Nyali Spalletti

Foto: Twitter @SSCNapoli.

Tidak ada ingar bingar soal kehebatan Spalletti dalam menjaga pertahanan. Tidak ada juga trofi dalam curriculum vitae-nya. Namun, melihat Napoli memimpin Serie A dan baru kebobolan 4 gol dalam 12 laga, Spalletti punya nyali.

Curriculum vitae Luciano Spalletti sebagai pemain tidaklah berkilau. Ia mengawali sekaligus mengkahiri karier di kasta tiga Liga Italia. Namun, rekam jejak itu tidak lantas meredam nyalinya untuk menaklukkan tanah terjanji bernama sepak bola.

Lahir di Certaldo, Italia, Spalletti tumbuh sebagai bocah penggila sepak bola. Semakin hari, semakin besar kegilaan Spalletti kepada si kulit bundar. Sekolah sepak bola Fiorentina menjadi tempat pertama Spalletti mengasah kemampuan olah bola.

Ada banyak pelajaran yang Spalletti dapatkan. Kesempatan Spalletti mewujudkan mimpi menjadi pesepakbola pun berlimpah. Namun, Spalletti hanya medioker seperti kebanyakan bocah-bocah lain. Bakat dan potensinya tidak pernah betul-betul mekar dan menjanjikan.

Tersisih di Fiorentina, Spalletti bergabung dengan tim junior Castelfiorentin dan menembus tim utama. Di sanalah perjalanan Spalletti sebagai pesepakbola dimulai.

Hanya satu tahun waktu Spalletti memperkuat Castelfiorentin. Kemudian, ia bergabung dengan Virtus Entella yang berlaga di Serie C. Dari Virtus Entella, ia berpetualang ke Spezia, Viareggio, dan Empoli.

Karier Spalletti sebagai pesepakbola hanya berputar-putar di Serie C dan sulit menanjak. Hingga akhirnya ia memutuskan gantung sepatu pada usia 34 tahun atau musim 1994 di Empoli.

Tidak ada ingar bingar soal kehebatan Spalletti dalam menjaga pertahanan. Tidak ada juga trofi dalam curriculum vitae-nya.

Namun, rekam jejak itu tidak lantas membuat gairah sepak bola Spalletti remuk redam. Maka, ketika ada tawaran melatih akademi Empoli, ia langsung menyetujuinya. Tahun pertama menjadi pelatih, karier Spalletti mendaki perlahan.

Pada akhir musim 1993/94, Spalletti ditunjuk menjadi caretaker tim utama Empoli. Tercatat ada delapan laga yang ia pimpin pada musim tersebut. Setelah itu, ia kembali melatih Empoli junior.

Performa Empoli yang stagnan membuat manajemen mengambil keputusan besar pada musim 1995/96 yakni meminta Spalletti menjadi pelatih tim utama. Perlahan dan pasti, penampilan Empoli membaik. Di bawah kepemimpinan Spalletti, Empoli berhasil naik kasta. Dari Serie C sampai Serie B.

Puncaknya, Spalletti mengantarkan Empoli berlaga di Serie A musim 1997/98. Keberhasilan itu diiringi dengan mencuatnya pemain-pemain didikan akademi Empoli. Salah satunya adalah Antonio Di Natale dan Luca Toni.

Dua pemain itu menjadi kunci permainan Empoli versi Spalletti yang menerapkan gaya bermain menyerang. Sejak itu, keahlian Spalletti meracik skuat mulai diperhitungkan. Apalagi, capaian Empoli di Serie A 97/98 tidak jelek-jelek amat sebagai klub promosi. Mereka mengakhiri musim di posisi 12.

Spalletti adalah orang yang punya nyali besar. Ia tidak pernah takut dengan beragam kegagalan dan pemecatan. Jika ada tawaran dari klub yang pernah meragukan kejeniusannya, ia akan tetap kembali.

Saat mengarsiteki Sampdoria pada musim 98/99, misalnya, Spalletti hanya bertahan enam bulan. Ia diberhentikan karena dianggap tidak kompeten memaanfaatkan pemain-pemain potensial yang ada, seperti Vincenzo Montella.

Dua bulan berselang, Sampdoria mengontak Spalletti untuk melatih kembali. Meski pada akhir musim perjalanan Spalletti bersama Sampdoria tamat, keputusan-keputusannya selalu disesaki risiko.

Situasi serupa terjadi ketika Spalletti menakhodai AC Venezia 1907 di musim 99/00. Melatih lima bulan-dipecat-satu bulan kemudian datang lagi. Didatangkan-dipecat-didatangkan adalah siklus yang lekat dalam perjalanan karier Spalletti sebagai pelatih.

Sebelum mengantarkan Udinese berlaga di Liga Champions musim 05/06, Spalletti sempat mengalami situasi pelik bersama klub tersebut. Ia didatangkan pada musim 00/01. Empat bulan kemudian, ia dipecat. Lalu, Udinese memintanya melatih kembali pada musim 02/03.

Jika bertanya apa yang membuat Spalletti begitu bernyali, jawabannya adalah wejangan orang tua. Ingatan akan kata-kata sang ayah masih sangat melekat.

"Ayahku pernah berkata bahwa dalam hidup, kamu harus bisa bahagia dengan apa yang kamu punya," ucap Spalletti kepada La Repubblica.

Di luar nyali yang begitu besar ketika mengambil keputusan, Spalletti ada pelatih jenius. Ada banyak pemain potensial yang ia orbitkan. Saat mengarsiteki Udinese, misalnya, ia mampu memaksimalkan Di Natale pada musim 04/05.

Selain Di Natale, Spalletti mengorbitkan David Di Michele, Vincenzo Iaquinta, Sulley Muntari, David Pizzaro, Marek Jankulovski, dan Stefano Mauri. Sejak berhasil mengantarkan Udinese finis di peringkat empat dan tiket Liga Champions, nama Spalletti pun mulai berdengung.

Capaian Spalletti bersama Udinese membuat banyak klub tertarik untuk merekrutnya. AS Roma-lah yang kemudian menjadi pelabuhan Spalletti pada musim 05/06. Bersama AS Roma, nyali Spalletti meletup-letup. Hal itu terlihat dari keputusan-keputusannya.

Salah satu keputusan Spalletti yang masih melekat sampai saat ini adalah menghidupkan kembali peran false nine. Ia memainkan Francesco Totti sebagai penyeran dalam format 4-1-4-1. Saat itu, Totti sendiri merupakan gelandang serang pengatur serangan.

Keputusan Spalletti memang tidak tiba-tiba datang karena Roma ketika itu sedang tumpul dan minim opsi striker. Antonio Cassano yang menjadi sumber gol hijrah ke Real Madrid. Kehadiran Mirko Vucinic pun tidak serta merta membuat lini depan Roma tajam karena mengalami cedera lutut.

Apa yang diterapkan Spalletti pun berakhir indah. Roma tampil agresif dan Totti panen gol dengan rangkuman 32 lesakan. Berbicara gaya bermain, Roma saat itu tampil sangat cair. Totti mendapat kebebasan bergerak. Ia bisa ke kanan-kiri, depan-belakang.

Pergerakan Totti membuat pemain lain, mulai dari Mancini, Rodrigo Taddei, Simone Perrota, sampai David Pizzaro, leluasa untuk mengeksploitasi pertahanan dan meneror gawang lawan.

Laga melawan Inter pada final Coppa Italia 06/07 disebut-sebut sebagai penampilan terbaik Roma di Stadio Olimpico. Dalam laga itu, Roma bermain sangat mengesankan dengan determinasi tinggi.

Pertandingan baru berusia 50 detik, Totti sudah mencetak gol. Setelah itu, Daniele Rossi, Simone Perotta, dan Mancini, mencatatkan namanya di papan skor pada babak pertama. Dua gol Cristian Panucci di babak kedua melengkapi kemenangan 6-2 Roma atas Inter.

Pelatih Inter saat itu, Roberto Mancini, sampai-sampai menyebut 15 pertama sebagai neraka. 

Lima tahun kemudian, Spalletti menjelaskan latar belakang dirinya memainkan Totti sebagai penyerang. Kepada La Gazzetta dello Sport, ia berkata bahwa menempatkan Totti sebagai penyerang seperti mendekatkan rubah ke kandang ayam.

"Dia selalu menemukan ruang untuk menciptakan kepanikan di antara lawan. Totti bisa mencetak gol dan memberikan asis. Dengan setiap tendangan, dia bisa menemukan ruang kecil," ucap Spalletti.

Meski menghadirkan Roma dalam wujud berbeda dan meraih dua trofi Coppa Italia plus satu Piala Super Italia, Spalletti tidak lepas dari nada-nada sumbang.

Keputusan-keputusan Spalletti tidak selalu berada di hati para pemainnya. Memang ada yang menyukai gaya Spalletti yang selalu menerapkan latihan 11 vs 11, tetapi ada juga yang tidak menyukainya.

Kepada La Gazzetta dello Sport, Totti menuturkan bahwa apa-apa yang ditetapkan Spalletti sudah tidak bisa dipahami oleh pemain saat itu. Keputusan Spalletti untuk mengundurkan diri dari Roma di akhir musim 08/09 merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan.

"Ia tidak bisa membuat dirinya dipahami lagi oleh kami...... Saat itu, ada beberapa masalah dalam grup. Dan pengunduran dirinya pun tidak terhindarkan," kata Totti.

Lepas dari Roma, Spalletti menganggur enam bulan sebelum akhirnya menukangi Zenit St. Petersburg. Sentuhan menyerang khas Spalletti pun langsung merasuk dalam skuat Zenit. Ada banyak perubahan dan prestasi yang ia raih selama berada di Rusia.

Musim pertamanya di Zenit pun berakhir impresif. Spalletti berhasil merengkuh trofi Russian Premier League. Selain trofi, Zenit versi Spalletti menjadi tim tersubur di liga dengan rangkuman 61 gol. Agresivitas dan konsistensi menjadi sumber daya ledak Zenit. 

Jika dikalkulasi, Spalletti memasukkan dua trofi Russian Premier League, satu Russian Super Cup, dan satu Russian Cup, ke dalam kabin Zenit selama lima musim.

Tidak hanya trofi yang Spalletti dapatkan bersama Zenit, tetapi juga friksi dengan pemain. Salah satunya dengan Hulk. Pada musim 2012/13, Hulk bahkan sempat mengancam akan keluar dari Zenit karena kecewa dengan keputusan-keputusan Spalletti.

Friksi tersebut disertai dengan penurunan performa yang membuat klub memecat Spalletti pada 10 Maret 2014. Setelah pemecatan itu, Spalletti kembali menganggur. Kali ini, waktu menepi Spalletti cukup lama yakni hampir dua tahun sebelum Roma kembali merekrutnya pada Januari 2016.

Kedatangan Spalletti membuat Romanisti bernostalgia dengan segala capaian pada medio 2005-2009. Meski belum memberikan scudetto, Spalletti memberikan kesan baik kepada Romanisti.

Roma di bawah kepelatihan Spalletti dinilai akan tampil lebih variatif. Apalagi, Spalletti jago memaksimalkan pemain-pemain yang ada. Ia diharapkan dapat mendorong pemain macam Edin Dzeko ke performa terbaiknya.

Spalletti tidak gentar dengan segala tekanan yang ada. Ia bernyali dapat memasukkan trofi Serie A ke dalam kabin Roma. Setelah tersisih di Liga Europa 2016/17, ia pun siap undur diri jika Roma tidak mendapatkan satu trofi pun.

Pada akhirnya, Spalletti harus menunaikan ucapannya itu. Tak ada trofi yang Roma raih di akhir musim 2016/17. Meski begitu, Spalletti berhasil membuat Dzeko semakin tajam. Ya, pemain Bosnia-Herzegovina itu keluar sebagai pencetak gol terbanyak Serie A dengan rangkuman 29 gol.

Dari Roma, Spalletti menuju Inter Milan. Dua musim ia habiskan waktu di Kota Fashion. Tidak ada trofi yang ia rangkum, tetapi penampilan Inter cukup baik. Dalam kurun tersebut, Inter menempati peringkat keempat.

Hal terbesar di Inter bukan hanya soal gaya main, tetapi juga ribut-ribut dengan pemain. Nyali Spalletti berkata-kata pedas kepada media soal pemainnya cukup besar. Salah satunya terjadi pada musim 2018/19. Saat itu, ia bersitegang dengan Mauro Icardi.

Ribut-ribut itu bermula setelah ban kapten Icardi dicabut. Setelah kejadian itu, Icardi absen cukup lama karena mengaku cedera. Namun, usai pemain itu kembali berlatih, Spalletti tidak memainkannya saat melawan Lazio.

Rumor Spalletti tidak bisa memaafkan tindakan Icardi beredar kencang. Spalletti pun mengonfirmasi hal tersebut bahkan membumbuinya dengan kata-kata pedas. Menurutnya, tim sekelas Inter tidak perlu melakukan mediasi dengan Icardi.

Di luar insiden tersebut, Inter sebenarnya memercayai Spalletti untuk mengarsiteki klub hingga 2021. Namun, di akhir musim 2018/19, Inter memutus kontrak Spalletti.

Lepas dari Inter, Spalletti kembali menganggur selama dua tahun.

***

"Selamat datang, Luciano. Kita akan bekerja sama dengan baik."

Itu adalah pernyataan Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis saat memperkenalkan Spalletti sebagai arsitek anyar klub untuk mengarungi musim 2021/22.

Ada target besar bagi Spalletti. Salah satunya membawa Napoli kembali berlaga di Liga Champions. Target tersebut tentu tidak lantas membuat Spalletti ciut. Ia akan semakin tertantang untuk mewujudkan apa-apa yang ditargetkan klub meski pergerakan Napoli tergolong pasif di bursa transfer.

Tidak banyak manuver yang Napoli lakukan. Tidak ada juga kasak-kusuk mereka akan mendatangkan si ini-si itu. Dari empat pemain yang didatangkan, hanya Matteo Politano yang dinilai bisa menambah daya ledak tim.

Selentingan kabar Napoli tidak akan banyak berbicara di Serie A maupun Liga Europa mencuat. Namun, saat ekspektasi orang-orang perlahan menyusut, Partenopei justru memperlihatkan ketajaman dan ketangguhannya.

Napoli versi Spalletti ada di barisan terdepan tim Serie A yang performanya paling meyakinkan sejauh ini. Sampai pekan ke-12 Serie A, Napoli bersama AC Milan menjadi tim yang belum terkalahkan di liga. 

Dalam kurun tersebut, Napoli merangkum 10 kemenangan dan 2 imbang. Berkat catatan itu, Napoli memuncaki klasemen dengan rangkuman 32 poin. Mereka unggul selisih gol atas Milan yang menempel di posisi kedua dengan poin sama.

Spalletti sendiri tidak mengubah cara bermain secara keseluruhan. Umpan-umpan pendek dengan pergerakan dinamis sampai memasuki sepertiga akhir pertahanan lawan tetap menjadi andalan dalam membangun serangan.

Yang membedakan Napoli versi Spalletti adalah tugas bek sayap. Bek sayap diberi kebebasan, mulai dari bergerak lebih dalam sampai menembak bola, saat mendekati kotak penalti lawan.

Kans pria berusia 62 tahun itu untuk merengkuh trofi Serie A pertama sepanjang hidupnya terbuka lebar. Apalagi, saat ini, Spalletti sedang menjejak tanah ajaib bernama Naples.

"Ini adalah kota di mana sepak bola dan keajaiban adalah hal yang sama,” ucap Spalletti sebagaimana menguti The Athletic.