Odegaard dan Jalan Lain Mencari Kesempatan

Foto: @odegaard.98

Dari satu negara ke negara lain. Begitulah cara Martin Odegaard memperoleh pengakuan.

We are born with skis on our feet.

Orang-orang Norwegia bisa berubah menjadi sombong jika topik pembicaraan mengarah ke olahraga ski. SNØ, salah satu arena ski yang terletak di pinggiran Oslo, bahkan menjadi tempat bermain ski indoor yang paling besar di dunia.

Keadaan tersebut lantas membuat orang-orang Norwegia terampil bermain ski. Tak terhitung berapa banyak dari mereka yang memenangi berbagai macam ajang level dunia yang berkaitan dengan olahraga ski.

Meski ski cukup jamak dilihat di Norwegia, olahraga tersebut tidak lantas dinikmati seantero negara. Jika dihitung lewat active membership, sepak bola menjadi olahraga paling populer di Norwegia.

Banyak--dalam konteks popularitas di atas--tidak serta-merta membuat klub di Norwegia bergairah. Sebab, mayoritas jumlah active membership tersebut adalah pendukung klub dari kompetisi luar Norwegia; Premier League misalnya.

Andy Mitten di South China Morning Post menjelaskan bahwa hanya sedikit klub sepak bola di Norwegia yang bisa hidup mewah. Pertama, karena mereka tidak punya banyak pendukung. Kedua, mayoritas pendukungnya tidak punya daya beli yang tinggi.

Liverpool menjadi klub dengan basis pendukung terbesar, bahkan melebihi suporter Molde, yang diklaim sebagai klub terbesar di Norwegia. Hubungan ini berkaitan dengan sejarah saat pelaut-pelaut asal Norwegia yang pasti singgah di Liverpool sebelum mengarungi Samudera Atlantik.

Pelaut-pelaut tersebut diketahui juga kerap membuat santapan yang bernama Lobscouse saat tiba di sana. Dari santapan tersebut, kemudian muncul istilah Scouse, yang kemudian menjadi aksen khas Merseyside.

***

Martin Odegaard adalah salah satu pendukung Liverpool yang terkenal di Drammen. Ia dikenal bukan karena kecintaannya terhadap The Reds, melainkan sebagai salah satu pemuda lokal yang dianggap paling bertalenta di sepak bola.

Pada umur 11 tahun, ia dipanggil oleh banyak klub top Eropa untuk datang ke markas latihan. Bayern Muenchen bahkan berkali-kali mengajaknya ke Sabener Strasse untuk melihat betapa megahnya fasilitas latihan mereka.

Selang tiga tahun, Odegaard diakui oleh banyak pelatih tim sepak bola di level anak-anak sebagai pesepak bola muda terbaik di usianya. Saat berusia 14 tahun pula Odegaard sudah dirayu untuk keluar dari Norwegia demi mengejar mimpi di sepak bola.

Alih-alih bergabung dengan Liverpool atau Bayern Muenchen yang berkali-kali mengundangnya, Odegaard memilih Real Madrid sebagai tujuan. Langkahnya dinilai salah mengingat usianya baru menginjak 16 tahun.

Odegaard memilih Madrid dengan banyak pertimbangan. Madrid berani memberikan jaminan kerja bagi ayahnya, Hans Erik Odegaard. Menurut FourFourTwo, ayahnya bahkan mendapatkan gaji lebih besar dari Zinedine Zidane yang saat itu menjadi pelatih tim U23.

Odegaard juga dikenal sebagai sosok dermawan saat ketahuan menyumbangkan sebagian gajinya. Salah satu sumbangannya disalurkan ke klub pertamanya, Drammen Strong, yang ketika itu tidak memiliki lapangan sepak bola yang layak.

Sikap Odegaard di luar lapangan ternyata tidak berbanding lurus dengan apa yang terlihat di atas lapangan. Masa-masa awalnya bersama Madrid bahkan akan dikira berakhir tanpa kejelasan.

Dua musim pertamanya bersama Madrid berakhir dengan sekali penampilan resmi. Kesempatan tersebut terjadi pada pekan terakhir La Liga 2014/15, saat ia menggantikan Cristiano Ronaldo pada menit ke-58.

Minimnya kesempatan bermain untuk Odegaard membuat banyak kerabatnya bersuara, termasuk mantan pelatihnya, Harald Johannessen. Bisa ditebak, Johannessen merasa Odegaard layak diberi sedikit kesempatan.

Meski demikian, Johannessen tak 100% memihak Odegaard. Ia merasa bahwa beban yang dimiliki oleh pelatih tim besar untuk terus meraih kemenangan secara tidak langsung memperkecil harapan anak muda untuk berlaga.

Dari obrolan dengan Johannessen, Odegaard mengambil inisiatif untuk minta dipinjamkan. Setelah gagal negosiasi dengan banyak klub pada bursa transfer musim panas 2016/17, ia akhirnya berlabuh ke Heerenveen.

Karier Odegaard di Heerenveen tak berjalan mengesankan. Cedera metatarsal mengganggu proses adaptasinya di sana. Saat sembuh, ia justru bersitegang dengan pelatih Jurgen Streppel, yang menurutnya hanya memberikan kesempatan karena tidak mau membayar denda dari Madrid.

Karena telanjur nyaman dengan suasana di Belanda, Odegaard kemudian meminta izin Madrid untuk bergabung Vitesse pada musim panas 2018/19. Tanpa pikir panjang, Madrid menyetujui keputusan tersebut dan berangkatlah Odegaard ke Vitesse.

Di bawah arahan pelatih Leonid Slutsky, Odegaard akhirnya mampu menunjukkan kualitasnya. Slutsky tak hanya memberikan kesempatan rutin untuknya, tetapi juga menjadikannya sebagai motor serangan utama serta pengambil bola mati nomor satu di tim.

2018/19 lantas menjadi musim terbaik bagi Odegaard sejak berkarier sebagai pemain profesional. Ia membukukan 11 gol dan 12 assist serta membawa Vitesse finis di urutan kelima di Eredivisie.

Semua mengira penampilan apik di Vitesse akan membuka kesempatan bagi Odegaard untuk bermain di tim utama Madrid. Namun, perkiraan tersebut keliru, Madrid memutuskan untuk kembali meminjamkan Odegaard. Kali ini ke sesama tim La Liga, Real Sociedad.

Penampilan Odegaard di Sociedad juga cukup konsisten. Selain menjadi kreator serangan utama--ia membukukan 6 asis di akhir musim--ia diberi peran yang besar saat tim lawan mencoba menembus pertahanan Sociedad.

Pada musim 2020/21, Madrid memutuskan untuk membawa nama Odegaard ke tim utama. Penantian panjangnya untuk bermain di tim utama Madrid akhirnya selesai.

***

Setengah musim sejak diputuskan untuk bermain di tim utama, nama Odegaard nyaris tidak terdengar. Bahkan dari enam pemain tengah yang menghuni tim, Odegaard-lah yang memiliki menit bermain paling sedikit, yakni 367 menit.

Cedera menjadi satu alasan kecil yang membuatnya gagal bersaing di Madrid. Pada musim ini saja, ia telah meninggalkan lapangan selama satu bulan lebih atau lebih dari 10 pertandingan karena harus berada di meja operasi.

Zidane tak bisa menunggu Odegaard terlalu lama. Ia awalnya siap memberikan kesempatan, tetapi kesempatan tersebut gagal terlaksana karena pada akhirnya Odegaard kembali tak bisa bermain karena mengalami cedera.

Dari masalah tersebut, pergi ke tim lain dengan status pinjaman menjadi pilihan yang diambil oleh Odegaard. Per 27 Januari 2021, ia resmi bergabung Arsenal. Sebelumnya, Arsenal memutus kontrak Mesut Oezil, yang sedianya berakhir pada akhir musim ini.

Saat memperkuat Vitesse, Odegaard sering dimainkan di sisi kanan oleh Slutsky. Saat pindah ke Sociedad, ia kerap berpindah-pindah, entah di tengah atau di kanan. Jika melihat secara keseluruhan, Odegaard tampak nyaman saat bermain di kedua posisi tersebut.

Oleh Slutsky, Odegaard dimainkan sebagai seorang inverted winger. Alasannya, kaki utama Odegaard adalah kaki kiri dan ia memiliki lebih banyak opsi jika bergerak lewat sisi kanan. Untuk menambah jumlah umpan silang dari kanan, Slutsky biasanya menyuruh bek kanan Vyacheslav Karavaev untuk naik setinggi mungkin.

Melepaskan umpan kunci menjadi atribut paling menonjol Odegaard. Per 90 menit, ia membukukan 2,8 umpan kunci. Selama di Vitesse, mayoritas umpan kuncinya bahkan terjadi via bola mati, entah sepak pojok atau tendangan bebas.

Bersama Sociedad musim lalu, ia bahkan membukukan 2 umpan terobosan per pertandingan. Hanya Lionel Messi yang memiliki rerata umpan terobosan di atas catatan Odegaard.

Odegaard memiliki beberapa kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan Arsenal saat ini. Misalnya terkait dengan jumlah peluang Arsenal yang minim. Menurut World Football Index, Arsenal hanya memiliki 11,7 percobaan per pertandingan dengan 0,11 xG/percobaan.

Melihat ke belakang, jumlah tersebut tentu disebabkan oleh umpan kunci yang minim. Hingga saat ini, penyuplai peluang terbesar Arsenal adalah Emile Smith Rowe, yang hanya memiliki 1,7 umpan kunci per 90 menit.

Odegaard juga memiliki statistik yang apik saat membicarakan aspek defensif. Per musim lalu, ia mencatat 10,3 duel per pertandingan, 1 tekel per pertandingan, dan memenangi 2,3 perebutan bola per pertandingan.

Melihat catatan-catatan di atas, rasanya Odegaard akan menutupi beberapa lubang dari permainan Arsenal. Bahkan, jika ia bisa menunjukkan teknik yang sama seperti saat bersama Vitesse atau Sociedad, bukan tidak mungkin Arsenal bisa jauh lebih baik lagi.