Mengapa Inter Milan Kudu Mempertahankan Marcelo Brozovic?

Foto: @brozocrypto

Entah sudah kesekian kalinya kita mendengar negoisasi Inter dengan Brozovic yang tak berujung. Tapi yang pasti, Inter harus membereskannya dengan segera atau mereka akan kehilangan gelandang terbaiknya dengan cuma-cuma.

Simpang siur masa depan Marcelo Brozovic di Inter Milan bagai lagu lama. Sampai sekarang keduanya belum mencapai kesepakatan demi meneruskan kerja sama. Kalau tak percaya, ketik saja “Brozovic” di kolom pencarian sempreinter.com. Isinya melulu perkara topik perpanjangan kontrak yang berpetak-petak.

Kalau pun ada yang lain, itu soal kapabilitas Brozovic yang tak main-main. Kontribusinya diakui di segala lini. Bos Inter, Steven Zhang, dan Simone Inzaghi juga keberatan bila Brozovic benar-benar pergi. Dasarnya itu tadi, karena dia adalah komponen vital Nerazzurri

***

Sejak muda, Brozovic sudah menunjukkan diri sebagai cahaya Kroasia. Pementasannya di segala level usia bersama timnas menjadi buktinya. Pada umur yang belum genap 20 tahun, Brozovic sudah diganjar kontrak jangka panjang oleh tim paling elite di sana, Dinamo Zagreb. Dia diproyeksi untuk menggantikan Milan Badelj yang hengkang ke Hamburg.

Brozovic bukan pemain dengan fisik menjulang—seperti tipikal gelandang bertahan Eropa Timur lainnya. Tinggi badannya “hanya” 181 cm dan ini tergolong pendek di sana. Menyitat Statista, rata-rata tinggi badan seluruh skuad Kroasia di Piala Dunia 2018 ada di angka 184,9 cm.

Itu tidak dianggapnya sebagai kelemahan. Justru tubuh yang relatif pendek membuatnya lebih dinamis. Konsep ini diejawantahkan betul lewat cara main Brozovic. Melindungi back-four bisa, memainkan peran box-to-box juga bisa. Yang tak kalah penting, kecerdasan bermain: Meliputi pemosisian dan kemampuan olah bola. 

Begini, cara paling gampang untuk menilai kualitas gelandang bertahan yang hebat adalah dengan melihat pergerakannya tanpa bola. Apakah posisinya tepat? Seberapa besar pengaruhnya dalam fase bertahan-menyerang? Kami bisa bilang Brozovic adalah salah satu yang terbaik dalam hal ini.


Walaupun pelatih Inter silih berganti, kepercayaan kepadanya terus terpatri. Misalnya, semasa dilatih Luciaono Spalletti, Brozovic menjadi tumpuan untuk mengeliminasi first press lawan. Pada fase build-up, dia akan membuka ruang ketika Milan Skriniar membawa bola ke depan. Setelah tekanan lawan mengendur, baru bek Slovakia itu meneruskan bola ke Brozovic—yang kemudian mengalirkannya ke lini depan.

Sebelas dua belas dengan era Antonio Conte. Brozovic menjadi katalis skema counter attack andalannya. Kemampuannya dalam mematahkan serangan lawan plus daya cipta terhadap situasi serangan balik nyaris tak tergantikan.

Bila kita bergeser ke timnas Kroasia, situasinya juga tak jauh berbeda. Oleh Zlatko Dalic, Brozovic diberikan tanggung jawab penuh untuk menjaga kedalaman. Dengan begitu, Luka Modric dan Ivan Rakitic bisa lebih leluasa menginvasi area lawan. Formula yang menghasilkan gelar runner-up Piala Dunia 2018.

Kembali lagi ke era Conte, bagaimana Brozovic menjadi unsung hero di balik megahnya striker, wing-back, trio bek tengah Inter musim lalu. Mengacu data WhoScored, Brozovic menempati posisi pertama untuk rata-rata tekel per laga Inter di Serie A musim lalu dengan 1,6. Catatan intersepnya juga lumayan tinggi, 1,2 di tiap pertandingan. Hanya kalah tipis dari Stefan de Vrij dan Arturo Vidal di angka 1,3.

Itu baru aksi bertahan. Wong, kontribusi ofensifnya juga mentereng. Rata-rata 1,4 umpan kunci Brozovic ukir di tiap pertandingan. Angka itu sama banyaknya dengan Romelu Lukaku yang menyandang status top assist Inter musim lalu. Statistik di atas membuktikan Brozovic sebagai gelandang bertahan yang komplet. Tidak hanya cuma melulu sebagai pemutus gempuran lawan, tetapi juga mengonversinya sebagai serangan.

“Brozo harus bergegas menandatangani kontrak baru. Dia adalah pemain yang luar biasa di lapangan dan jimat keberuntungan Inter selama bertahun-tahun,” begitu ucap Inzaghi seperti dilansir situs resmi klub.

Sama seperti para pendahulunya, Inzaghi juga memandang Brozovic sebagai komponen penting dalam skemanya. Lebih dari anggapan Conte, malah. Tak pernah sekalipun Inzaghi meninggalkannya dari starting line-up Serie A musim ini. Bila ditotal, Brozovic sudah 21 kali mentas—terbanyak bersama Samir Handanovic.

Dalam format 3-5-2, Inzaghi menaruh Brozovic sebagai gelandang sentral. Biasanya diapit oleh Nicolo Barella dan Hakan Calhanoglu. Sementara kedua rekannya intens bergerak ke depan, Brozovic cenderung menjaga kedalaman. Ya, ini mirip-mirip dengan kombinasinya bersama Modric dan Rakitic di timnas Kroasia.

Pemosisian Brozovic menjadi penting, mengingat garis pertahanan tinggi yang diusung Inzaghi. Wing-back yang rajin naik ke depan juga berpotensi membuka celah di pertahanan Inter. Di situlah Brozovic hadir. Dia menawarkan keseimbangan agar timnya tak timpang saat diserang.

Biasanya, Brozovic akan berdiri tak jauh dari bek tengah (De Vrij). Sementara Skriniar dan Alessandro Bastoni ada di posisi yang lebih melebar. Pada fase build-up awal, tiga bek ini bisa saling mengedarkan bola satu sama lain sebelum akhirnya diarahkan kepada Brozovic. Alasannya simpel, karena dia adalah pipa untuk mengalirkan bola dari belakang ke depan.

Maka tak mengejutkan bila Brozovic mencatatkan rata-rata 74 umpan di setiap laganya. Kemudian disusul Bastoni (62), Skriniar (59), dan De Vrij (51). Terlebih dengan gaya main Inzaghi yang dinamis dan mengedepankan umpan-umpan pendek. Sebagai komparasi, di rezim Conte, Brozovic mengemas rata-rata 67 umpan per laga. Well, masuk akal karena Conte relatif lebih direct ketimbang Inzaghi.

[Baca Juga: Trio Magnifico]

Sampelnya bisa dilihat ketika Inter mengalahkan Lazio di giornata 21. Inzaghi intens menekan sehingga membuat pasukan Maurizio Sarri bermain lebih dalam. Di sana Brozovic menunaikan tugasnya dengan sempurna. Menjadi bek keempat sekaligus distributor bola utama buat Inter.

Masing-masing jumlah intersep dan tekel Brozovic menyentuh 3. Tak ada yang lebih banyak dari itu. Jumlah umpannya juga mencapai 105, juga yang terbanyak. Ditambah lagi dengan 2 tembakan yang dia buat. Angka-angka ini tak hanya merepresentasikan kuantitas, tetapi juga keserbabisaannya sebagai gelandang bertahan.

Posisi pemain Inter di laga versus Lazio (Brozovic nomor 77). Sumber: Whoscored

Inilah yang membuat Brozovic berharga. Tak ada yang benar-benar bisa menggantikan perannya sekarang. Arturo Vidal lebih mirip tukang jagal ketimbang pengatur ritme. Matias Vecino juga tak cukup kreatif untuk mendapatkan mandat itu. Roberto Galgliardini mungkin yang paling mendekati Brozovic. Namun, tetap saja, terlalu riskan untuk memasrahi porsi sepenting ini untuk pemain yang cuma 18 kali menjadi starter sejak musim lalu.

***

Pekan lalu Fabrizio Romano mengabarkan bahwa kesepkatan Inter dan Brozovic telah menapaki tahap lanjut. Belum ada detail soal kontrak, akan tetapi ada intensi Brozovic untuk melanjutkan pengabdiannya di Giuseppe Meazza. Entah sudah kesekian kalinya kita mendengar ini. Tapi yang pasti, Inter harus membereskannya dengan segera atau mereka akan kehilangan gelandang terbaiknya dengan cuma-cuma.