Menanti Kejutan Belanda

Foto: OnsOranje

Belanda sebenarnya punya skuad yang cukup bagus. Banyak nama yang bisa bersinar di Piala Eropa 2020 ini. Mereka memang bukan kejutan, tetapi kapan saja mereka akan bisa mengejutkan.

Untuk urusan sepak bola, Belanda adalah tanah yang subur. Dari sana tumbuh banyak pesepak bola hebat yang kecemerlangannya diakui seantero dunia. Johan Cruyff, Marco van Basten, Ruud Gullit, Dennis Bergkamp, Robin van Persie, Arjen Robben, sampai Virgil van Dijk. Semua jago, semua dari Belanda.

Punya banyak pemain hebat biasanya juga berarti punya tim nasional yang kuat. Dan, ya, Belanda punya itu. Timnas mereka di 1970-an adalah salah satu tim terbaik dalam sejarah sepak bola. Belanda di era 1980-an akhir juga amat luar biasa. Dan apa yang ditunjukkan di Piala Dunia 2010 dan 2014 juga patut diacungi jempol.

Namun, soal prestasi, Belanda memang tak beruntung. Tiga kali mereka menjejak partai final Piala Dunia (1974, 1978, 2010), semua berakhir dengan kekalahan. Prestasi terbaik mereka hanya ketika jadi kampiun Piala Eropa 1988 alias 33 tahun yang lalu.

Kini, Belanda berlaga di Piala Eropa 2020. Banyak yang percaya bahwa Belanda akan punya ketidakberuntungan yang sama. Trofi tak akan mereka genggam di ujung turnamen. Penyebabnya? Inkonsistensi setelah ditangani Frank de Boer dan cederanya sang kapten, Virgil van Dijk.

Rapor Frank de Boer setelah mengambil alih kursi pelatih Belanda--yang ditinggalkan Ronald Koeman ke Barcelona--memang kurang bagus. Dari 11 laga, ia hanya mampu membawa Oranje menang lima kali. Enam laga sisanya berakhir kalah dua kali dan imbang empat kali.

Belanda juga kurang garang ketika menghadapi tim yang levelnya sama. Lawan Italia dan Spanyol cuma bisa seri. Bahkan ketika melawan Turki yang notabene levelnya di bawah, Belanda keok 2-4. Padahal secara formasi, De Boer menggunakan 4-3-3 ala Belanda, sama seperti Koeman. Namun performa tim justru menurun.

Secara skuad pun Belanda tak buruk. De Boer punya pilihan bagus. Mereka punya banyak pemain berkualitas. Ada Frenkie de Jong dan Matthijs de Ligt yang, meski muda, kita tahu begitu bagus. Ada Gini Wijnaldum dan Memphis Depay yang kaya pengalaman di level klub dan internasional. Ada juga Stefan de Vrij yang baru juara bersama Inter Milan.

Bukan cuma nama-nama di atas saja, Belanda punya pemain-pemain lain yang meski namanya tak terlalu kesohor, punya kemampuan bagus dan layak diperhatikan lebih di Piala Eropa 2020 ini. Siapa saja mereka? Silakan simak.

Denzel Dumfries dan Owen Wijndal

Di Piala dunia 2014, Anda mungkin mengenal duet Daley Blind dan Daryl Janmaat sebagai pengisi sisi sayap Belanda. Di Piala Eropa 2020 ini, ada nama Dumfries dan Wijndal. Mereka adalah dua full/wing-back andalan Belanda saat ini. Dumfries, 25 tahun, bermain untuk PSV Eindhoven dan Wijndal, 21 tahun, bermain buat AZ Alkmaar.

Foto: OnsOranje

Selama musim 2020/21, keduanya tampil oke. Dumfries dan Wijndal sama-sama mencatatkan enam assist sepanjang musim di Eredivisie. Catatan rerata umpan kunci per laga mereka juga kembar: 1,4. Keduanya adalah bek sayap yang bisa diandalkan untuk menyerang dan bertahan dengan sama baiknya.

Dumfries mencatatkan 1,5 tekel dan 1,6 intersep per laga musim 2020/21 kemarin, sedangkan Wijndal punya catatan 1,8 tekel dan 1,7 intersep per laga. Catatan yang pas dan itu menunjukkan bahwa mereka tak cuma piawai menciptakan peluang, tetapi juga cukup kokoh dalam menjaga areanya. Jelas sebuah keuntungan buat Belanda.

Apalagi karena De Boer menggunakan pola 5-3-2 yang menuntut bek sayap untuk bisa selalu disiplin dalam bertahan dan juga menyerang. Kehadiran Dumfries di kanan dan Wijndal di kiri jelas sebuah hal bagus. Permainan vertikal yang acap Belanda lakukan bisa terorganisasi dengan rapi.

Davy Klaassen dan Ryan Gravenberch

Lini tengah Belanda bukan hanya Wijnaldum dan De Jong saja. Saat ini Oranje juga memiliki Klaassen dan Gravenberch yang bisa jadi alternatif. Keduanya sama-sama berasal dari Ajax , tetapi memiliki peran yang berbeda.

Klaassen yang lebih senior ini bisa berperan sebagai free no. 8 atau gelandang no.10. Anda mungkin melihatnya lambat. Namun, Klaassen adalah pemain yang bisa muncul di mana saja. Dia mampu mengendus ruang kosong dengan baik, terutama di kotak penalti lawan.

Ia adalah pemain yang bisa tiba-tiba muncul untuk menyelesaikan umpan rekan-rekannya menjadi gol. Karena itu tak heran jika torehan golnya mencapai angka 12 pada musim 2020/21. Di Ajax (dalam kompetisi Eredivisie) catatan Klaassen hanya kalah dari Tadic yang merupakan top-skorer klub.

Kehadiran Klaassen bisa menjadi alternatif jika Belanda sedang mengalami kebuntuan, terutama bila mereka menghadapi lawan yang menumpuk pemainnya di area kotak penalti. Insting mantan pemain Werder Bremen ini akan dibutuhkan untuk memecah kebuntuan itu.

Sementara Gravenberch bertipe lebih defensif dari Klaassen. Ia bisa bermain sebagai gelandang box to box atau gelandang no. 6 yang lebih defensif. Catatan pemain 19 tahun ini pun komplet: Ia punya rerata 1,2 umpan kunci dan 87,2% akurasi umpan sukses per pertandingan, serta mampu mencatatkan 1,2 tekel dan 1,4 intersep per laga.

Gravenberch adalah gelandang yang bisa diandalkan untuk mengalirkan bola dan memutus serangan lawan dengan sama baiknya. Daya jelajahnya juga lumayan tinggi. Selain itu, ia punya satu senjata rahasia: Tendangan jarak jaug. Di Eredivisie musim kemarin ia mencatatkan 1,1 tembakan luar kotak penalti per pertandingan. Catatan itu juga bisa jadi alternatif buat Belanda.

Steven Berghuis

Belanda mungkin tak punya pemain yang bagus dalam menyisir sisi tepi macam Arjen Robben lagi. Namun, mereka bisa berharap pada sosok Steven Berghuis di Piala Eropa 2020 kali ini. Pemain sayap Feyenoord itu cukup menjanjikan performanya di Eredivisie musim 2020/21.

Berghuis mampu mencetak 18 gol dan 12 assist. Luar biasa, bukan? Ia adalah top-skorer ketiga Eredivisie. Tak cuma itu, ia juga punya rerata 2,9 umpan kunci dan 3,5 tembakan per pertandingan. Dua catatan itu jadi yang tertinggi ketiga juga di Bundesliga.

Pemain berusia 29 tahun ini bukanlah sayap yang banyak melakukan dribel. Catatan dribel per laganya cuma 1,5. Kelebihan Berghuis justru pada pergerakan tanpa bolanya. Ia bisa muncul di posisi yang tepat untuk melepaskan umpan silang atau mencetak gol. Sepakan jarak jauhnya juga jitu.

Jika pola 5-3-2 De Boer buntu dan ia ingin beralih ke pola 4-3-3, satu dari dua penyerang sayap pastilah diisi Berghuis. Dia mungkin tak sebagus Robben atau seklinis Dirk Kuyt, tetapi kapabilitasnya bisa membuat serangan Oranje lebih berwarna.

Donyell Malen dan Wout Weghorst

Selain Memphis Depay, Malen dan Weghorst adalah striker Belanda yang tampil begitu tajam di musim 2020/21. Malen mencetak 19 gol di Eredivisie, top-skorer kedua, sementara Weghorst tampil begitu konsisten bersama Wolfsburg dan mencetak 20 gol di Bundesliga.

Keduanya akan memperkuat lini depan Belanda, terlebih peran Malen dan Weghorst berbeda. Malen sebagai penyerang lebih fluid, ia juga bisa ditempatkan di sayap. Weghorst adalah sosok poacher yang amat buas di kotak penalti lawan. Pemain berusia 28 tahun itu bisa menyelesaikan bola bawah dan bola atas sama baiknya.

Untuk penjelasan rinci mengenai Mallen dan Weghorst, Anda bisa membaca di tulisan kami:

Panggung untuk Donyell Malen

Mimpi Wout Weghorst

***

Belanda sudah absen di dua turnamen besar antarnegara terakhir, Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018. Piala Eropa 2020 adalah turnamen pertama setelah generasi emas kedua yang berisikan Robin van Persie, Arjen Robben, Wesley sneijder, sampai Dirk Kuyt sudah pensiun semua.

Yang menarik, Belanda punya tradisi mampu tampil bagus (dan melaju jauh) di sebuah turnamen besar setelah "libur". Belanda tak ikut serta di turnamen besar antarnegara dalam medio 1982 dan 1986 dan kemudian muncul jadi kampiun Piala Eropa 1988.

Well, Belanda mungkin tidak diunggulkan pada Piala Eropa 2020 ini. Masuk semifinal saja syukur. Namun, dengan skuad yang dimiliki (dan jika De Boer segera menemukan konsistensi serta ramuan yang tepat) mereka bisa mengejutkan kapan saja.