Menyambut Tomas Soucek, Jagoan Anyar West Ham United

Foto: Twitter @Michailantonio

Soucek tidak cuma jago mendulang poin di FPL. Di dunia nyata dia sungguhan menjadi andalan West Ham, sekaligus The New Fellaini-nya David Moyes.

Tomas Soucek tak sekondang Declan Rice. Itu fakta. Silakan ketik 'Declan Rice' di mesin pencarian, Anda bakal menemukan banyak pemberitaan soal dirinya.

Wajar. Pasalnya, sudah dari musim lalu Manchester United dan Chelsea dikabarkan kepincut untuk meminang Rice. Ketertarikan itu pun bukan tanpa alasan; Rice adalah salah satu wonderkid terbaik Inggris sekaligus aset terbesar West Ham United sekarang.

Soucek? Well, namanya masih asing di telinga. Usia pementasannya di Premier League pun baru setahun.

West Ham juga menggaet Soucek dari klub nonbeken Eropa: Slavia Prague. FYI, Slvia berbeda dengan Sparta Prague yang pernah menghasilkan pemain top Republik Ceko macam Jiri Nemec, Jan Koller, Pavel Nedved, Tomas Rosicky, dan Petr Cech.

Itu yang mungkin membuat ketenaran Soucek dan Rice berbeda. Walau keduanya sama-sama gelandang bertahan reguler West Ham.

Teruntuk Anda para pemain Fantasy Premier League (FPL), boleh-boleh saja mengabaikan uraian di atas. Bukannya gimana-gimana, Soucek termasuk pemain populer di aplikasi strategi tersebut.

Kepemilikannya mencapai 8,6% dari total 7,8 juta player. Jumlah itu menjadikannya penggawa West Ham terkondang kedua setelah Aaron Cresswell. Khusus Rice, jumlah pemiliknya di FPL tak sampai sepertiga dari angka Soucek.


Ada beberapa faktor soal kepopuleran Soucek. Pertama, karena harganya yang ekonomis. Banderol awal musim Soucek di awal musim cuma 5 (sekarang 5,2). Sebagai komparasi, angka itu lebih rendah 1,5 dari Jarrod Bowen, Pablo Fornals, dan Manuel Lanzini yang notabene gelandang ofensif West Ham.

Alasan lainnya, ya, tingginya poin yang diproduksi Soucek di FPL. Sudah 77 poin ia torehkan hingga hari ini.

Perlu diketahui, jumlah tersebut masih lebih banyak dari deretan gelandang elite FPL seperti Raheem Sterling, James Maddison, dan Pierre-Emerick Aubameyang. Oh, ya, poin gelandang di FPL dihasilkan dari jumlah gol, assist, cleansheet, plus bonus penampilan mereka.

Last but not least, karena Soucek memang "ujung tombak" West Ham-nya David Moyes sekarang. Wong, dia jadi topskorer The Hammers lewat 5 golnya.

Tak salah kalau West Ham menggelontorkan 15 juta poundsterling buat mempermanenkan Soucek. Toh, pada akhirnya dia memberikan impak yang mengesankan.

"Saya katakan kepada para pemain saya, waspadai situasi bola mati. West Ham sangat piawai dalam hal itu. David Moyes telah menemukan 'The New Fellaini' pada diri Tomas Soucek."

Begitu Jose Mourinho mewanti-wanti para pemain Tottenham Hotspur. Wajar, sih, kalau The Special One bergidik. West Ham merupakan salah satu jagoan bola mati di Premier League. Sudah 8 gol mereka buat dari situasi set-piece --kedua terbanyak setelah Southampton. Menariknya, 7 di antaranya lahir dari sundulan kepala.

Sulit dimungkiri bahwa West Ham-nya Moyes memang cenderung direct dan bertumpu pada kekuatan fisik para personelnya. Itu tertuang dari rata-rata penguasaan bola mereka di angka 43,1% dan 21,3 kali kemenangan duel udara.

Coba bandingkan dengan rezim Manuel Pellegrini di edisi 2018/19. Meski penguasaan bola mereka menyentuh 49% per laga, Mark Noble cs. cuma mampu memenangi rata-rata 16,9 pada tiap pertandingan --peringkat 15 di Premier League.

Lalu apa hubungannya sama Soucek sebagai 'Fellaini Baru' Moyes?

Begini, Moyes merupakan salah satu pelatih yang kental dengan pendekatan longball, salah satukomponen utama untuk melancarkan skema direct. Termasuk saat masih menukangi Everton dan Manchester United.

Pada dua klub itu pula Moyes menggunakan Fellaini untuk memaksimalkan skema bola panjangnya. Skill olah bolanya, sih, pas-pasan. Namun, kemampuan fisiknya jangan ditanya. Postur badan gelandang Belgia itu mencapai 1,94 meter dan punya daya jelajah luas.

Itulah mengapa Moyes mengutusnya untuk memenangi duel-duel udara. Baik itu dalam skema bola mati maupun open play, baik pada situasi bertahan dan juga menyerang. Bila ditotal, Fellaini sudah memenangi 895 duel udara lebih --peringkat ketujuh di antara seluruh pemain yang pernah mentas di Premier League.

Nah, Soucek tak ubahnya reinkarnasi dari Fellaini. Tinggi badannya 1,92 meter. Ditambah lagi dengan area operasi yang mirip, yakni di area tengah. Soucek juga punya catatan yang tak kalah mentereng: Pemain yang paling sering memenangi duel udara di Premier League. Total 98 kali Soucek unggul di tarung udara.

Betul bahwa posisi alami Soucek adalah gelandang bertahan, posisi yang membuatnya minim terlibat dalam aksi menyerang. Namun, anggapan itu salah besar. Nyatanya Pemain Terbaik Republik Ceko 2019 itu sudah mengemas 5 gol. Bahkan, 2 gol terakhirnya jadi penentu poin buat West Ham.

Toleh saja gol heading-nya ke gawang Brighton and Hove Albion. Lesakan itu membuat West Ham terhindar dari kekalahan. Gol ini sekaligus menjadi bukti bahwa Soucek piawai mengoptimalkan tubuh jangkungnya untuk memenangi duel udara. Oh, ya, sejauh ini sudah 3 gol dibuat Soucek dari situasi set-piece.

Itu 'kan kalau skema bola mati, lalu bagaimana dalam situasi open play?

Eits, jangan salah. Soucek juga bisa diandalkan. Cukup terjawab lewat gol penentunya versus Everton pada pekan ke-17. Gelandang 25 tahun itu bergerak ke kotak penalti dan menerjang bola mendatar kiriman Cresswell.

Tingginya keterlibatan Soucek ini terikat dengan gaya main Moyes yang mengandalkan serangan dari sayap. Dalam skema tersebut, kedua full-back punya peran besar dalam proses serangan West Ham.

Makanya jangan heran kalau Cresswell, Vladimir Coufal, dan Ryan Fredericks menjadi produsen umpan kunci tertinggi di West Ham. Ketiganya juga sudah mengumpulkan 7 assist bila dikalkulasi. Jumlah itu masih lebih banyak dibanding gabungan assist Bowen, Fornals, dan Said Benrahma yang notabene ngepos sebagai gelandang.

Well, Moyes bisa dibilang melewatkan area tengah sebagai jalur serangannya. Toh, persentase serangan mereka dari situ cuma menyentuh 25%.

Menjadi logis mengingat ketiadaan gelandang serang dalam pakem 5-4-1 yang diusung Moyes. Empat slot gelandangnya diisi oleh Bowen dan Fornals yang bermain menyamping serta Rice dan Soucek yang aslinya gelandang bertahan.

Sama halnya saat Moyes menggunakan Said Benrahma sebagai gelandang serang dalam wadah 4-2-3-1. Dia tetap diinstruksikan untuk bermain ke tepi alih-alih di tengah.

Kemudian sebagai big man di garda terdepan, Moyes sempat bersandar kepada Sebastien Haller. Tugasnya apalagi kalau bukan sebagai pemantul plus mengonversi umpan silang. Sialnya, striker Pantai Gading itu mandul. Kini, Haller sudah bergabung dengan Ajax Amsterdam. 

Untungnya Moyes sudah menyiapkan Soucek sebagai penyerang alternatif. Kenapa bukan Rice? Karena Rice sudah kebagian tugas penting di depertemen pertahanan. 

Selain sebagai pelindung back-four, alumnus akademi Chelsea itu adalah distributor utama West Ham. Rata-rata umpan per laganya mencapai 48, terbanyak di antara para koleganya.

Lain hal dengan Soucek. Selain dibekali fisik yang mendukung, insting menyerangnya juga ciamik. Kombinasi itu amat vital buat menambal lini depan West Ham yang ompong.

Mengacu Understat, jumlah xG Soucek menyentuh 4,83. Angka itu jauh lebih banyak dari Bowen di posisi kedua dengan 3,66. Pun dengan dua penyerang West Ham, Michail Antonio dan Haller (sebelum pindah ke Ajax), yang hanya mengoleksi xG 3 dan 2,55.  

Kabar baiknya, Soucek tak abai dalam peran tugas naturalnya sebagai gelandang bertahan. Rata-rata tekelnya menyentuh 1,8 per laga atau tertinggi ketiga di West Ham. Pun dengan angka intersep yang mencapai 1,5 --masih masuk di lima teratas. Tak buruklah.

Jarang-jarang, lho, topskorer tim punya aksi bertahan yang juga oke.