Panjang Umur, Casemiro

Foto: Twitter @Casemiro

Jika pencetak gol adalah Mesias, Casemiro adalah sang pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatanganNya.

Casemiro adalah kekuatan dan perisai Manchester United; kepadanya hati mereka percaya.

Hanya karena memulai perjalanannya bersama United dengan lambat, bukan berarti Casemiro tak lagi hebat. Ketika ulah Scott McTominay berujung pada hadiah penalti untuk Chelsea, Casemiro mengeluarkan Setan Merah dari lubang jarum kekalahan lewat gol pada perpanjangan waktu. 

Tensi laga meninggi beberapa detik setelah Jorginho membobol gawang yang dikawal David de Gea. Casemiro tampil layaknya monster dengan gempuran serangan yang memukul mundur pasukan Graham Potter. Kemenangan di depan mata sirna, para penggawa Chelsea tak percaya sundulan Casemiro berhasil meruntuhkan penjagaan Kepa Arrizabalaga.

Casemiro mengawali cerita bersama United dengan ganjil. Pada mulanya, United berkeras mendatangkan Frenkie de Jong dari Barcelona. Segala cara ditempuh, tetapi kandas. Justru perengkuh lima gelar juara Liga Champions itu yang menginjakkan kaki ke Old Trafford.

Dalam wawancara kedatangannya, Casemiro bertutur bahwa ia ingin menjuarai Premier League. Jagat sepak bola terbahak dan bertanya: Kalau mau jadi juara, mengapa datang ke Manchester United?

Pertanyaan itu bukan olok-olok kosong belaka. Lupakan dulu penampilan buruk beberapa musim lalu. United bahkan menjalani awal 2022/23 dengan menggelikan. Dua bukti sahihnya adalah kekalahan 3-6 dari Manchester City dan kelakuan ala bocah Cristiano Ronaldo.

Di tempat inilah Casemiro kini berlaga tanpa punya waktu meminta iba. Pintu keluar terus ditutup sampai hari kepergiannya tiba. Satu-satunya cara mempertahankan kehormatan adalah menjaga magi yang tersimpan di dalam kaki.

Entah sebagai starter atau pemain pengganti, Casemiro tampil seperti tidak ada hari esok ketika bos besar memerintahkan turun lapangan. Performanya yang meledak-ledak adalah hardikan kepada penggawa United yang angot-angotan. Lewat gol penyama kedudukan di penghujung laga melawan Chelsea, Casemiro berkata, "Begini seharusnya jadi pesepak bola."

Keberadaan Casemiro di skuad United memberikan beberapa keuntungan. Pertama, sebagai gelandang bertahan, ia membuat United dapat mengubah skema 4-2-3-1 menjadi 4-1-4-1. Ia turut membebaskan Bruno Fernandes bertanding sebagai pemain nomor 10 yang merupakan posisi terbaiknya. Mantan pemain Sporting CP ini bisa leluasa membagi operan atau merangsek ke dalam ruang yang tercipta oleh pergerakan para penggawa ofensif.

Kedua, membangun permainan bersama Casemiro menghindarkan Christian Eriksen atau Fred dari risiko tanggung jawab berlebih. Kelegaan ini penting karena Eriksen adalah gelandang serang di jantung permainan tanpa spesialisasi bertahan. Ini dibuktikan dengan rata-rata gabungan intersep dan tekelnya yang rendah--0,94--atau kurang dari separuh milik Bruno. 

Di sisi lain, Fred dapat diandalkan saat bertahan dalam kapasitasnya sebagai ball-winning midfielder. Masalahnya, ia cukup kewalahan ketika mengawal area yang lebih luas, seperti baris pertahanan, sehingga malah meninggalkan ruang di belakangnya.

Ketiga, kehadiran Casemiro memudahkan United merotasi Fred, Bruno, dan Eriksen. Dengan kata lain, Erik Ten Hag akhirnya bisa legawa untuk mengistirahatkan Eriksen dalam satu pertandingan atau lebih dan tidak melimpahkan seluruh beban kepada Bruno.


Kegigihan Casemiro mengeluarkan tim dari situasi sulit adalah muara kreativitas bertahan hidup dalam kesemrawutan. Masa kecil kumuh dan suram memaksanya memutar otak dan memeras keringat demi mendapatkan kenyamanan sesederhana waktu tidur yang cukup sebelum pertandingan.

"Waktu masih jadi pemain akademi, saya sering meminta izin kepada seorang teman untuk menginap di rumahnya sehari jelang pertandingan. Saya harus tidur cukup supaya bisa tampil fit. Masalahnya, saya tidak bisa tidur nyenyak di rumah," kenang Casemiro dalam sebuah wawancara.

Masa lalu Casemiro tidak jauh dari stereotipe tentang Brasil. Kemiskinan memaksa mereka untuk menginvasi setiap jengkal tanah menjadi permukiman. Tak peduli rawan banjir atau kerap jadi sarang penyamun, tempat itu akan dijadikan sebagai rumah selama bisa ditinggali.

Namun, anak-anak Brasil adalah sekumpulan bocah yang enggan menunduk. Jika takdir mengutuk, mereka akan melawan dengan keriangan yang lahir dari tawa saat menggiring bola di atas tanah yang tidak rata. Kalau surga berpaling, mereka akan membuat Tuhan tersenyum dengan gocekan-gocekan lincah di sepanjang permainan.

Kondisi serba-sulit itu pada akhirnya menguduskan Brasil sebagai tanah terjanji, tempat kelahiran seniman-seniman lapangan hijau bertaji, termasuk Casemiro yang  permainan bertahannya membuat lawan seperti terkurung jeruji.

Ketika kedewasaan datang dengan wajah yang ramah, Casemiro tetap bermain tanpa ampun. Pemain mana pun yang berhasil melewatinya layak untuk bersorak-sorai karena bisa jadi, itu adalah kesempatan sekali seumur hidup.

Kualitas Casemiro berakar pada kemampuan membaca permainan. FBref 2022/23 mencatat, recovery atau kemampuannya memenangi kembali bola yang direbut lawan per 90 menit laga Premier League adalah 8,14, terbaik ketiga di antara seluruh pemain United.

Kebanyakan pelatih di era sepak bola modern lebih membutuhkan gelandang bertahan yang mampu menginisiasi serangan daripada yang sekadar jago aksi defensif. Holding midfielder adalah sebutannya. Casemiro bisa digolongkan dalam daftar ini. Para holding midfielder mesti bisa bertahan, menyerang, serta menggiring dan mengoper bola dengan sama baiknya.

Menempatkan Casemiro tepat di belakang lima penghuni lini serang menguntungkan United karena ia bisa menggagas serangan dengan melepas umpan pertama sesaat setelah merebut bola. Bersyukurlah kawan-kawannya karena daya jelajah Casemiro cukup tinggi meski usianya tak lagi muda.

Keterlibatan Casemiro dalam serangan tidak sebatas assist untuk gol Ronaldo ketika melawan Everton dan keberhasilannya menyamakan kedudukan pada duel versus Chelsea. Ia juga bisa diperhitungkan untuk memastikan timnya tidak kekurangan garis umpan. Saat United memulai serangan dari sepertiga area pertahanan mereka di pertandingan melawan Tottenham Hotspur, Harry Kane menghalangi pergerakan Lisandro Martinez, sedangkan Son Heung-min menutup garis umpan kepada Raphael Varane. 

Dalam situasi itu, Casemiro mesti bermanuver supaya dapat berduet dengan Varane. Pergerakannya berhasil menarik Yves Bissouma keluar dari posisinya sehingga United dapat mulai merencanakan serangan via Bruno dan Fred.

Karena lini tengah Tottenham tidak seimbang, salah satu bek tengah mereka harus maju untuk menekan Fred. Apes bagi Tottenham, pergerakan ini justru menciptakan ruang bagi Marcus Rashford sehingga menciptakan keunggulan jumlah di sektor tengah United. 

Ketika aliran bola sampai ke lini tengah, Casemiro bergabung. Ini penting untuk memastikan progresi serangan tidak terputus karena Fred harus melakukan pergerakan tanpa bola demi menarik gelandang lawan. Tujuannya tentu menciptakan garis umpan bagi Bruno. Dari situ, giliran si pemain Portugal yang harus menarik lawan supaya dapat membebaskan Fred sehingga bola dapat dikirim kepada penyerang.

Gol adalah harta karun yang diburu para penyerang walau harus menenggak murka di dalam cawan. Kesanggupan membobol gawang seteru akan menahbiskan pencetak gol sebagai pahlawan.

Namun, sepak bola Casemiro tidak berbicara tentang kegilaan untuk membuat penjaga gawang tersungkur. Ia datang ke atas lapangan sambil menenteng tugas membidani kelahiran gol lewat aksi bertahan. Jika pencetak gol adalah Mesias, Casemiro adalah sang pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatanganNya.

"Hal pertama yang ingin saya ketahui setelah pertandingan adalah jumlah recovery dan intersep yang saya buat."

Rata-rata intersep per laga Premier League Casemiro tidak mengecewakan. Dengan torehan 1,69 ia ada di peringkat kedua skuad United. Casemiro juga menjadi penggawa Setan Merah paling destruktif berkat 4,24 tekel dalam 90 menit.

Angka-angka tersebut membuktikan Casemiro sebagai seorang gelandang bertahan yang antusias merusak permainan lawan yang memegang bola. Ia bahkan sering menjelajah jauh ke setengah lapangan lawan demi merebut bola dengan cepat.

Agresivitas Casemiro di sektor pertahanan turut berdampak positif pada kualitas serangan tim. Rutin memainkannya di Premier League sejak melawan Everton, United mengalami peningkatan rata-rata shot-creating actions (ScA) dari 21 menjadi 30,8 per laga. 

Data itu menegaskan omongan Ten Hag yang menyebut Casemiro kerap memberi tim ketenangan. Aksi defensif mantan gelandang Real Madrid ini membuat rekan-rekannya leluasa membangun serangan tanpa dibebani banyak tugas bertahan. Akibatnya, United lebih kreatif dan lugas saat menyerang.

Casemiro acap bermain bersama Toni Kroos dan Luka Modric saat masih berseragam Madrid. Kemampuan playmaking Casemiro berada di bawah keduanya. Namun, kondisi ini bukan perkara memalukan. Toh, ia membuat rata-rata 4,32 umpan progresif di La Liga 2021/22 alias terbaik ketiga di Madrid, di bawah Kroos dan Modric.

Performa itu tidak memudar walau ia sudah angkat kaki dari Santiago Bernabeu. Casemiro mengamankan tempat keempat di United dengan melepas 4,41 umpan progresif dalam setiap pertandingannya di kasta tertinggi sepak bola Inggris.

Umpan progresif berbicara tentang operan-operan ke depan agar penguasaan bola yang dimiliki berorientasi pada mencetak gol, bukan cuma memainkan bola di belakang. Torehan tadi menunjukkan Casemiro sebagai gelandang komplet. Selain stamina, visi, dan naluri menghancurkan lawan yang mumpuni, ia memiliki kemampuan distribusi bola yang baik walau jauh dari kesan sophisticated.

Keterlibatan Casemiro dalam permainan dimulai dari tekanan untuk mempersempit ruang gerak kreator serangan lawan. Kemenangan atas Everton, Tottenham, dan West Ham United mempertontonkan manuver itu dengan jelas. Kecerdikan mencuri bola yang dibarengi kecepatan untuk langsung memulai serangan adalah kombinasi yang memaksa setiap pemain merumuskan ulang arti menjadi masyhur.

Mentalitas adalah fondasi utama yang membuat karier Casemiro lekat dengan prestasi. Ten Hag tahu persis United tidak hanya membutuhkan kreator serangan dan pencetak gol ulung, tetapi juga pengemban tugas-tugas tidak populer. Jika di Madrid Casemiro menjadi penopang kemewahan Modric dan Kroos, di United ia menjadi tumpuan kebebasan Eriksen dan Bruno.

Tugas itu barangkali tidak bakal membuatnya selalu diburu jurnalis begitu pertandingan usai. Permainannya mungkin tidak akan menjadi objek analisis yang sangat digemari. Casemiro bisa saja akan selalu berada di balik bayang-bayang para playmaker karena pekerjaan utamanya adalah mendekatkan tim pada kemenangan dengan merusak lawan yang mengusik. 

Tanggung jawab demikian tidak menjamin ia selalu berdiri di bawah lampu sorot. Namun, kegigihan memikul tanggung jawab itu membuat sepak bolanya berumur panjang dan menghidupkan kembali tulang-tulang Manchester United yang telanjur kering.