Mesin Transfer Manchester City (Mungkin) Tetap Berderu

Foto: instagram @mancity

Salah satunya, pos gelandang bertahan. Ya, masa klub sekaliber City yang siap memburu Liga Champions tidak banyak opsi. Apalagi, pos itu sangat krusial bagi City-nya Pep Guardiola.

Setelah merekrut Erling Haaland, mesin transfer Manchester City harusnya tidak lekas-lekas senyap dan tetap berderu. Mereka kudu kembali beroperasi untuk rekrutan lainnya. Salah satunya, gelandang bertahan --pos yang tidak punya kedalaman baik.

Untuk pos itu, City memang punya Rodri yang performanya menjanjikan. Namun, mengandalkan Rodri seorang diri bukan keputusan bijak setelah Fernandinho pergi musim depan. Ya, masa, klub sekaliber City yang siap memburu Liga Champions tidak banyak opsi. Apalagi, pos itu sangat krusial bagi City-nya Pep Guardiola.

Problemnya, City punya stori tidak bagus soal rekrut-merekrut gelandang bertahan. The Citizens sempat kesulitan mencari gelandang bertahan oke sebelum mendatangkan Rodri. Itu karena speks gelandang bertahan versi Guardiola sangat teramat tinggi.

"Kami membutuhkan pemain dengan kemampuan fisik oke, dapat berpikir cepat, dan mampu membaca ruang, khususnya ruang kosong saat menyerang," kata Guardiola dilansir FourFourTwo. "Tidak mudah mendapatkan satu pemain yang dapat melakukan semuanya."

Jika si pemain sudah ketemu dan merapat, itu belum pasti bisa cepat mengintegrasikan diri dengan taktik dan instruksi Guardiola. Lihat saja Rodri saat baru-baru bergabung City. Pria 25 tahun itu disesaki keraguan dan nada-nada pesimistis.

Sam Lee dan Tom Worville dari The Athletic pernah menilai Rodri memiliki banyak pekerjaan rumah. Menurut penilaian Lee dan Worville, Rodri masih belum tahu kapan waktunya membantu serangan, dan kapan berlari menutup ruang-ruang saat lawan melancarkan serangan balik.

Alih-alih membela anak asuhnya, Guardiola mengonfirmasi penilaian tersebut. Menurutnya, Rodri terlalu banyak bergerak di luar koridor. Itu menghadirkan ruang-ruang kosong yang dapat dimanfaatkan lawan untuk membangun serangan sekaligus meneror gawang.

"Musim lalu (2019/20), ia terlalu banyak bergerak di luar area main," kata Guardiola sebagaimana mengutip situs remsi City. Eks pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu meneruskan, "(Kini), ia menjadi lebih baik dalam membaca situasi dalam fase defensif."

Penanjakan performa Rodri tidak lepas dari tangan dingin Guardiola. Selain memberi banyak petuah, Guardiola menginstruksikan asistennya, Juanma Lillo, untuk mengawal dan membantu perkembangan Rodri. Tujuannya supaya kapasitas dan kapabilitas Rodri sesuai dengan keinginan Guardiola.

Emang apa, sih, indikator holding midfielder-nya City? Sampai-sampai, mereka sangat selektif dan Rodri yang sudah jago itu kudu kerja keras buat melaksanakan instruksi Guardiola?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu melihat bagaimana gaya bermain City versi Guardiola. Musim 2021/22, mereka rajin mengusung pakem 4-3-3 dengan memperagakan umpan-umpan pendek dari bawah. Maka, gelandang bertahan City harus jago mendistribusikan bola. Entah itu umpan-umpan pendek maupun umpan panjang.

Pergerakan gelandang bertahan di sepertiga pertahanan sendiri pun mau tidak mau harus efektif. Tidak boleh sia-sia. Sedikit saja salah, gawang bisa terancam.

Kenapa begitu? Karena gelandang bertahan City punya tugas membuka ruang umpan bagi pemain-pemain di dekatnya. Hal ini krusial untuk mengatasi klub-klub yang menerapkan permainan high pressing. Ini juga sempat jadi cela Rodri pas awal-awal masuk City.

Selain itu, gelandang bertahan sebagai penghubung lini belakang-tengah-depan dituntut untuk cepat mengambil keputusan. Enggak boleh banyak mikir ketika sudah menguasai bola. Makanya, Guardiola menyebut gelandang bertahan City kudu bisa berpikir cepat.

Tidak heran jika gelandang bertahan City saat ini, baik Rodri maupun Fernandinho, selalu melihat pergerakan rekan dan lawan sebelum menerima umpan. Kalau sudah menguasai bola, mereka bisa mengoper ataupun mendribel untuk mengeliminasi tekanan lawan dengan cepat.

Itu baru urusan build-up. Dalam fase ofensif, gelandang bertahan harus punya penciuman ruang yang tajam. Selain menjadi opsi umpan pemain depan dan gelandang serang, holding midfielder bisa turut meneror gawang lawan via tembakan jarak jauh.

Apalagi, Guardiola saat ini membentuk sistem serangan yang rapat dan dinamis dalam format 3-2-5 saat fase ofensif. Itu dilakukan agar umpan-umpan pendek yang jadi andalan mereka dapat berjalan optimal.

Dalam benak Guardiola, jarak antarpemain saat fase menyerang dapat meredam serangan balik. Itu karena saat City menyerang, pertahanan lawan akan padat. Area umpan lawan untuk menyelenggarakan serangan balik cepat pun mengecil.

Jika ada kesempatan mengirim umpan panjang, penyerang atau pemain cepat lawan membutuhkan waktu lebih panjang untuk mengejar bola. Waktu itulah yang digunakan City untuk melakukan transisi. Nah, keberhasilan transisi dari ofensif-defensif juga tergantung gelandang bertahan yang jadi palang pintu pertama.

Rumit betul memang jadi gelandang bertahan City. Namun, kabarnya, City sudah memiliki daftar pemain incaran, termasuk untuk pos gelandang tengah. Tinggal bagaimana mereka bergerak cepat dan tepat saat jendela transfer dibuka.

Oh, iya, jangan mikir kalau City cuma punya duit banyak. Memang duit jadi satu dari sekian indikator keberhasilan transfer. Namun, jangan lupa bahwa City sekarang sudah menjadi klub besar dan punya pamor.

Apalagi mereka akan bermain di Liga Champions musim depan. Uuppps!