Mengapa Takehiro Tomiyasu Jadi Incaran Tim-tim Top Eropa?

Foto: Bologna

Sembari menunggu tawaran yang tepat, Tomiyasu sedang menjalankan misi yang cukup berat: Membawa Jepang melaju sejauh mungkin di Olimpiade 2020.

Masih berusia 22 tahun, unggul secara fisik, serbabisa, serta punya kaki kiri dan kanan yang sama baiknya. Perkenalkan, Takehiro Tomiyasu, seorang bek tengah sekaligus bek kanan, pemain Bologna yang jadi salah satu bakat terpanas di sepak bola Eropa saat ini.

Banyak yang mengincar tanda tangannya: Tottenham Hotspur, Arsenal, AC Milan, bahkan kabarnya Juventus juga ikut mendekati.

Jepang, negara asal Tomiyasu, sudah lama dikenal sebagai negara Asia yang sering mengekspor pemain ke Eropa. Serie A bukan pengecualian. ‘King’ Kazuyoshi Miura jadi yang pertama saat ia mulai bermain untuk Genoa pada 1994. Pada masa yang tak jauh dari itu, Serie A juga mengenal nama Hidetoshi Nakata.

Ketika masa dua pemain tersebut berakhir, dinasti Jepang di Serie A tak lantas berujung demikian. Kita masih melihat nama-nama lain yang hadir mengikuti jejak mereka. Mulai dari Shunsuke Nakamura, Atsushi Yanagisawa, Takayuki Morimoto, Yuto Nagatomo, hingga Keisuke Honda.

Tomiyasu jadi nama Jepang berikutnya yang meramaikan sepak bola Italia. Bologna merekrutnya pada musim panas 2019 dengan mahar yang cukup besar untuk klub seukuran mereka: 10 juta euro. Sebuah perjudian, tetapi seperti kata pelatih Sinisa Mihajlovic, ini perjudian yang meyakinkan.

Pertama, karena pengalaman yang Tomiyasu miliki. Ketika Bologna merekrutnya, Tomiyasu masih berusia 19 tahun. Bahkan dengan usia yang masih semuda itu, ia punya pengalaman bermain di Eropa karena tercatat sebagai pemain klub liga utama Belgia, Sint-Truiden.

Di usia itu pula Tomiyasu sudah memiliki caps di Timnas Senior Jepang. Debutnya datang pada pengujung 2018 saat pelatih Hajime Moriyasu menyertakannya dalam kemenangan 3–0 atas Panama. Beberapa bulan sebelumnya, Tomiyasu lebih banyak berkutat di tim kelompok usia.

Kedua, tentu saja karena kemampuan yang Tomiyasu miliki. Atribut utamanya adalah efektivitas. Hal ini mewujud pada caranya saat bertahan dan menyerang. Dalam situasi seperti itu, Tomiyasu tahu menempatkan diri ke posisi yang tepat sekaligus bisa mengoper bola secara efektif.

Ini belum menghitung sederet atributnya yang lain, termasuk agresivitas kala bertahan dan tubuh tingginya yang mencapai 188 cm, sangat ideal untuk seorang pemain belakang.

Dengan semua itu Mihajlovic memberi kepercayaan setinggi-tingginya kepada Tomiyasu. Sebanyak 31 kesempatan ia berikan kepada pemain asal Jepang tersebut di Serie A musim lalu. Adapun, musim sebelumnya Tomiyasu mendapat kesempatan sebanyak 29 pertandingan.

Posisi alami Tomiyasu sebetulnya adalah bek tengah. Walau begitu, Mihajlovic sering menempatkannya sebagai bek kanan, yakni 13 kali. Pasalnya, Mihajlovic menilai Tomiyasu mempunyai kemampuan membaca posisi yang baik. Ia juga menyukai efektivitas yang Tomiyasu miliki.

Bahkan, meski tak sering, Tomiyasu juga pernah beroperasi di pertahanan sebelah kiri. Menariknya, tak sekali dua kali ia berganti posisi dari kanan ke kiri kala pertandingan tengah berlangsung. Salah satunya saat melawan Juventus pada laga terakhir Serie A musim lalu.

Heatmap Tomiyasu pada laga melawan Juventus, akhir musim kemarin. Sumber: WhoScored.

Hal tersebut didukung pula oleh kaki kanan dan kirinya yang sama baik. Tomiyasu tampak nyaman melepaskan operan, baik panjang maupun pendek, dengan kaki mana pun. Bagi tim yang mengedepankan fleksibilitas taktik, ini adalah kemampuan yang sangat berharga.

Statistik semakin membuktikan betapa Tomiyasu memang sangat nyaman menggunakan kedua kakinya. Musim lalu, ia mencatatkan 909 operan dengan kaki kanan dan 467 dengan kaki kiri. Masuk akal jika Mihajlovic bisa mengandalkannya tak hanya di sisi kanan, tetapi juga sisi kiri.

Yang jelas, saat bermain di dua area tersebut, Tomiyasu tak berperan selayaknya bek sayap yang rutin naik ke depan. Umpan-umpan silang dari tepi yang berasal dari kaki-kakinya juga terhitung jarang.

Sebaliknya, Tomiyasu bakal lebih ‘pilih-pilih’ kala merangsek ke depan. Ia mencari momen tepat dan cenderung hati-hati. Pergerakannya kala bertahan pun demikian. Kewaspadaannya dalam bergerak terlihat dari matanya yang melihat ke sana-sini tanda awas.

Gaya main seperti itu barangkali merupakan dampak pendekatan Mihajlovic. Dalam taktiknya yang sebagian besar adalah 4–2–3–1, yang bertugas untuk aktif membantu lini serang adalah bek kiri. Bek kanan, sementara itu, lebih sering berada di belakang sebagai bek tengah sebelah kanan.

Meski demikian, karena efektivitasnya, Tomiyasu masih memiliki statistik menyerang yang lumayan. Ia mencatatkan 8,22 operan progresif dan 0,3 umpan kunci per pertandingan musim lalu. Tomiyasu juga punya catatan umpan ke sepertiga akhir lapangan dengan tingkat sukses 78%.

Itulah kenapa jumlah gol dan assist-nya masih bisa dibanggakan. Pada musim pertamanya, Tomiyasu berhasil mencetak satu gol dan tiga assist. Penampilan dan catatan tersebut bikin AC Milan dan beberapa klub Serie A lain berupaya menjemputnya ke rumah masing-masing.

Mengingat peran vitalnya, Bologna menolak dengan tegas. Tomiyasu, di sisi lain, juga belum ingin hengkang dari Bologna.

“Saya adalah pemain Bologna dan saya masih ingin bermain di sana. Namun, saya memang mengakui bahwa saya senang karena telah menjadi incaran beberapa klub terkenal di dunia. Itu sangat memotivasi saya,” ungkap pemain kelahiran Fukuoka ini.

Tomiyasu berkata demikian pada pertengahan 2020. Setahun kemudian, namanya kembali diiringi sejumlah rumor. Tomiyasu belum buka suara terkait hal ini, tetapi jika kemudian hengkang, ia dalam kondisi yang jauh lebih matang dan siap ketimbang tahun lalu.

Sembari menunggu tawaran yang menarik dan tepat, Tomiyasu sedang menjalankan misi yang cukup berat: Membawa Jepang melaju sejauh mungkin di Olimpiade 2020.