 atau paling sedikit kedua setelah Napoli (17 kebobolan).

Manifestasi tersebut tidak lepas dari taktik racikan Inzaghi. Inter versi Inzaghi mengedepankan bola-bola pendek dengan cepat. Pemain memiliki kebebasan untuk mencari posisi saat fase ofensif. Kebebasan itu berefek pada serangan Inter yang amat cair.

Jangan syok jika kita sering melihat Edin Dzeko bergerak ke tepi lapangan. Pun demikian dengan Lautaro Martinez. Di saat bersamaan, wing-back mereka, entah Ivan Perisic, Denzel Dumfries, maupun Matteo Darmian, siapa pun yang turun, masuk ke kotak penalti lawan.

Ruang untuk berimprovisasi yang cukup luas itu membuat Inter tampil cukup luwes. Skema itu juga berdampak pada sebaran gol mereka. Ada 16 pemain yang sudah mencatatkan nama di papan skor dalam 24 laga di Serie A.

Inter-nya Inzaghi juga merupakan tim yang pandai menciptakan peluang berkualitas melalui open play (tidak termasuk xG dari bola mati). The Analyst mencatat, expected goal (xG) via open play Nerazzurri mencapai angka 31,5 atau tertinggi di Serie A. Dari angka itu, Inter mencetak 37 gol.

Cara mereka meneror gawang cukup variatif. Jika serangan bersumber dari sisi tepi, baik kanan maupun kiri, umpan silang jadi andalan. Keberadaan Dzeko sangat krusial untuk skema ini. Kebolehannya dalam duel udara menjadi penentu: Apakah serangan berujung gol atau tidak. Sejauh ini, ia sudah melesakkan empat gol lewat sundulan.

Kalau serangan berawal dari half-space dan jalur tengah, Inter amat mengandalkan Hakan Calhanoglu dan Nicolo Barella. Selain umpan terobosan kedua pemain itu, Inter acap meneror gawang lawan via dribel mumpuni maupun tembakan jarak jauh. Jika dikalkulasi, kedua pemain itu sudah merangkum 15 assist.

Dalam fase bertahan, Inter akan menerapkan formasi 5-3-2. Gelandang dan penyerang akan berada di area tengah. Itu bertujuan untuk menutup jalur umpan lawan di tengah sekaligus memaksa lawan bermain ke area half-space maupun tepi. Sedangkan, bek tengah dan wing-back bermain lebih dalam dan rapat.

Untuk mengantisipasi umpan silang lawan, pemain bertahan Inter memeragakan pendekatan man to man marking. Dengan skema itu, mereka berupaya mengendalikan situasi agar bola sebisa mungkin tidak melaju ke gawang.

Cara bertahan seperti itu turut ditopang keberadaan trio magnifico (Stefan de Vrij, Alessandro Bastoni, dan Milan Skriniar). Jika De Vrij adalah bek tengah yang statis, tidak demikian dengan Bastoni dan Skriniar. Dua pemain yang disebut belakangan itu cukup agresif dan punya area cover lebih luas.

Lewat cara tersebut, Inter berada di barisan terdepan dalam perburuan scudetto musim ini. Mereka bertengger di posisi kedua dengan rangkuman 54 poin. Gap mereka dengan AC Milan yang memuncaki klasemen pun hanya 1 poin. Dan Inter menyimpan satu laga lagi.

Namun, Inter-nya Inzaghi belum bisa bersorak-sorai. Selain jalan menuju singgasana Italia masih menyisakan 14 laga, kelemahan Inter mulai terekspos. Itu juga yang membuat mereka gagal menang dalam dua laga terakhir Serie A: Keok 1-2 dari AC Milan dan imbang 1-1 dengan Napoli.

Ada dua kelemahan Inter yang kudu buru-buru diatasi. Pertama, mereka sering kerepotan mengantisipasi serangan balik atau transisi cepat lawan. Wing-back yang rajin naik ke depan menghadirkan celah di pertahanan.

Ketika melibatkan banyak pemain dalam menyerang, transisi cepat lawan memang selalu membuat jantung berdegup kencang. Wing-back membutuhkan waktu untuk menutup ruang tersebut. Maka, yang dibutuhkan adalah pemosisian pemain lain.

Inter punya Marcelo Brozovic untuk menjadi palang pintu pertama pertahanan dalam menghadapi serangan balik. Kualitas Brozovic tidak bisa diragukan. Atribut ofensif dan defensif-nya sama-sama oke. Pemosisiannya pun bisa dibilang bagus.

Masalahnya, Brozovic sulit menutup ruang di dua sisi sekaligus. Apalagi saat menghadapi lawan yang punya pemain-pemain lincah. Laga Inter vs Napoli bisa menjadi rujukan.

Saat melancarkan serangan balik, Napoli melibatkan banyak pemain di satu sisi. Itu dilakukan untuk menciptakan overload pemain. Lewat cara tersebut, Napoli mampu mengatasi skema bertahan man to man marking yang diterapkan Inter. Hasilnya, Napoli berkali-kali melepaskan tembakan ke gawang.

Persoalan kedua, pemain belakang Inter kerap melakukan kesalahan. Lagi-lagi laga melawan Napoli bisa jadi rujukan. Penalti Napoli yang berujung gol berawal dari kesalahan De Vrij mengantisipasi bola. Saat mau menghalau bola, kaki De Vrij justru mengenai kaki Victor Osimhen. Selain itu, ada kesalahan lain yang berujung peluang bagi Napoli.

Kesalahan-kesalahan itulah yang menjadi cela Inter. Jika tidak segera diminimalisir, bukan tidak mungkin kans Inter menggamit trofi terus mengerut. Apalagi persaingan Serie A sangat ketat. Sekali saja terjatuh, posisi mereka bisa tersalip.

Sudah saatnya Inzaghi mulai mencari formula. Bukan hanya membuat pemainnya tidak melakukan kesalahan, tetapi juga cara mengatasi serangan balik.