Pasang Surut Josip Ilicic

Foto: @Atalanta_bc.

Sepanjang karier, Ilicic sudah menemui pasang surut. Degradasi, depresi, hingga keinginan pensiun dini pernah ia hadapi. Namun, Ilicic selalu bisa bangkit.

Sama seperti banyak pesepak bola dari wilayah Balkan, masa kecil Josip Ilicic juga diselimuti perang.

Ilicic lahir di Prijedor, wilayah yang saat ini jadi bagian dari Bosnia Herzegovina. Namun, pada usia satu tahun, dia harus meninggalkan tanah kelahirannya. Tensi di Prijedor memanas, bentrok di mana-mana. Buruknya lagi, sang ayah wafat. Sang ibu kemudian membawa Ilicic mengungsi ke Kranj, salah satu wilayah Slovenia yang cukup aman dari konflik.

Ilicic kemudian tumbuh di Kranj. Masa kecilnya dihabiskan untuk bermain sepak bola jalanan dan ketika sedang tak punya teman bermain, ia bermain bersama tembok di basement tempat tinggalnya. Sesekali dia menonton televisi, melihat bintang-bintang Serie A seperti Andriy Shevchenko, Alessandro Del Piero, atau Francesco Totti bertanding.

Ilicic hidup dalam kondisi yang cukup sulit dan dia tak punya banyak cita-cita. Yang dia tahu, dia ingin jadi pesepak bola hebat, seperti pemain-pemain Serie A yang acap dia tonton di televisi. Oleh karena itu, Ilicic sudah mulai bergabung ke akademi klub di wilayah tempat tinggalnya, yakni Triglav Kranj dan Britof.

Pada usia 19 tahun, Ilicic keluar dari zona nyaman, dia angkat kaki dari Kranj untuk bergabung dengan Bonifika, klub yang saat itu berlaga di divisi dua Slovenia. Cukup satu musim saja di sana dan Ilicic sudah berhasil menarik perhatian klub divisi teratas, Interblock Ljubljana.

Foto: Nogomet.net

Pada musim pertamanya, Ilicic berhasil membawa Interblok menjadi kampiun Slovenian Cup (semacam Piala FA-nya Slovenia). Itu membuatnya mampu mencicipi atmosfer kompetisi antarklub Eropa di musim keduanya, sebab Interblok lolos ke kualifikasi Liga Europa. Namun, tiba-tiba prestasi Interblock jeblok. Pada musim kedua Ilicic, mereka terdegradasi.

Ilicic harus menemui keputusasaan lagi. Pada titik ini, dia memiliki niat untuk berhenti jadi pesepak bola. Pria dengan tinggi 1,9 meter itu berniat alih profesi jadi pemain futsal. Ilicic tumbuh dengan banyak main sepak bola jalanan dan futsal bukanlah hal asing untuknya.

Namun, sebuah panggilan mengubah jalan hidupnya. Ilicic mendapat telepon dari Zlatko Zahovic, legenda hidup sepak bola Slovenia. Telepon itu singkat saja: Ilicic diajak Zahovic untuk bergabung ke Maribor, raksasa Slovenia. Kebetulan Zahovic saat itu sedang berstatus sebagai Direktur Olahraga Maribor.

Tanpa pikir panjang, Ilicic mengiyakan tawaran Zahovic. Dia resmi jadi pemain Maribor. Namun Anda tau apa kejutannya? Ilicic hanya bertahan tiga bulan di sana. Laga kualifikasi Liga Europa melawan Palermo jadi titik baliknya.

Di laga itu, Maribor memang kalah 2-3 secara agregat. Akan tetapi, di leg kedua, Ilicic tampil heroik. Dia mencetak gol dan membawa Maribor menang 2-0. Hanya kekalahan 0-3 di leg pertama yang membuat mereka tak lolos. Dua leg itu kemudian cukup untuk meyakinkan Palermo, lawan Maribor, merekrut Ilicic.

Hidup Ilicic berubah cepat. Di bulan Mei, dia baru saja degradasi bersama Interblock dan kemudian berniat pensiun dari sepak bola. Namun, tiga bulan atau 11 pertandingan kemudian, dia sudah jadi pemain Palermo dan berlaga di kompetisi yang selama ini ditontonnya di televisi: Serie A.

***

Musim ini adalah musim ke-11 Ilicic di Serie A. Sejak dari Palermo, ia sudah pindah ke Fiorentina dan kini di Atalanta. Selama itu, Ilicic mengalami pasang-surut.

Di Palermo, musim pertama dan terakhirnya bisa dikatakan bagus. Ilicic selalu berkontribusi dalam dua digit gol klub. Ketika pindah ke Fiorentina, musim terbaiknya ada pada 2015/16 ketika dia mampu mencetak 13 gol dan lima assist di Serie A. Saat itu, catatan tersebut adalah pencapaian terbaiknya selama berkarier di Negeri Piza.

Foto: Fiorentina

Namun, ketika pindah ke Atalanta, Ilicic mampu tampil baik pada tiap musimnya. Pada musim pertama atau musim 2018/19, dia mampu mencetak 12 gol dan tujuh assist. Catatan itu membuatnya masuk dalam susunan Tim Terbaik Serie A di akhir musim. Tak cuma itu, Atalanta juga dibawanya lolos ke Liga Champions.

Pada musim lalu, Ilicic masih konsisten main bagus. Dia mampu mencetak 15 gol dan lima assist dari 26 penampilan. Di Liga Champions, dia bisa mencetak lima gol. Ilicic sebenarnya bisa menambah pundi-pundi, tapi di tengah musim dia rehat dari sepak bola. Atalanta mengabarkan kalau alasannya rehat karena urusan pribadi.

Kabar kemudian menyebar, menyebut bahwa Ilicic menderita depresi. Untuk alasannya, ada beberapa versi. Ada rumor yang menyebut bahwa Ilicic depresi setelah mengetahui istrinya selingkuh. Rumor ini terasa palsu karena sampai sekarang Ilicic masih menyebarkan potret bahagia ia bersama sang istri serta anak-anaknya.

Rumor kedua berkaitan dengan pandemi. Kabarnya Ilicic frustrasi karena Bergamo, basisnya Atalanta, jadi salah satu wilayah dengan kasus COVID-19 paling parah di Italia. Ilicic pada akhirnya menepi duru dari sepak bola hingga pandemi mereda.

Pada musim ini, dia sudah kembali. Ilicic kembali jadi andalan Gian Piero Gasperini di lini depan Atalanta. Torehannya memang belum belasan gol seperti musim-musim sebelumnya. Ilicic baru mencetak enam gol musim ini. Namun, dia sudah mencatat delapan assist.

Menurunnya jumlah gol dan meningkatnnya angka assist ini ditengarai tercipta akibat kepergian Papu Gomez. Pria Argentina itu adalah tandem sejati Ilicic di lini depan Atalanta. Keduanya bisa saling melengkapi: Gomez sebagai pelayan, Ilicic sebagai penyelesai.

Kini, ketika Gomez harus pergi ke Sevilla, Ilicic kudu mengemban peran sebagai pelayan juga. Tak heran kalau musim ini expected assist (xA) Ilicic jadi yang paling tinggi dibanding dua musim sebelumnya. Dia mencatatkan 7,2 xA, berbanding 6,9 di musim lalu dan 6.3 di musim 2018/19.

Sementara itu, angka expected goal (xG)-nya justru menurun. Musim ini xG Ilicic ada di angka 5,4, berbanding 9,2 pada musim lalu dan 9,9 pada musim 2018/19. Ketiadaan Gomez terasa sekali untuk jumlah gol Ilicic. Akan tetapi, mau bagaimanapun, Ilicic kudu beradaptasi tanpa tandemnya itu.

Melihat capaiannya sejauh ini, adaptasinya bisa dibilang berjalan tak buruk. Ilicic masih cukup konsisten. Bahkan di dua laga terakhir dia mampu mencetak satu gol dan satu assist meski bermain dari bangku cadangan. Satu assist-nya bahkan membawa Atalanta mengalahkan Juventus 1-0, sekaligus menjaga asa mereka untuk bisa kembali berlaga di Liga Champions musim depan.

Pada sisa musim ini, Ilicic diharapkan mampu menambah catatannya untuk mendongkrak performa Atalanta guna menjaga posisi di zona Liga Champions. Gasperini sebagai pelatih tau bahwa sang pemain akan bisa diandalkan dan terus berjuang meski diturunkan dari bangku cadangan sekalipun.

***

Sepanjang karier, Ilicic sudah menemui pasang surut. Di Slovenia dia pernah meninggalkan zona nyaman demi mengejar karier, pernah terdegradasi, hingga pernah ingin berhenti dari sepak bola.

Di Palermo, Ilicic pernah dinilai gagal memenuhi ekspektasi. Di Fiorentina, dia pernah dinilai sebagai pemain yang tak mampu menjalankan instruksi pelatih dan tak konsisten. Di Atalanta, dia pernah rehat dari sepak bola karena dikabarkan menderita depresi.

Namun, Ilicic mampu bangkit dari setiap surut kariernya. Di Atalanta, bersama Gasperini, Ilicic membuktikan bahwa ia klinis dan bisa mencetak banyak gol. Musim ini, ketika diberi peran playmaker, dia juga berhasil menjadi pelayan yang baik buat rekan-rekannya.

Atalanta tak cuma punya peluang untuk finis di zona Liga Champions musim ini, mereka juga punya peluang finis di posisi dua. Jika Atalanta berhasil, jangan lupakan bahwa ada peran besar Ilicic di dalamnya.