Negara yang Patut Disimak di Piala AFF 2020

Foto: Twitter @AFFPresse.

Kualitas negara-negara yang tampil di Piala AFF kali ini sudah tak lagi timpang. Beberapa mampu memberikan penampilan yang baik dan enak untuk disaksikan. Negara mana sajakah itu?

Piala AFF layaknya pesta bagi sepak bola di Asia Tenggara. Kesulitan untuk bersaing di Piala Asia atau Piala Dunia membuat Piala AFF jadi ajang untuk saling adu kehebatan.

Masing-masing negara juga mempersiapkan timnasnya dengan baik sebelum turnamen digelar. Ada yang memainkan pemain yang bermain di kompetisi Eropa, pemusatan latihan di luar, dan memainkan pemain naturalisasi atau keturunan dalam turnamen.

Tahun 2010, misalnya, Filipina menggunakan delapan pemain keturunan atau naturalisasi untuk memperkuat timnya. Salah satunya adalah Neil Etheridge yang waktu itu merupakan anggota skuad Fulham yang bermain di Premier League.

Keputusan federasi terbukti jitu, pada tahun tersebut Filipina pertama kali melaju ke babak semifinal Piala AFF. Mereka berhasil mengalahkan Vietnam yang merupakan juara bertahan. Namun, asa Filipina ke babak final kandas oleh Indonesia.

Dalam pertandingan yang berlangsung dua leg, Filipina kalah dengan skor 0-2. Uniknya, gol kemenangan Indonesia dibuat oleh Cristian Gonzales yang notabene adalah pemain naturalisasi juga.

Nah, di Piala AFF kali ini, kekuatan antartim tak begitu timpang. Hal tersebut bisa terlihat di laga Thailand melawan Timor Leste dan Vietnam bertemu Laos. Timor Leste dan Laos tak lagi menjadi lumbung gol bagi peserta lainnya. Mereka bisa memberikan perlawanan dan merepotkan tim langganan juara.

Lalu, tim mana saja yang menarik disimak di Piala AFF kali ini?

Vietnam

Vietnam datang ke Piala AFF 2020 dengan status juara bertahan. Pada gelaran tiga tahun lalu, Vietnam mengalahkan Malaysia di laga final.

Sebenarnya, sepak bola Vietnam pernah mengalami keterpurukan. Beberapa pemainnya pernah terlibat dalam skandal pengaturan skor sekitar tahun 2005 dan mendapat denda hingga hukuman larangan bermain. Kalut di sepak bola membuat mereka menempati urutan 172 dalam rangking FIFA.

Namun, Vietnam kemudian bangkit dari keterpurukan. Federasi mereka amat serius untuk memberantas pengaturan skor. Mereka membentuk lembaga yang bisa mencegah terjadinya pengaturan skor.

Di bawah arahan Park Hang-seo, Vietnam menjadi negara Asia Tenggara yang mengejutkan. Mereka kini bisa menembus peringkat 99 FIFA. Tak cuma itu, Golden Star menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang berlaga di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia.

Prestasi mengejutkan Vietnam lainnya, yakni pada Asian Games 2018. Pada gelaran yang berlangsung di Indonesia itu, Vietnam mampu melaju ke babak semifinal. Sayangnya, mereka kalah dari Korea Selatan, yang diperkuat Son Heung-min, dengan skor 1-3.

Vietnam juga tak mampu merebut medali perunggu. Mereka tumbang dari Uni Emirates Arab melalui babak adu penalti.

Setahun kemudian Vietnam kembali menggeberak sepak bola Asia. Mereka menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang ada di perempat final Piala Asia. Sayangnya, mereka harus tunduk dari Jepang dengan skor 0-1.

Dengan catatan tersebut, tak heran Vietnam dijagokan untuk merengkuh gelar juara Piala AFF kali ini. Secara permainan, Vietnam mengandalkan kolektivitas para pemainnya. Masing-masing pemainnya punya kecepatan dan stamina yang mumpuni. Tangan dingin dari Park Han-seo mampu mengubah permainan sepak bola Vietnam menjadi lebih baik lagi.

"Saya bingung mengapa sebagian orang menganggap tubuh kecil menjadi kelemahan Vietnam. Padahal, pemain kecil bisa lebih cepat. Pemain Vietnam juga pintar, mereka mengerti apa yang ingin saya terapkan. Mereka bisa beradaptasi dengan cepat," ucap Park seperti dilansir Straits Times.

Thailand

Tak elok rasanya tak memasukkan Thailand sebagai kandidat juara Piala AFF. Thailand merupakan pemegang gelar tebanyak Piala AFF dengan jumlah lima. Mereka juga hadir di turnamen kali ini dengan skuad yang komplet.

Teerasil Dangda masih dipercaya mengisi slot lini depan Thailand. Pemain berusia 33 tahun itu sudah memiliki 104 caps bersama Thailand dan mampu mengemas 45 gol. Pengalaman Dangda di pentas AFF menjadi modal untuk Thailand. Apalagi, Dangda pernah menyabet gelar top skor Piala AFF pada tahun 2016 lalu.

Selain Dangda, ada juga Chanatip Songkrasin yang akan membela Thailand di Piala AFF. Pemain yang akrab dipanggil Jay itu baru bergabung dengan tim usai Thailand memainkan laga perdana melawan Timor Leste 5 Desember lalu. Kehadiran Chanatip diprediksi akan menambah kreativitas di lini tengah Thailand.

Ia bisa melakukan dribel ke dalam atau melepaskan umpan yang memanjakan lini serang. Tak lupa, Chanatip juga memiliki tendangan yang sangat akurat.

Theerathon Bunmathan juga menjadi nama lain yang bisa memperkuat Thailand. Bermain di pos bek sayap kiri, Bunmathan akan menambah variasi lain dalam penyerangan Thailand. Salah satu kemahiran Bunmathan ialah melepaskan umpan silang yang memanjakan. Pemain milik Yokohama Marinos itu juga mahfum memanfaatkan celah di halfspace lawan. Dari situ, Bunmathan kerap menyelesaikan peluang via tendangan kaki kirinya yang memang berbahaya itu.

Thailand sempat mengalami periode buruk dua tahun belakangan usai tak lolos ke final Piala AFF dan semifinal SEA Games 2019. Thailand juga tak lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Pencapaian buruk tersebut membuat Pelatih Thailand, Akira Nishino, dipecat. Mereka lalu menunjuk Alexandre Polking yang memang sudah mengenal karakter sepak bola Thailand. Dengan materi pemain yang memadai di semua lini, Thailand dijagokan kembali meraih hasil maksimal di turnamen tahun ini.

Malaysia

Malaysia datang dengan kombinasi pemain senior dan junior di dalam skuadnya. Mereka juga menyertakan beberapa pemain naturalisasi guna memperdalam skuad di turnamen antarnegara Asia Tenggara itu.

Dua bintang Malaysia, yakni Safawi Rasid dan Badrol Bakhtiar, menjadi tulang punggung permainan 'Harimau Malaya'. Safawi yang beroperasi di sisi tepi punya penyelesaian peluang yang baik. Ia juga memiliki kemampuan membaca ruang kosong di lini belakang lawan. Dua pertandingan di Piala AFF, Safawi sudah mengemas empat gol. Itu sudah menjadi bukti betapa berbahayanya pemain berusia 24 tahun itu.

Lalu, Badrol menjadi penyeimbang permainan di lini tengah. Tugasnya untuk mendistribusikan bola dan menghentikan serangan lawan berjalan dengan baik di dua laga awal Piala AFF. Badrol juga sudah mencatatkan satu assist di Piala AFF kali ini.

Dua laga yang sudah dimainkan Malaysia memperlihatkan cara bermain mereka yang sabar. Mereka lebih banyak menunggu dan melancarkan serangan balik guna memberi ancaman ke pertahanan lawan. Oleh karena itu, kecepatan menjadi kunci permainan Malaysia sampai saat ini.

Singapura
Singapura menjadi negara yang patut disimak di Piala AFF tahun ini. Mereka memang tak mengedepankan penguasaan bola, melainkan serangan direct yang cepat.

Dua pertandingan yang sudah dimainkan, Singapura tak terlalu banyak menguasai bola. Namun, mereka bisa sangat tajam dan begitu efektif dalam membangun serangan. Kedua sisinya yang diisi Gabriel Quak dan Faris Ramli menjadi tumpuan serangan. Keduanya punya eksploitivitas untuk melakukan akselerasi menembus lini belakang lawan.

Lini depan Singapura juga diisi oleh Ikhsan Fandi. Anak Fandi Ahmad ini tipikal penyerang modern yang bisa jadi pemantul atau pembuka ruang di lini depan.
Kelebihan Singapura lainnya terletak di bola mati. Dari lima gol yang sudah diciptakan di Piala AFF, tiga berawal dari skema set piece.