Mencari-cari Griezmann di Rumah Sendiri

Antoine Griezmann. Foto: @atleticodemadrid

Griezmann pulang dengan ekspektasi segudang. Namun, sejauh ini, Atletico dan Simeone masih mencari-cari: Di mana Griezmann yang dulu?

Belum lama pulang ke Atletico Madrid, Antoine Griezmann sudah terlunta-lunta. Ia belum mendapat tempat ternyaman di rumahnya sendiri setelah dua tahun bertualang bersama Barcelona.

Griezmann barangkali menjadi salah satu pemain paling bahagia saat bursa transfer musim panas 2021. Keinginan terbesarnya diwujudkan pada detik-detik terakhir jendela transfer. Ya, pria 30 tahun itu berhasrat sekali kembali ke Atletico, rumah terbaik yang sudah menganugerahkan banyak hal.

Sangat beralasan jika Griezmann menyebut-nyebut Atletico sebagai rumah. Pertama, ia dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sampai level tertinggi saat berseragam Atletico. Kedua, kesempatan untuk unjuk gigi di semua kompetisi melimpah.

Terakhir dan --mungkin saja-- paling penting, Griezmann bertemu pelatih terbaik selama hidup. Pelatih tersebut bernama Diego Simeone. Ada banyak pelajaran yang ia tekuni dari pria 51 tahun itu, terutama soal menjadi penyerang tajam.

Dalam video interview yang dilansir situs resmi Atletico, Griezmann berbicara banyak hal soal rasa syukur yang tidak terhingga: Mulai dari ketegangan, proses transfer yang rumit, sampai janji-janji optimistis bahwa ia akan memberikan segala-galanya untuk Atletico.

"Ini adalah hal terbaik yang terjadi pada saya dalam beberapa tahun terakhir."

"Saya akan memberikan segalanya di dalam dan luar lapangan, seperti yang selalu saya lakukan. Saya akan memberikan segalanya untuk para fans. Saya ingin mereka tahu, saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk membuat mereka bangga."

Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut Griezmann. Dalam interview berdurasi 4 menit tersebut, ia pun bernostalgia soal rekatnya pertalian dirinya dengan suporter. Pertalian itu terangkai dari fragmen-fragmen indah selama membela Atletico pada 2014-2019.

Tidak lupa, Griezmann mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang berupaya keras mengetuk pintu Barcelona untuk mendatangkan dirinya sebagai pemain pinjaman. Karena itu bukan perkara mudah.

"Para penggemar dan saya memiliki hubungan yang indah. Saya ingin merasakannya lagi. Ini bukan tentang kata-kata, ini tentang tindakan. Saya ingin membuktikan bahwa saya di sini untuk memberikan segalanya dan saya harap kita bisa menikmati bersama lagi."

Griezmann benar. Itu hanya kata-kata. Namun, kenyataan tidak seperti apa yang ia bicarakan. Fans Atletico memang ada yang memberikan aplaus saat ia berlaga pada pekan pertama fase grup Liga Champions di Stadion Wanda Metropolitano, tetapi banyak juga bersiul-siul untuknya.

Insiden tidak mengenakan itu bahkan terjadi dua kali. Pertama, ketika nama dan nomor punggung Griezmann disebut sebelum laga. Kedua, saat ia memasuki lapangan pada menit ke-56.  

Salah satu fans Atletico, Eduardo Fernandez, mengatakan bahwa siulan bagi Griezmann adalah hal wajar. Ia, kata Fernandez, sudah membuat fans kecewa saat memutuskan berlabuh ke Barcelona.

Pergi lagi sayang-sayangnya atau cinta bertepuk sebelah kaki mungkin cukup pas untuk menggambarkan luka yang Griezmann buat pada 2019. Luka itu hanya bisa diobati dengan gol, kemenangan, dan trofi.

"Citranya sudah memburuk secara serius. Kami semua masih terluka dengan apa yang dia lakukan. Waktu terus berjalan. Untuk mengobati rasa sakit, dia harus mendapatkan kembali kepercayaan dan cinta kami untuknya," ucap Fernandez sebagaimana mengutip Mirror.

"Itu akan terjadi ketika ia bisa mencetak gol-gol penting. Sedikit demi sedikit semuanya akan kembali normal."

Sialnya, sampai pekan kedelapan La Liga 2021/22, Griezmann tidak hanya nihil gol, tetapi juga assist dan tembakan tepat ke arah gawang, termasuk saat membela Atletico dalam 5 laga.

Ya, kamu tidak salah baca. Mengacu FBref, Griezmann sudah melakukan 6 tembakan ke gawang, tapi tidak ada yang tepat sasaran. Understat mencatat, 3 dari 6 tembakan Griezmann ketika berseragam Atletico terjadi di dalam kotak 16.

Simeone sebetulnya tidak diam. Ia terus mencari-cari komposisi yang tepat untuk lini depan Atletico sekaligus Griezmann. Stok melimpah di lini depan tentu membuat otak Simeone berputar-putar tidak karuan. Selain Griezmaan, Atletico punya Luis Suarez, Angel Correa, Joao Felix, Yannick Carrasco, dan Matheus Cunha, di lini depan.

Dua laga pertama La Liga musim ini, Simeone mengusung skema 3-1-4-2. Karena Griezmann belum bergabung dan Suarez dalam kondisi tidak prima, pos penyerang diisi oleh Correa dan Carrasco. Hasilnya cukup oke. Atletico menyapu bersih dua laga dengan kemenangan dan merangkum 3 gol.

Dalam dua laga itu, Correa tampil mengesankan dengan mengemas dua gol. Laga berikutnya, Simeone menduetkan Correa dengan Suarez saat melawan Villareal. Laga itu berakhir imbang 2-2.

Memasuki pekan keempat, Griezmann datang. Simeone pun memberikan tempat untuknya dalam starting line-up dengan mengubah pakem dari 3-1-4-2 menjadi 3-4-3. Griezmann bermain sebagai penyerang sebelah kiri, sedangkan penyerang tengah diisi Suarez.

Perubahan itu tidak berakhir baik. Atletico keok 1-2 dari Espanyol. Sementara Griezmann, merujuk WhoScored, melesakkan dua tembakan dan satu dribel sukses. Catatan itu tidak jelek. Namun, kekalahan tersebut membuat keraguan akan kehadiran Griezmann membesar.

Simeone pun dipaksa untuk kembali mencari-cari komposisi yang tepat. Pada laga berikutnya melawan Porto di Liga Champions, Simeone menyimpan Griezmann di bangku cadangan dan kembali memakai formasi 3-1-4-2. Kala itu, duet Suarez-Felix menjadi pilihan. 

Pada laga itu, serangan-serangan Atletico buntu. Untuk menambah daya ledak, Simeone memainkan Griezmann pada menit ke-56. Tapi, Griezmann seolah-olah hilang di lapangan. Ia bahkan tidak melakukan satu tembakan pun. Laga itu berakhir imbang tanpa gol.

Ketika menjamu Athletic Club, Griezmann bermain sejak awal. Dalam formasi 3-1-4-2, Griezmann berduet dengan Correa. Ada dua tembakan yang dilesakan Griezmann. Namun, tidak ada satu tembakan yang mengarah ke gawang.

Transformasi Atletico cukup signifikan pada pekan berikutnya saat melawan Getafe. Selain mengaplikasikan formasi 4-2-3-1, Griezmann mendapat pos baru sebagai gelandang serang.

Pergerakan Griezmann cukup dinamis dalam laga itu. Ia bergerak ke kanan-kini, depan-belakang. Ada 26 umpan dan 2 tembakan yang ia rangkum. Namun, performa Griezmann tidak cukup memuaskan. WhoScored memberikan nilai 6,2 untuk performa Griezmann. Itu menjadi terendah kedua setelah Jan Oblak yang dapat nilai 5,7.

Kendati begitu, kepercayaan Simeone pada Griezmann belum pupus. Pada laga berikutnya melawan Alaves, Griezmann tampil sebagai starter bersama Suarez di lini depan dalam formasi 3-1-4-2. Sialnya, Griezmann lagi-lagi gagal mencetak gol dan menembak bola ke gawang. Semakin rumit karena Atletico keok 0-1 dalam laga itu.

Pekan kedua fase grup Liga Champions melawan AC Milan dinilai sebagai titik balik Griezmann. Meski bermain pada menit ke-61, ia dapat mencetak satu gol dan mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1.

Performa Griezmann pun terbilang apik. Ia mulai dapat mengintegrasikan diri dengan gaya permainan Atletico musim ini.

Teraktual, Griezmann memulai laga dari bangku cadangan saat melawan Barcelona pada pekan kedelapan La Liga. Ia baru bermain pada menit ke-72. Tidak ada aksi ofensif yang mengesankan. Ia lebih fokus mengadang serangan lawan karena saat ia bermain, Atletico sudah unggul dua gol.

Dalam format 3-1-4-2 sendiri, Simeone memberi tugas berbeda kepada dua penyerang. Satu penyerang berperan sebagai ujung tombak. Satunya lagi bergerak dinamis untuk menciptakan ruang dan menyajikan peluang.

Jika berduet dengan Suarez, Griezmann harus menjadi penyaji peluang dan pembuka ruang. Untuk urusan ini, Griezmann punya kemampuan yang cukup baik. Ambil contoh statistik musim lalu saat membela Barcelona. Ia mencatatkan 7 asis dan rata-rata 1,2 umpan kunci per laga di La Liga.

Sedangkan saat bermain dengan Correa maupun Felix, Griezmann bertugas menjadi penuntas serangan. Ketika melihat rekam jejak, kemahiran Griezmann mencetak gol tidak bisa diragukan. Musim lalu di La Liga, ia mengemas 13 gol untuk Barcelona.

Simeone tentu paham betul dengan kapasitas dan kapabilitas Griezmann. Begitu juga Griezmann yang menjadi pemain tersubur di era kepelatihan Simeone dengan merangkum 133 gol. Torehan itu juga yang membuat Griezmann menjadi pencetak gol terbanyak kelima sepanjang sejarah Atletico.

Yang Griezmann harus pahami adalah Atletico saat ini bukanlah Atletico 2014-2019. Skuad Atletico saat ini adalah skuad yang berhasil meraih trofi La Liga 2020/21. Trofi yang belum pernah Griezmann raih selama lima tahun memperkuat Atletico.

Selagi Simeone mencari-cari komposisi yang tepat, Griezmann pun harus mencari-cari pos mana yang bisa ia tempati untuk menambah daya ledak Atletico sambil terus bertransformasi dengan mengasah kapasitas dan kapabiltas.

Pertanyaan yang mungkin akan selalu mengiringi pencarian tersebut yakni: Sampai kapan?