Pemain Muda dan Berbahaya di Premier League

Pemain anyar Leicester City Baoubakary Soumare. Foto: @bsoumare24.

Premier League mulai membuka pintu selebar-lebarnya untuk pesepakbola muda unjuk gigi. Begitu juga kepercayaan klub Premier League kepada pemain muda. Tuntutan besar akan selalu mengiringi aksi mereka di lapangan.

Premier League mulai membuka pintu selebar-lebarnya untuk pesepakbola muda unjuk gigi. Mereka dapat mengembangkan bakat, menggali potensi, meraih trofi, sekaligus label bintang di tanah Inggris.

Gelagat belakangan menunjukkan bahwa sejumlah klub Premier League mulai berburu pemain muda potensial jelang musim 2021/2022. Tottenham Hotspur, misalnya, mendatangkan pria berusia 20 tahun, Bryan Gil, dari Sevilla dengan tebusan 25 juta euro plus Erik Lamela. Kisaran harga transfer Lamela sendiri 23 juta euro. Maka, perkiraan duit yang Spurs keluarkan untuk Gil mencapai 48 juta euro.

Ada juga Leicester City yang merekrut Patson Daka pada jendela transfer musim panas ini dari Red Bull Salzburg. Musim lalu, performa pria berusia 22 tahun itu cukup mengesankan. Ia merangkum 34 gol dari 42 penampilan di lintas ajang. Titel top skorer dan pemain terbaik Liga Austria pun ia dapatkan.

Kepercayaan klub Premier League kepada pemain muda belakangan juga terbilang tinggi. Ambil contoh Arsenal. The Gunners mengabulkan permintaan Emile Smith Rowe untuk mengenakan nomor 10 yang seringkali hidup bersama pemain-pemain kreatif. Dennis Bergkamp dan Mesut Oezil pernah menjadi pemilik nomor tersebut.

"Smith Rowe yang meminta jersi bernomor punggung 10. Itu memperlihatkan ambisi dan keinginannya. Dia bertanya kepada saya dan meminta klub bahwa ia ingin nomor punggung tersebut," ucap Pelatih Arsenal, Mikel Arteta.

Gil, Daka, dan Smith Rowe tentu diharapkan bertaji dan berkontribusi mengejar target-target klub. Selain ketiganya, ada pemain muda lainnya di Premier League yang siap memperlihatkan kapasitas dan kapabilitasnya sepanjang musim 2021/2022. Oh, ya, pemain muda yang kami maksud di sini adalah pemain-pemain yang belum berusia 23 tahun.

Duo Portugal di Wolves

Wolverhampton Wanderers memecahkan rekor transfer klub untuk mendatangkan Fabio Silva dari FC Porto dengan harga 35 poundsterling pada musim lalu. Banyak orang menggelengkan kepala, heran bukan main, atas keputusan tersebut. Saat transfer terjadi, Silva masih berusia 18 tahun.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi Wolves rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk striker muda. Salah satunya adalah bakat. Wolves sudah jauh-jauh hari mengamati kemampuan Silva, baik saat membela FC Porto maupun Portugal U-17.

Insting mencetak gol, kecepatan, dan ketenangan, Silva membuat Wolves berambisi merekrutnya. Wolves pun menaruh harapan besar kepada Silva. Namun, musim lalu, kontribusi Silva tergolong minim. Ia cuma merangkum 4 gol dan 3 asis. Bukan catatan yang baik untuk pemain dengan label termahal klub.

Adaptasi menjadi salah satu faktor yang membuat Silva sulit berkembang. Namun, musim ini tentu akan berbeda bagi Silva. Penyebabnya adalah kehadiran Bruno Lage. Pelatih asal Portugal itu dinilai dapat mengembangkan dan memberi pelatihan yang cocok untuk Silva. Apalagi, Lage sudah mengetahui bakat Silva saat melatih Benfica.

Selain Lage, Silva akan ditopang Francisco Trincao. Pemain Barcelona itu didatangkan dengan status pinjaman. 

Trincao sendiri merupakan pemain sayap yang memiliki kecepatan. Kemampuan dribel pemain berusia 21 tahun itu sangat mumpuni. Ia mampu menggiring bola dengan cepat. Saat ada pemain yang mengadang, ia menurunkan kecepatan dengan drastis dan mencukil bola dengan kaki luar ke sisi kanan atau kiri untuk mengelabui.

Trincao tidak jarang melakukan cut inside ke dalam kotak 16 dan mengakhiri serangan dengan tembakan ke tiang jauh maupun menyodorkan backpass. Mengacu Fbref, ia merangkum 22 dribel sukses dan 1,53 tendangan per 90 menit selama La Liga musim 2020/2021.

Hanya saja, saat membela Barcelona, Trincao kesulitan untuk bersaing dengan pemain seniornya. Di pos penyerang sebelah kanan, tempat biasa ia bermain, ada Lionel Messi. 

Oleh karena itu, saat Wolves mengajukan penawaran, Trincao punya kesempatan besar untuk mendapatkan jam terbang dan mengembangkan diri. Sehingga saat kembali ke Barcelona, ia bisa menjadi pemain inti.

Pembuktikan Gilmour

Billy Gilmour punya pandangan serupa dengan Trincao. Gagal menembus skuat utama Chelsea, ia ingin berbicara lebih banyak dengan Norwich City sebagai pemain pinjaman.

Nama Gilmour ramai dibicarakan banyak orang saat didaulat sebagai man of the match laga Skotlandia vs Inggris pada fase grup Piala Eropa 2020. Dalam laga itu, ia itu tampil menawan. Tanpa lelah, pria berusia 20 tahun itu menjelajahi area tengah lapangan untuk mengadang serangan Inggris maupun membuka ruang operan.

Sebelum tampil memikat di Piala Eropa, Gilmour sulit sekali menembus skuat utama Chelsea. Ia memang sempat menjadi pemain terbaik Chelse vs Liverpool di Piala FA 2019/2020, tetapi ia tetap  bayang-bayang N'Golo Kante dan Jorginho.


Untuk mendapatkan jatah bermain yang lebih banyak, Gilmour harus unjuk gigi dan membuktikan diri bahwa ia adalah gelandang bertahan yang jago. Gelandang yang tidak hanya pandai menjaga zona, merebut bola, dan merangkum intersep, tetapi juga harus dapat melakukan progresi serangan melalui operan panjang.

Keinginan Gilmour untuk membuktikkan diri tidak pernah main-main. Sebelum memutuskan berlabuh di Norwich City, ia menanyakan banyak hal soal skema bermain The Canaries kepada sang pelatih, Daniel Farke.

Setelah banyak berbincang, Gilmour merasa cocok dengan skema yang dijabarkan Farke. Berbekal kecocokan itu, ia yakin bisa berbicara banyak di Premier League dan kembali ke Chelsea dengan membusungkan dada.

Menanti Taji Soumare

Pemain muda terakhir yang kemungkinan besar mendapat lampu sorot di Premier League adalah Baoubakary Soumare.

Soumare menjadi pemain yang banyak diminati klub-klub besar macam Manchester United, Tottenham Hotspur, dan Napoli setelah berhasil menjuarai Ligue 1 2020/2021 bersama Lille.

Namun, Leicester City lah yang berhasil merekrut Soumare dengan harga 17 poundsterling. Pria berusia 22 tahun itu diproyeksikan akan menjadi benteng lini tengah The Foxes bersama Wilfried Ndidi dan Youri Tielemans.

Berbicara gaya bermain, Soumare adalah gelandang yang mahir mengatasi tekanan tinggi dari lawan dengan dribel-dribel mumpuni. Kemampuan Soumare merebut bola dan menjaga zona pun terbilang oke. Musim lalu, ia merangkum 47 tekel sukses dan 40 intersep.

Pelatih Leicester City, Brendan Rodgers, sudah memberikan menit bermain kepada Soumare. Itu terjadi saat Leicester menghadapi Manchester City pada laga Community Shield, dan pekan pertama Premier League melawan Wolves.

Kesempatan tersebut menjadi titik start Soumare untuk menunjukkan tajinya.