Mendung di Langit Barcelona

Foto: @fcbarcelona.

Masalah menimpa Barcelona di waktu yang nyaris bersamaan.

Sudah dua musim Barcelona mengalami masalah. Dari finansial, mental, hingga taktikal. Dari beragam kondisi tidak menyenangkan di luar lapangan hingga merembet penampilan mereka di dalam lapangan.

Delapan laga terakhir di semua ajang adalah bukti sahih bahwa masalah masih terjadi di Barcelona. Dalam 8 pertandingan tersebut, Barcelona hanya tiga kali menang, sisanya tiga kali imbang dan dua kali menelan kekalahan.

Kekalahan 0-3 dari Benfica, Kamis (30/9) dini hari WIB, barangkali jadi puncak masalah Barcelona. Nyaris semua lini menunjukkan masalah. Lini belakang bolong, lini tengah tak mampu menyuplai bola dengan baik, dan lini depan tidak bermain dengan klinis.

***

Karier kepelatihan Ronald Koeman tidak pernah berjalan mulus. Selalu ada batu sandungan yang kerap mengujinya. Tidak terhitung berapa kali ia bermasalah, baik dengan rekan seprofesi, manajemen klub, dan pemain.

Masalah tersebut berlanjut di Barcelona. Saat pertama datang di Barcelona, Koeman langsung mengumumkan bahwa ia tidak butuh jasa Luis Suarez. Sebulan berselang, pemain asal Uruguay tersebut dilepas dengan enam juta euro saja.

Kepergian Suarez dikabarkan membuat kacau situasi di Barcelona, termasuk Lionel Messi yang tidak lain adalah kawan Suarez. Meski pada akhirnya Messi bertahan, kondisi ruang ganti Barcelona tidak membaik.

Pada akhir tahun lalu, hubungan Koeman dengan Riqui Puig merenggang. Masalah ini bermula dari rencana Koeman yang ingin meminjamkan Puig demi mendapatkan menit bermain. Namun, ide tersebut ditolak Puig yang ingin tetap bertahan di Barcelona.

Puig bukan satu-satunya korban Koeman. Pada putaran kedua musim lalu, Koeman juga menyalahkan Oscar Mingueza di ruang ganti. Sebelumnya, Koeman sempat marah karena Mingueza kerap bermain terlalu tinggi dan langsung menariknya keluar.

Koeman juga gemar mengabarkan masalah internal Barcelona ke khalayak. Ia pernah bercerita bahwa Messi bertindak selayaknya raja di sesi latihan dan bakal marah saat ada pemain yang tidak berlatih dengan benar.

Hingga kini, masalah internal di Barcelona dikabarkan belum reda. Menurut Marca, kekalahan dari Benfica, berpengaruh besar terhadap kondisi tim. Mereka juga mengklaim bahwa ada kemungkinan ditunjuknya pelatih baru untuk menggantikan Koeman.

***

Pertandingan melawan Granada, dua pekan lalu, membuat gemas banyak pendukung Barcelona. Meski menguasai pertandingan dan menciptakan banyak peluang, mereka justru kesulitan menembus pertahanan dan kelabakan saat diserang lawan.

Kegagalan tersebut membuat Koeman memilih untuk melakukan perubahan taktik. Umpan-umpan panjang ke sepertiga akhir pertahanan lawan dan umpan silang ke tengah kotak penalti akhirnya jadi pilihan.

Barcelona akhirnya mampu menyamakan kedudukan setelah sempat kebobolan pada menit kedua. Gol dicetak oleh Ronald Araujo lewat sundulan setelah memanfaatkan umpan silang Gavi dari dalam kotak penalti.

Sulitnya Barcelona mencetak gol tentu jadi topik pembicaraan. Namun, yang paling banyak jadi perhatian adalah keputusan Koeman menjadi umpan lambung sebagai tumpuan serangan. Pada laga tersebut, mereka membuat 54 umpan silang dan 15 umpan lambung ke sepertiga akhir pertahanan lawan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara bermain tersebut. Namun demikian, Barcelona lekat dengan juego de posicion seperti saat dipegang Pep Guardiola. Oleh karena itu, mengubah cara bermain Barcelona bakal dianggap melacurkan identitas demi kemenangan.

Kolomnis AS, Santiago Segurola, salah satu yang berkata demikian. “Cara bermain mereka amat buruk. Permainan ini adalah yang penampilan mereka yang paling buruk dalam satu dekade terakhir,” kata Segurola.

Meski sempat menang saat bersua Levante, Barcelona kembali bermain buruk saat Cadiz dan Benfica. Mendominasi pertandingan tapi kesulitan memecahkan kebuntuan. Rasa-rasanya identitas Barcelona berubah: Dari juego de posicion ke sekadar memutar-mutar bola tanpa tujuan.

Ada banyak pendekatan yang berubah selama Barcelona dipegang Koeman. Seperti tidak lagi bermain proaktif, memilih bertahan di kedalaman hingga terlalu lama mengalirkan bola di belakang alih-alih berkreasi di pertahanan lawan.

***

Tidak ada yang salah dengan memberi kepercayaan terhadap pemain muda. Akan jadi berbahaya misal menjadikan pemain muda tersebut sebagai tumpuan.

Ansu Fati melakoni debut di Barcelona 2019 lalu pada usia 16 tahun lebih 298 hari. Tidak ekspektasi baginya saat itu mengingat adanya nama Messi, Suarez, dan Antoine Griezmann di lini depan.

Dua tahun kemudian, ekspektasi tersebut berubah. Fati, seorang anak yang akan berulang tahun ke-19, Oktober 2021 nanti, dituntut untuk menjadi tumpuan tim. Bukan tim biasa, melainkan Barcelona.

Memberi beban tim sekelas Barcelona kepada Fati sama seperti menyerahkan kemudi pesawat kepada pilot yang baru lulus sekolah penerbangan. Pesawat bisa saja sampai tujuan, tapi ada kemungkinan bakal jatuh di perjalanan.

Fati memang bermain apik saat dipasang sebagai pengganti di laga melawan Levante. Namun, ketika diharuskan menghadapi lawan yang lebih baik, ia amat kesulitan. Di laga melawan Benfica, dari 12 umpan yang dilepaskan hanya ada satu yang mengarah ke kotak penalti lawan.

Kisah Fati nyaris serupa dengan Pedri. Setelah beristirahat pasca-Euro 2020 dan Olimpiade 2020, Pedri belum menemukan penampilan terbaiknya. Dari empat pertandingan musim ini, penampilan Pedri bahkan jauh menurun ketimbang musim lalu.

***

Serangkaian masalah dialami oleh Barcelona dalam kurun waktu yang berdekatan. Mau tidak mau, mereka dituntut untuk menyelesaikan semuanya karena setiap masalah yang ada saling berkaitan. Bagaimana dengan memecat Koeman? Bisa jadi tepat dan bisa juga salah.

Bisa jadi tepat karena tidak bisa dimungkiri bahwa salah satu penyebab masalah di Barcelona adalah Koeman. Sikap dan keputusan taktikal Koeman dalam tiga hasil minor terakhir layak untuk membenarkan bahwa Koeman tidak lagi pantas.

Namun, memecat Koeman akan jadi sebuah kesalahan besar karena beberapa pemain utama di Barcelona punya hubungan dengannya. Akan jadi masalah besar apabila Koeman pergi, yang secara tidak langsung mempengaruhi ruang ganti tim.