Meramal Calon Perusak Dominasi Real Madrid dan Barcelona di La Liga
Real Madrid dan Barcelona mulu yang jadi juara La Liga. Emang enggak bosen?
La Liga cuma milik Real Madrid dan Barcelona, lainnya cuma ngontrak.
Manifesto di atas bukan omong-kosong. La Liga memang jadi tambang gelar buat keduanya. Madrid 34 kali juara. Sementara Barcelona dengan 26 titel. Pesaing terdekat mereka? Cuma Atletico yang baru mengumpulkan 10 gelar, disusul Athletic Bilbao dengan 8 trofi dan Valencia di angka 6.
Dihitung-hitung, sudah 7 tahun berlalu sejak Madrid dan Barcelona gagal menjuarai La Liga. Kala itu mereka kecolongan dari Atletico. Anomali sebelumnya tercipta lebih lama lagi, pada 2003/04 tepatnya. Kala itu Valencia yang jadi rajanya.
Nah, siklus non-Madrid dan Barcelona ini tampaknya bakal tercipta di musim 2020/21. Form keduanya yang lagi kacau balau mestinya bisa dimaanfaatkan oleh tim La Liga lainnya.
Madrid sang juara bertahan lagi berantakan. Mereka tercecer di posisi keempat. Baru menempuh 10 laga, sudah tiga kekalahan yang ditelan Los Blancos. Jumlah itu setara dengan total kekalahan sepanjang edisi 2019/20.
Barcelona lebih parah lagi. Mereka sampai berkubang di posisi 13 sampai akhirnya merangkak ke peringkat ketujuh. Itu pun masih belum cukup buat tim sekelas Barcelona.
Di lain sisi, para kompetitor mereka kian gacor. Tak cuma Atletico, ada juga Real Sociedad, Villarreal, dan Sevilla yang siap mengintai takhta juara. Lalu, siapa yang paling berpeluang buat mematahkan dominasi Madrid-Barcelona di La Liga?
Atletico Madrid (Peluang 75%)
Bila menunjuk satu tim yang paling potensial mendobrak kemapanan La Liga, Atletico jawabannya. Dari jumlah titel, mereka yang paling mendekati torehan Madrid dan Barcelona. Yah, meski terpaut 16 trofi dari El Barca dan 24 gelar dari Madrid.
Setidaknya, Atletico pernah mewujudkannya di musim 2013/14. Mereka unggul 3 angka dari Barcelona dan Madrid yang sama-sama mengemas 87 poin.
Nah, Los Colchoneros punya kans besar buat mengulangi kesuksesan mereka tujuh musim silam. Dari segi performa Atletico jauh lebih baik dari dua raja La Liga itu. Mereka belum pernah kalah dari 9 penampilan. Bandingkan dengan Barcelona dan Madrid yang sudah 3 kali tumbang.
Atletico sudah mengumpulkan 23 angka, cuma terpaut satu angka dari Sociedad di posisi pertama. Eh, tapi mereka masih memainkan 2 laga lebih sedikit dari klub asal Basque itu.
Benteng pertahanan masih jadi masterpiece Diego Simeone di Atletico. Wong, baru 2 kali gawang mereka bobol. Catatan ini jadi yang terbaik di lima liga top Eropa.
Oh, iya, ada satu hal penting lainnya: Kehadiran Luis Suarez. Kontribusi peraih empat titel La Liga bersama Barcelona itu tak main-main. Sudah 5 gol dibuatnya dari 6 pertandingan.
Berbeda degan karakteristik Diego Costa atau Alvaro Morata, Suarez lebih dinamis. Dia lebih aktif dalam menjemput bola ketimbang sekadar menjadi pemantul di garda terdepan.
Suarez intens bergerak horizontal dalam skema serang Atletico musim ini. Ini tak hanya memudahkan build-up serangan, tetapi juga memberikan ruang kepada lini kedua. Itulah mengapa produktivitas Marcos Llorente dan Yannick Carrasco terkatrol. Keduanya sudah mengemas 5 gol bila dikalkulasi.
Joao Felix juga terkena impak positif Suarez. Sebagai second striker yang punya mobilitas tinggi, dia juga membutuhkan tandem yang juga doyan patroli. Itulah yang tak didapatkannya dari Costa dan Morata.
Buktinya Felix mengalami peningkatan signifikan dibanding musim lalu. Baik itu dari kuantitas dribel maupun umpan kunci. Paling kentara, ya, jumlah gol. Total 5 gol sudah dibikin Felix. Padahal, striker 21 tahun itu cuma bikin 6 gol di La Liga 2019/20.
Atletico saat ini sudah mengemas 19 gol dari 9 pertandingan. Sebagai pembanding, musim lalu mereka cuma memproduksi 8 gol di pekan yang sama.
See? Atletico sekarang makin komplet. Tak hanya jago dalam bertahan saja, tapi juga garang di depan.
Real Sociedad (Peluang 50%)
Tentu kami menuliskan Real Sociedad dalam daftar ini. Konsistensi jadi dasar pertama. Alasan kedua, ya, karena mereka sekarang nangkring di puncak klasemen sementara La Liga.
Betul bahwa Sociedad sempat tersendat di empat laga awal. Namun, mereka mengamuk setelahnya. Enam laga disapu bersih. Sementara duel teranyar versus Villareal berakhir sama kuat.
Sangarnya lagi, Sociedad jadi tim paling produktif di La Liga 2020/21. Sudah 22 gol yang dilesakkan oleh pasukan Imanol Alguacil tersebut. Mikel Oyarzabal yang paling mencolok dengan sumbangsih 7 gol. Disusul Portu 4 gol serta Willian Jose dan Alexander Isak dengan masing-masing 2 gol.
Banyak betul alternatif goal-getter Sociedad? Well, ini terkait dengan pakem 4-1-4-1 yang diusung Alguacil. Empat slot terdepan diisi oleh dua gelandang kreatif plus dua winger eksplosif.
Merino dan Silva jadi poros. Sementara Oyarzabal dan Portu bertugas menyisir dari tepi. Skema ini difasilitasi oleh penyerang utama mereka yang fluid, yakni Isak dan Jose.
Well, eksistensi Sociedad ini tak ujug-ujug muncul. Mereka sudah membangun pondasi itu sejak musim lalu. Khususnya, soal menyinergikan para veteran dan pemain muda.
Nacho Monreal didatangkan musim lalu dan Silva pada musim panas kemarin. Keduanya bukan sekadar pajangan. Toh, Monreal sukses menyumbang satu gol sejauh ini. Silva lebih impresif karena berhasil mengemas 1 gol dan sepasang assist.
Oyarzabal, Mikel Merino, Alexander Isak, Andoni Gorosbel, dan Robin Le Normand adalah beberapa cetakan sukses Sociedad. FYI, semuanya masih berusia 25 tahun. Jadi jangan kaget kalau Sociedad nantinya masih bakal bersaing di perebutan titel La Liga beberapa tahun ke depan.
Sevilla (Peluang 50%)
Bukan absurd menyebut Sevilla sebagai penantang serius titel La Liga dalam beberapa edisi ke belakang. Yah, walaupun sebenarnya mereka lebih kondang di Liga Europa ketimbang di La Liga.
Gimana enggak, 6 kali Los Rojiblancos menjuarai kompetisi level kedua Eropa itu. Jauh lebih mewah dibandingkan titel semata wayang mereka pada La Liga periode 1945/46.
Sevilla mengalami peningkatan grafik dalam tiga musim terakhir. Nyatanya mereka sukses finis di peringkat keempat musim lalu.
Terlebih, form Sevilla terhitung impresif. Rasio kemenangan Sevilla lebih dari 50%. Total 16 poin mereka raih dari 9 pertandingan. Dengan kata lain, Sevilla masih menyimpan dua pertandingan lebih banyak ketimbang Sociedad sang pemuncak klasemen.
Penguasaan bola yang dominan memang jadi identitas dari pasukan Julen Lopetegui itu. Bagaimana lini belakang punya pengaruh besar dalam proses build-up serangan.
Nyatanya Diego Carlos jadi pemain dengan rata-rata umpan tertinggi per laganya. Belum lagi dengan kontribusi Jesus Navas yang aktif mengkreasi peluang dari sisi tepi.
Sektor tengah Sevilla pun relatif komplet dalam pendistribusian bola. Ada Fernando sebagai gelandang bertahan, serta gelandang box-to-box macam Ivan Rakitic dan Joan Jordan. Menjadi masuk akal kalau Sevilla mencatatkan rata-rata penguasaan bola sebesar 58,8% di tiap pertandingan--cuma kalah dari Barcelona.
Itu juga tak lantas membuat mereka tumpul di depan. Toh, rata-rata tembakan per laga Youssef En-Nesyri dkk mencapai 13,2 sekaligus menjadi yang terbaik ketiga di La Liga.
Dengan formula paten semacam ini--plus konsistensi--harusnya, sih, Sevilla bisa membuat kejutan di musim 2020/21.
Villarreal (Peluang 25%)
Setelah berkubang di papan tengah, 'Kapal Selam Kuning' mulai muncul ke permukaan. Ya, perlahan tapi pasti Villarreal menjejal papan atas.
Dalam 11 laga, cuma sekali mereka kalah (dari Barcelona). Sisanya Mario Gaspar dkk. tak pernah absen meraup angka. Madrid dan Atletico mereka tahan. Valencia mereka jungkalkan. Jangan heran kalau sekarang Villarreal ngepos di peringkat ketiga.
Kedatangan Unai Emery jadi titik baliknya. Eks pelatih Arsenal itu mengubah pakem 4-2-3-1--yang sebelumnya dipakai Javier Calleja--ke 4-4-2. Plus, pendekatan taktiknya soal ball posession.
Itu baru dari segi pelatih, belum dengan kejelian Villarreal saat melantai di bursa transfer musim panas lalu. Paling yahud, ya, Daniel Parejo. Playmaker 31 tahun itu digaet cuma-cuma di musim panas lalu.
Nah, Parejo ini jadi komponen penting dalam skema main Emery. Enggak aneh, sebab keduanya pernah bekerja sama di Valencia sebelumnya.
Menurut data Whoscored, Parejo mengemas rata-rata 73,8 umpan per laga bersama Villarreal, jauh meninggalkan Raul Albiol di posisi kedua dengan torehan 59,5.
Tak hanya Parejo, Emery juga sukses memafasilitasi Gerard Moreno di garda terdepan. Personel Timnas Spanyol itu diberi kebebasan untuk bergerak ke sisi tepi. Makin lengkap karena Paco Alcacer juga mampu bermain lebih dalam. Itulah mengapa lini depan Villarreal begitu fluid.
Kombinasi Moreno dan Alcacer sudah menghasilkan 11 gol. Jumlah itu jadi yang tertinggi bersama duo Sociedad: Oyarzabal dan Portu.
Sementara buat departemen pertahanan not bad-lah. Villarreal baru kemasukan 11 kali--masih lebih baik dari Madrid yang sudah kebobolan 12 gol.