Mencari Bek Tengah Anyar untuk Milan

Foto: @simonkjaer1989.

Cedera Kjaer dan Tomori membuat Milan menghadapi krisis bek tengah. Oleh karena itu, mereka dirumorkan bakal membeli bek anyar. Siapa saja kandidat yang layak?

AC Milan sedang mengalami krisis bek tengah. Semua dimula dari cederanya Simon Kjaer pada awal Desember lalu. Saat itu diketahui bahwa Kjaer mengalami cedera lutut parah yang membuatnya akan absen panjang—hingga musim ini berakhir.

Tanpa Kjaer, saat ini Milan hanya memiliki tiga bek tengah murni: Matteo Gabbia, Fikayo Tomori, dan Alessio Romagnoli. Jika kepepet, nama Pierre Kalulu akan dialihfungsikan. Tiga bek tengah murni ditambah satu bek tengah dadakan jelas bukan situasi ideal buat Milan yang punya ambisi untuk menutup musim ini dengan gelar juara.

Terlebih Tomori juga rentan mengalami cedera. Pada laga Coppa Italia menghadapi Genoa pada 13 Januari lalu, bek berpaspor Inggris ini mengalami cedera dan kabarnya akan absen satu bulan. Situasi Milan semakin buruk, karena kita tahu Kjaer dan Tomori adalah bek tengah utama Stefano Pioli.

Karena itu, di Januari ini mulai muncul kabar yang menyebut bahwa Milan akan mendatangkan bek tengah anyar. Kendati Paolo Maldini selaku Direktur Teknik Milan tak bisa memastikan hal itu, tapi banyak sekali nama bek tengah yang dikaitkan dengan Milan.

Namun, sebenarnya, jika mencari bek tengah baru, sosok seperti apa yang Milan cari? Yang jelas, berkaca dari Kjaer dan Tomori, bek tengah yang Milan cari harus memiliki tiga atribut ini: Cepat, agresif, dan piawai mendistribusikan bola. Tipikal bek tengah modern yang memang cocok dengan skema Pioli.

Lantas, menengok dari kriteria-kriteria tersebut, kami coba mencari sosok-sosok yang tepat buat Milan. Sosok yang bisa menambal absennya Kjaer dan Tomori karena memiliki atribut yang mirip. Dan tentu saja, sosok yang secara harga juga sesuai dengan kantong Milan.

Eric Bailly

Bailly jadi salah satu nama tenar yang terus dikaitkan dengan Milan. Kebetulan situasinya di Manchester United memang tak menguntungkan. Bailly hanya jadi bek tengah pilihan keempat dan amat minim waktu bermain. Di Pemier League musim ini, ia baru merumput selama 217 menit. Karena itu, pindah untuk dapat menit bermain yang banyak bukanlah pilihan buruk.

Secara tipikal, Bailly mirip dengan Tomori. Keduanya gemar menggiring atau mendribel bola ketika melakukan aksi progresif (bergerak maju). FBref mencatat, dalam satu tahun terakhir, Bailly melakukan rerata 0,54 dribel sukses dan 2,5 giringan bola ke arah depan per 90 menit. Kehadirannya jelas bisa menambal ketiadaan Tomori.

Bahkan Bailly juga bisa menjadi rekan duet eks pemain Chelsea itu, karena ia bisa berperan sebagai bek yang lebih rajin mengalirkan bola dengan umpan-umpannya. Dalam periode yang sama, Bailly mencatat rerata 50,82 umpan per 90 menit dengan persentase sukses sebesar 91,3%. Jelas bukan catatan buruk.

Positifnya lagi, kabarnya Bailly juga tersedia dengan opsi pinjaman. Ini membuat Milan tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk merekarutnya. Namun, pemain berusia 27 tahun ini juga bukan tanpa kelemahan. Selain acap melakukan blunder, Bailly belum terbiasa berada di tim yang menuntut bek tengahnya rajin melakukan pressing.

Jika dalam satu tahun terakhir Tomori dan Kjaer melancarkan 12 tekanan (atau bahkan lebih) per 90 menit kepada lawan-lawannya, Bailly di periode yang sama hanya mencatatkan 7,31 pressing. Bergabung di timnya Pioli jelas menuntut Bailly untuk bisa beradaptasi dengan cepat untuk bisa jadi mesin pressing Milan yang baru. Dan dalam proses adaptasi itu, ia bisa gagal atau berhasil.

Statistik Bailly. Grafis: Fbref

Lucas Perrin

Usianya masih 23 tahun dan ia hanya bermain di Strasbourg. Namun, nama Perrin bisa dipertimbangkan sebagai opsi Milan. Terutama untuk menggantikan Simon Kjaer. Sebab, melihat tipikalnya, kedua pemain ini memiliki kemiripan.

Bahkan jika mengecek situs Smarterscout dan kemudian mencari pemain yang secara tipikal memiliki kemiripan dengan Kjaer, nama Perrin terpampang jelas di sana. Lebih lagi kalau kemudian melirik statistik, terutama soal distribusi. Karena di situlah persamaan keduanya. Kjaer dan Perrin adalah bek tengah yang nyaman mengusai dan mendistribusikan bola.

Di Ligue 1 musim ini, Perrin punya persentase umpan sukses sebesar 86,5%. Selain itu, ia rerata melepas 5,08 umpan ke sepertiga akhir pertahanan lawan. Perrin bisa jadi opsi yang bagus dalam build-up Milan, terutama ketika Milan pengin melepaskan bola direct ke depan—seperti saat sedang melakukan transisi, misalnya.

Tipikal ini mirip dengan Kjaer. Kapten Tim Nasional Denmark itu juga acap menjadikan umpan panjang sebagai alat untuk mendistribusikan bola. Rata-rata umpannya ke sepertiga akhir pertahanan lawan mencapai angka 3,03 per 90 menit. Keduanya juga sama-sama pandai membaca pergerakan dan permainan lawan ketika bertahan.

Jika menilik statistik aksi defensif, catatan intersep Perrin sungguh menonjol. Per 90 menit, ia bikin 2,58 intersep di Ligue 1 musim ini. Namun, jika ada yang membedakan dengan Kjaer, itu adalah agresivitas. Karena selain pandai mengintersep, Kjaer juga cukup berani melepaskan tekel—sesuatu yang jarang Perrin lakukan, meski ia tetap sulit dilewati lawan.

Statistik Perrin 1 tahun terakhir. Grafis: FBref

Abdou Diallo

Diallo jadi salah satu nama yang terus dikaitkan dengan Milan di Januari ini. Kabar ini jelas menarik karena di sepanjang musim ini, Diallo lebih sering beroperasi sebagai full-back kiri di Paris Saint-Germain. Delapan kali ia tampil di posisi itu, berbanding lima di posisi bek tengah.

Namun, memang, jika menilik atributnya, Diallo punya kecocokan dengan Milan. Pertama, ia punya akurasi umpan yang bagus. Persentase suksesnya per 90 menit di kompeisi domestik musim ini mencapai angka 88,9%. Kedua, ia juga tipikal pemain belakang yang berani menggiring bola ke depan. Catatan giringan bola ke depannya mencapi angka 6,59 per 90 menit.

Dan Diallo juga agresif. Per 90 menit ia melepas 2,59 tekel sukses. Catatan pressingnya juga mencapai 12,7 dengan persentase di atas 30%. Itu artinya Diallo berguna tak cuma buat distribusi, tapi ia juga bisa menjadi bek tengah yang bisa diandalkan untuk melakukan tugas-tugas kotor.

Ia juga kaya pengalaman, meski baru berusia 25 tahun. Karena, selain di PSG, Diallo pernah memperkuat Dortmund dan Mainz di Bundesliga. Inilah yang membuat Diallo cocok untuk menjadi pengganti Kjaer, meski secara tipikal pun ia bisa mengisi perannya Tomori. Bek multifungsi yang sesuai kebutuhan Milan.

Statistik Diallo 1 tahun terakhir. Grafis: FBref

Hanya saja, kabarnya PSG mematok harga 25 juta euro untuk Diallo. Harga tersebut cukup besar dan Milan pasti memiliki ertimbangan. Karenanya, rumor yang beredar menyebut Milan akan coba mendatangkan Diallo dengan opsi pinjaman dari PSG.

Nicolo Casale

Casale jadi satu-satunya pemain Serie A di daftar ini. Buat yang belum kenal, ia adalah pemain berusia 23 tahun yang saat ini membela Verona. Kabarnya Casale sempat diincar Lazio, tapi tak ada kesepakatan. Dan kini, kabar menyebut ia jadi buruan Maldini untuk mengisi pos bek tengah Milan.

Namun, ada satu catatan soal Casale. Sebagai bek tengah, catatan persentase umpan suksesnya buruk. Hanya 82,8% musim ini. WhoScored lantas menjadikan ‘passing’ sebagai salah satu kelemahan Casale musim ini. Seharusnya, catatan itu pun jadi penilaian Milan.

Casale sendiri adalah tipikal pemain yang lebih gemar menggiring atau mendribel bola dalam melakukan aksi progresif. Karena itu, per 90 menit, mantan pemain Empoli ini mencatatkan 0,38 dribel dan 2,98 giringan bola ke depan. Kebetulan, Verona juga acap bermain dengan skema tiga bek dan tipikalnya ini cocok.

Sementara itu, Pioli lebih senang menggunkan pola empat bek. Di sistem itu, gaya Casale bisa berguna untuk menggantikan Tomori, tapi di situasi ini ia harus mampu menyesuaikan diri untuk bisa menjadi pengganti Kjaer. Kendati, dalam aspek agresivitas, catatan Casale memang memenuhi syarat.

Ia bek tengah yang berani melancarkan pressing, melepaskan tekel, dan cukup pintar membaca permainan lawan. Per 90 menit musim ini, ia menekan lawan 17,48 kali, melepaskan 1,9 tekel, dan melakukan 2,41 intersep. Catatan defensif yang tampaknya jadi pertimbangan Milan untuk merekrut Casale secara permanen.

Statistik Casale 1 tahun terakhir. Grafis: FBref

Marcos Senesi

Senesi jadi nama berikutnya. Bek Feyenoord ini cukup konsisten penampilannya. Situs WhoScored memberikan ponten 7,13 untuk penampilannya sepanjang musim di Eredivisie. Ia juga jadi salah satu alasan mengapa Feyenoord cuma kebobolan 18 gol sejauh ini (catatan terbaik kedua di liga).

Senesi sendiri adalah bek berpostur ideal yang cukup sulit ditaklukkan lawan. Per 90 menit, ia hanya dilewati lawan 0,7 kali. Selain itu, Senesi juga cukup agresif. Ia mencatatkan 1,8 tekel sukses dan 1,8 intersep per 90 menit. Catatan yang menunjukkan kekukuhannya.

Soal distribusi, Senesi juga tak terlalu buruk. Ia punya rerata persentase umpan sukses sebesar 84,7%. Dan yang menarik, Senesi sudah menyumbangkan 2 assist di Eredivisie dan ia punya catatan 0,5 umpan kunci per pertandingan. Bukti kalau dia juga bisa diandalkan untuk mendistribusikan bola.

Dan kabar baik buat Milan, meski berstatus pemain Argentina, Senesi juga memiliki paspor Italia. Itu jelas jadi keuntungan tersendiri. Namun, kabar buruknya, Senesi dipatok minimal 20 juta euro oleh Feyenoord. Angka yang bisa saja memberatkan Milan mengingat bek berusia 24 tahun ini belum berlaga di kompetisi domestik Eropa lin selain Eredivisie.

***

Nama-nama di atas cocok jadi opsi Milan untuk menambal lubang yang ditinggal Kjaer (dan juga, sementara, Tomori). Kini tinggal tugas Maldini untuk menemukan cara agar Milan bisa mendapatkan pemain dengan bujet yang sesuai dengan dompet mereka.

Yang jelas, melihat kondisi skuad saat ini, Milan butuh tambahan bek anyar jika masih berhasrat untuk meraih trofi di akhir musim nanti. Sebab, melihat musim ini, mereka acap terpeleset karena ringkihnya lini belakang. Dan sejauh ini pun Milan sudah kebobolan 23 gol dari 21 pertandingan—paling buruk jika dibandingkan dengan pesaing seperti Inter dan Napoli.

Milan harus ingat, bahwa “attack win you games, defence wins you title”.