Mungkin Minamino Tak Bisa Jadi seperti Hinata

Foto: @LFC

Di Liverpool, Takumi Minamino diharapkan bisa jadi seperti Shōyō Hinata untuk SMA Karasuno. 1,5 tahun berlalu, harapan itu belum terwujud. Malah sekarang timbul pertanyaan: Masih adakah tempat buatnya di Liverpool?

Saat Takumi Minamino datang ke Liverpool, saya berharap ia bisa jadi seperti Shōyō Hinata untuk SMA Karasuno dalam manga Haikyu!!.

Saya berharap Minamino mampu menjadi senjata kejutan Liverpool. Toh, perawakannya mirip dengan Hinata: Posturnya kecil. Lebih lagi, Minamino juga berada di antara rekan-rekannya yang lebih andal dan berpengalaman, persis seperti Hinata.

Namun, hampir satu setengah tahun berlalu sejak Minamino datang ke Liverpool, harapan saya belum menjadi kenyataan. Pria Jepang itu kesulitan, tak mampu bersinar. Selama berseragam The Reds, Minamino hanya bermain 532 menit di Premier League dan cuma bisa menyumbangkan satu gol.

Padahal, saat bermain untuk Red Bull Salzburg di ajang Liga Champions, Minamino begitu meyakinkan. Kita melihat pemain Jepang yang cepat dan berteknik tinggi. Selain itu, dia bisa jadi mesin pressing yang bagus. Itulah kenapa saya yakin dia mampu jadi Hinata-nya Liverpool.

Foto: Wikimedia Commons

Apa daya, hal tersebut belum terwujud. Dan sejak Januari lalu, Minamino malah dipinjamkan ke Southampton. Kendati Manajer Liverpool, Juergen Klopp, menggaransi bahwa masih akan ada tempat untuk Minamino dalam plannya di masa depan, saya merasa peminjaman ini semakin memupuskan harapan saya saja.

Saya bertanya-tanya, apakah memang masih ada tempat buat Minamino di Liverpool pada musim depan (dan musim-musim berikutnya)?

***

Saat mengumumkan resminya transfer Minamino, Klopp berkata seperti ini dalam keterangan persnya: "Takumi adalah pemain yang cepat, sangat cerdas--dia pandai menemukan celah di antara garis pertahanan lawan. Dia pemain yang berani dengan bola di kaki, juga bagus dalam pergerakan tanpa bola--sungguh pemain tim. Dia punya kelebihan yang bisa jadi benefit untuk pemain lain."

Dari komentar Klopp itu, saya kemudian mencatat beberapa kata kunci tentang Minamino: Cepat, pandai menemukan ruang, punya olah bola baik, pergerakan bagus, dan tak serakah. Lantas, yang mana saja dari kata kunci tersebut yang sudah ia tunjukkan selama hampir satu setengah tahun (termasuk peminjaman di Southampton) ini?

Soal kecepatan, kita melihat Minamino mungkin tak secepat Salah atau Mane. Namun, selama di Inggris, pemain berusia 26 tahun itu boleh dibilang sebagai pemain yang cepat juga. Gol ke gawang Chelsea saat ia sudah berseragam Southampton ini bisa jadi contoh.

Minamino mampu bergerak dengan cepat untuk menjangkau umpan terobosan Nathan Redmond, dan kemudian bergerak cepat lagi untuk bisa unggul lari dari pemain belakang Chelsea. Dengan kecepatan itu, ia kemudian berhasil mencetak gol. So, poin pertama dalam kata kunci tadi berhasil dibuktikan Minamino.

Soal menemukan ruang, Minamino juga mampu menunjukkan bahwa ia punya kapabilitas dalam hal itu. Salah satu contohnya lagi-lagi bisa kita lihat dari masa peminjamannya di Southampton, tepatnya saat ia mencetak gol ke gawang Newcastle pada awal-awal masa peminjamannya.

Foto: Youtube Southampton

Minamino dalam gol itu membuktikan sekali bahwa ia bisa jadi pemain depan yang mampu mengeksploitasi ruang di pertahanan lawan. Sayangnya, di Liverpool, hal ini tak terlalu kelihatan. Salah satu penyebabnya adalah karena lawan-lawan Liverpool punya kebiasaan bermain low-block.

Foto: Youtube Southampton

Kalau ruang saja sudah sedemikian sempit karena pemain menumpuk di sana, lalu apa yang mau diekploitasi oleh Minamino? Kalau ada, sih, dia akan bisa memaksimalkannya jadi gol. Persis apa yang ia lakukan saat mencetak gol ke gawang Crystal Palace. Gol satu-satunya buat Liverpool di ajang Premier League.

Gol-gol di atas, terutama gol ke gawang Chelsea dan Palace, juga menunjukkan bahwa Minamino punya olah bola yang bagus. Tengok saja bagaimana ia masih bisa dengan tenang dan cerdiknya menggocek bola sebelum melepaskan tendangan ke gawang lawan. Khas Minamino sekali.

Soal pergerakan yang bagus ini yang bisa menimbulkan perdebatan. Oke, Minamino memang cerdik dalam melakukan pergerakan untuk menemukan ruang kosong, tapi sering kali dia juga bergerak ke arah yang tidak tepat. Ini terutama ketika ia terlibat dalam proses membangun serangan.

Dalam proses membangun serangan, Minamino acap turun ke tengah untuk menjemput bola atau sekadar menawarkan diri jadi opsi umpan buat rekan-rekannya yang lain. Pada posisi itulah penempatan posisinya acap tak tepat. Ia kerap terlalu dekat dengan rekannya, tumpang tindih. Jadinya, mubazir.

Sumber: The Athletic

Kata kunci terakhir adalah tak serakah. Well, soal ini, sebenarnya benar. Hal pertama yang bisa membuktikan adalah bahwa di antara empat penyerang Liverpool lainnya (Roberto Firmino, Mane, Salah, dan Diogo Jota), jumlah umpan sukses Minamino adalah yang terbanyak. Ia mencatatkan 33,6 per 90 menit.

Selain itu, jumlah tembakan Minamino juga jadi yang paling sedikit dibanding rekan-rekannya. Per 90 menit, pemain yang juga pernah berseragam Cerezo Osaka itu hanya melepaskan 2,15 tembakan. Bandingkan, misalnya, dengan Jota yang mampu melepaskan 3,66 tembakan per 90 menit. Minamino lebih memilih mengumpan bola ketimbang menembaknya sendiri.

Seluruh kata kunci sudah dibedah dan ternyata cuma satu yang tak cocok dengan Minamino. Lalu, apakah itu tak cukup untuk membuatnya mendapat tempat di Liverpool? Jawabannya belum. Ada satu hal lain yang jadi kekurangan Minamino dan itu cukup vital di Liverpool: aksi defensif.

Pertama soal pressing. Secara keseluruhan, sebenarnya angka pressing Minamino cukup baik, per 90 menit dia melancarkan 24,8 pressing. Namun, ketika didedah lebih spesifik lagi, tepatnya soal pressing di area pertahanan lawan, angka pemain bertinggi 1,74 meter itu justru menurun.

Minamino hanya mencatatkan 6,67 pressing per 90 menit di area pertahanan lawan. Dibanding catatan Mane, Firmino, Salah, atau Jota, catatan Minamino itu adalah yang paling buncit. Bahkan tak lebih baik dari catatan Xherdan Shaqiri atau Naby Keita yang notabene merupakan seorang gelandang.

Selain itu, Minamino cuma mencatatkan angka 1,21 tekel + intersep per 90 menit. Angka itu memang lebih baik dari Salah, tapi dibanding Firmino, Mane, dan Jota, angka Minamino lebih buruk. Sadio Mane, misalnya, mampu mencatatkan 1,85 tekel + intersep per 90 menit.

Kekurangan Minamino dalam aksi defensif ini yang membuat dia jarang dipilih oleh Klopp. Buruknya, catatan defensif Minamino di Southampton justru menurun. Pressing per 90 menitnya di area lawan cuma 2,78, persentase pressing suksesnya juga turun dari 30,5% ke 25,3%.

***

Pada awalnya, peminjaman Minamino di Southampton berjalan meyakinkan. Dia masih sering jadi starter dan mampu mencetak dua gol dari tiga pertandingan awal. Setelah itu, Minamino kembali ke mode saat dia masih di Liverpool. Belakangan bahkan ia semakin jarang main.

Liverpool sebenarnya berharap peminjaman ini berlangsung dengan baik: Minamino mendapat menit bermain yang banyak, permainannya makin berkembang ke arah yang lebih baik. Sebab, Liverpool-lah yang menawarkan diri untuk meminjamkan Minamino ke Southampton, bukan sebaliknya.

Pada awalnya, Southampton datang untuk meminjam Neco Williams. Namun, Liverpool menolak karena merasa butuh pelapis di pos full-back kanan. Jadilah kemudian mereka menawarkan Minamino saja. Sebab, Klopp merasa Southampton bisa jadi klub yang tepat buat perkembangan karier sang pemain, terlebih racikan Ralph Hasenhuettl juga dinilai cocok.

Sayangnya, harapan tinggal harapan. Minamino akan kembali ke Liverpool pada akhir musim dengan bekal serta perubahan yang tak banyak. Kemungkinan besar, dia masih tak akan mendapatkan kesempatan banyak di Anfield.

Harapan saya untuk melihat Minamino jadi seperti Hinata pun tampaknya harus dikubur dalam-dalam.