Menyelami Thomas Doll

Foto: Persija Jakarta.

Thomas Doll sedang mendapat sorotan dan akan menjalani laga semi-kompetitif pertamanya bersama Persija. Seperti apa taktiknya?

Pelatih anyar Persija, Thomas Doll, tengah jadi perbincangan hangat. Pertama, karena ia tak terlalu ambisius dalam menatap Piala Presiden. Alih-alih menurunkan skuad utama untuk fokus meraih gelar juara, Doll justru membagi Persija ke dalam dua tim.

Tim pertama berisikan pemain muda dan tiga pemain seleksi dari Jepang. Sedangkan tim kedua berisikan pemain-pemain senior dari tim utama. Ini jelas menarik perhatian, terlebih Doll menyampaikan bahwa ajang Piala Presiden ini hanyalah ajang persiapan buat tim, terkhusus sebagai penambah pengalaman buat para pemain muda.

Hal kedua yang membuat Doll mendapat sorotan adalah komentarnya selepas Persija menjalani sebuah uji tanding. Saat itu, Doll menyatakan bahwa ia terkejut melihat para pemainnya banyak melepaskan bola-bola panjang, umpan-umpan jauh. Padahal, menurutnya, itu tak ada di menu latihan.

Doll seperti menyiratkan bahwa yang ia inginkan adalah timnya bermain dengan umpan-umpan pendek. Ia, dalam wawancaranya, juga beberapa kali mengatakan soal "movement". Mantan pelatih Borussia Dortmund ini pengin pemain Persija rajin bergerak, terus berlari sepanjang pertandingan.

Merujuk komentar Doll itu, dan melihat fakta bahwa ia adalah orang Jerman, semua terasa masuk akal. Ia mungkin ingin timnya bermain direct, tapi tidak dengan umpan-umpan panjang melainkan umpan pendek yang cepat dan dipadukan dengan kelihaian pemain dalam menemukan ruang. Tentu saja, dengan kesadaran akan progresivitas yang baik dari seluruh pemain.

Dengan ini, menarik untuk melihat seperti apa sebenarnya taktik dari seorang Doll. Saya lantas berbicara dengan Jasmine (@_jasminebaba), seorang analis taktik sepak bola Jerman untuk DW sampai The Athletic, guna mengetahui seperti apa sebenarnya permainan tim asuhan Doll. Sebab, hanya pertandingan dengan Sabah yang bisa dijadikan sampel jika merujuk ke pertandingan Persija.

Compact Defense & Man-Marking

Menurut Jasmine, salah satu kelebihan Doll sebagai pelatih adalah kemampuan dalam membuat tim menjadi sulit dibongkar lawan. Dalam hal ini, ada dua aspek penting yang diterapkan Doll. Pertama adalah kompaksi di pertahanan; jarak antarpemain tak jauh, pun dengan jarak antarlini.

Ini sebenarnya terlihat di laga versus Sabah. Saat itu Persija bertahan dengan cukup dalam dan begitu padat dengan orientasi man-marking. Namun, di pertandingan ini, Persija masih harus kebobolan 2 gol. Sebuah hasil yang, sepertinya, akan jadi sorotan besar Doll. Sebab, pertahanan adalah kunci utama tim asuhannya.

Namun, Doll tak cuma punya satu opsi saja. Dalam ingatan Jasmine, Doll juga membuat timnya bisa menerapkan pressing. Bermain agresif, terutama secara vertikal. Itu artinya para pemain dituntut siap untuk menekan lawan yang berada di depan mereka. Jika tekanan yang dilancarkan ini gagal, barulah tim akan memundurkan garis pertahanan dan bertahan cukup dalam.

Dari apa yang terlihat di pertandingan dengan Sabah dan di cuplikan laga-laga uji tanding Persija, terlihat bahwa pemain sudah menerapkan strategi pressing ini. Bahkan "Macan Kemayoran" mampu mendulang gol setelah berhasil mencuri bola dengan cepat dari lawan. Sebuah bekal cukup bagus untuk awal musim bersama Doll.

Selain itu, perpaduan kompaksi di pertahanan, man-marking, serta pressing vertikal akan jadi kunci Persija di musim ini. Yang pasti, itu bisa membuat mereka sulit dibongkar lawan--seperti tim Doll lainnya. "Tim lawan akan lebih kesulitan untuk menghancurkan mereka (timnya Doll)," begitu ungkap Jasmine.

Serangan Balik Jadi Kunci

Tim asuhan Doll, baik itu HSV, Hannover, sampai Dortmund memiliki satu kesamaan: Sama-sama piawai dalam melancarkan serangan balik. "Mereka mengandalkan itu (serangan balik) untuk mencetak gol," ungkap Jasmine kepada saya. Dan ini tentu bukan kejutan.

Sebagai sosok yang mengutamakan pertahanan, serangan balik akan jadi peluru utama buat Doll untuk menumbangkan lawan. Dan melihat Persija, ini terasa amat cocok. Sebab, Persija memiliki banyak pemain cepat yang bisa menjadi kunci. Riko Simanjuntak, Osvaldo Haay, sampai Ricky Cawor bisa dijadikan contoh.

Inilah yang kemudian disoroti Doll dalam wawancaranya. Untuk melakukan serangan balik efektif, sebuah tim membutuhkan setidaknya tiga hal: Umpan yang bagus, kecerdasan menemukan ruang, dan kecepatan untuk bergerak vertikal ke depan. Karena inilah ia ingin menihilkan umpan panjang yang dianggapnya tak efektif--terlebih untuk kondisi sepak bola Indonesia.

Latihan dan ajang pra-musim seperti Piala Presiden tentu saja akan mematangkan apa yang diinginkan oleh Doll. Sehingga di kompetisi sesungguhnya (Liga 1) kelak, kita bisa melihat Persija sebagai mesin pencetak serangan balik mengerikan. Atau, paling tidak, tim yang punya serangan cepat.

Sebenarnya 4-4-2

Dalam laga vs Sabah, Doll membuat Persija bermain dengan pola tiga bek. Ini masuk akal jika melihat kondisi tim. Untuk fokus ke pertahanan, dengan tim baru yang belum sempurna, cara cepatnya memang dengan bermain tiga bek. Di sistem ini, saat bertahan, tim bisa menerapkan pola lima bek. Kerapatan jadi kunci dan dengan itu tim sulit dibongkar. Doll melakukannya.

Pola tiga bek Persija mungkin juga akan sering kita lihat musim ini, terutama di awal-awal sampai paruh pertama. Jika sukses, bahkan tidak diganti. Namun, ada juga kemungkinan bahwa Doll akan mengubah pola ke 4-4-2. Pola kesukaannya. Kebetulan pelatih berusia 56 tahun ini juga punya dua tipe untuk 4-4-2: Pertama adalah 4-4-2 sejajar dan kedua adalah 4-4-2 berlian.

Dalam 4-4-2 miliknya, Doll akan membuat timnya bisa menyerang dan bertahan dengan sama baik: Keseimbangan. Tim akan punya tiga lapis pertahanan yang rapat dan bisa menyerang via sayap atau tengah. Dengan materi saat ini, pola tersebut juga amat mungkin untuk diterapkan Persija.

Fisik Jadi Kunci

Dalam riwayat kepelatihannya, Doll akan bergantung pada tim yang tangguh secara fisik. Sebab, itu yang diperlukan sebuah tim yang fokus utamanya adalah pertahanan: Menghalau dan memutus pelbagai serangan musuh. Ini bisa jadi alasan kenapa timnya Doll acap terlihat lebih tangguh di kompetisi berformat turnamen ketimbang liga--yang menuntut konsistensi fisik sepanjang musim.

Ini juga yang ia harapkan hadir di Persija, bahwa timnya punya fisik yang tangguh untuk mengarungi musim. Namun, Doll tentu tahu bahwa ia tak bisa berharap banyak. Tak semua pemain Indonesia memiliki daya tahan seperti pemain-pemainnya dulu. Dan di aspek ini juga ia harus menemukan solusi.

Embed from Getty Images

Kelemahan?

Jasmine mengatakan bahwa kelemahan Doll sebagai pelatih adalah minimnya alternatif. Jika hal-hal yang sudah dijabarkan di atas tidak berjalan baik, Doll acap tak memiliki solusi. Ini yang membuat timnya seperti roller coaster: Bisa naik cepat, bisa juga turun dengan cepat.

Selain itu, Doll juga bukan pelatih yang dinamis. Taktiknya tak bisa dibilang modern, meski juga tak kuno-kuno amat. Timnya juga cenderung tak eksplosif dan mungkin, mengutip banyak netizen Indonesia, jadi "kurang menghibur". Namun, kita tahu, di sepak bola negeri ini situasinya bisa berbeda.

***

Kiprah Doll di Persija akan mulai di Piala Presiden akhir pekan ini. Ini memang pramusim dan, sebagaimana katanya, tak bisa jadi acuan. Cuma ajang persiapan. Namun, di ajang ini kita bisa mulai melihat seperti apa ide-ide Doll di Persija. Mulai melihat jelas strateginya.

Orang-orang Hamburg mengingat era Doll sebagai era di mana HSV punya pertahanan tangguh. Di Bundesliga 2005/06, mereka jadi tim dengan catatan kebobolan paling sedikit di Bundesliga. 30 gol masuk dari 34 pertandingan. Dan walau rentang waktunya sudah terpaut hampir dua dekade, The Jakmania boleh berharap Doll melakukan hal yang sama buat Persija.