Pembuktian Antoine Griezmann
Antoine Griezmann dan Barcelona amat sulit untuk disatukan. Meski begitu, Griezmann emoh tunduk pada takdir begitu saja.
Kisah Barcelona dan Antoine Griezmann ibarat Romeo dan Juliet. Butuh pengorbanan besar untuk menyatukan keduanya.
Mulai dari perpisahan Griezmann yang mesti divideokan, kabar pendekatan Barcelona yang bikin Atletico Madrid kesal, sampai keputusan Los Colchoneros untuk mengancam mendendanya kalau mangkir latihan. Cerita Griezmann dan Barcelona tak ubahnya sebuah drama.
Saking sewotnya, Atletico sampai melaporkan Barcelona ke pihak La Liga. Mereka menilai Blaugrana harusnya menyerahkan 200 juta euro kepada mereka, bukan 120 juta euro. Atletico mengklaim bahwa Barcelona sudah menjalin negosiasi dengan Griezmann sebelum nilai klausul rilisnya turun pada 1 Juli 2019.
Pada akhirnya, Barcelona dijatuhkan bersalah. Akan tetapi, mereka cuma diganjar denda 300 euro dan status transfer Griezmann tak berubah. Pemain kelahiran Macon itu tetap jadi pemain Barcelona.
Keruwetan Griezmann tak berhenti sampai di sana. Hubungannya dengan Lionel Messi dirumorkan jauh dari harmonis. Pasalnya, La Pulga memang mengharapkan Barcelona merekrut Neymar, bukannya Griezmann.
Isu itu kian meruncing usai Griezmann blakblakan mengatakan bahwa dia jarang mengobrol dengan Messi. Memang, akhirnya gosip keretakan mereka diredam oleh Gerard Pique. Griezmann juga berdalih kerenggangannya dengan Messi gara-gara mereka memang terlalu pendiam.
Namun, tetap saja sulit ditepis fakta bahwa Griezmann gagal bersinergi dengan Barcelona. Cuma 9 gol yang dibuatnya dari 35 pertandingan di La Liga 2019/20. Ini jelas angka yang buruk untuk pemain termahal ketiga sepanjang sejarah Barcelona.
Di Atletico, Griezmann mengumpulkan rata-rata 19 gol per musimnya. Jumlah lesakannya untuk Barcelona itu bahkan masih lebih rendah dari torehannya di Real Sociedad--Griezmann sukses menyumbangkan 10 dan 16 gol buat publik Anoeta pada dua musim terakhirnya.
Kontribusi Griezmann yang minim bikin Barcelona mulai getun. Sudah dibeli mahal dan ruwet pula, eh, malah minim gol. Manajemen klub sampai sempat berniat menukarnya dengan Lautaro Martinez.
Namun, perbedaan performa tersebut bisa dilihat dari cara bermain Barcelona dan Atletico. Yang satu mengandalkan possession, sementara yang lainnya memilih bermain direct dan tidak jarang memilih serangan balik.
Barcelona, pada akhirnya, mengurungkan niat buat mendatangkan striker baru. Mereka malah membuang Luis Suarez, salah satu tandem terbaik Messi selama di Camp Nou--kabarnya, karena gaji Suarez yang kelewat mahal. Posisi Griezmann aman, setidaknya hingga sekarang.
***
Griezmann sedang melakoni trial bersama tim junior Montpellier saat Antoine lloraba menemukannya. Ada sedikit pertaruhan di sana. lloraba melihat bahwa bocah itu punya pontensi menjadi pemain hebat. Di lain sisi, tubuhnya terlalu mungil dan itu bukan hal yang bagus untuk ukuran pesepak bola Eropa. Pertimbangan yang sama diamini oleh hampir semua pelatih klub Prancis saat itu.
"Tapi 'kan fisik bisa dilatih," pikir lloraba.
"Griezmann mempunyai bakat. Perkara nanti bisa menjadi profesional atau tidak itu belakangan. Toh, risiko selalu menjadi hal yang lumrah dalam pekerjaan seperti ini."
Mengubek-ubek bakat muda di seluruh penjuru Prancis adalah profesi lloraba. Dia telah bekerja untuk Toulouse, Bastia, dan Sochaux, sebelum bergabung dengan manajemen Sociedad. Ya, pada akhirnya kita bisa menilai bahwa pilihan lloraba tak salah.
Nyatanya Griezmann berhasil menepis keraguan yang mengarah kepadanya. Dia menjadi pemain besar di Sociedad, Atletico, bahkan sukses membawa Prancis juara Piala Dunia 2018.
Sekarang bukan fisik lagi yang jadi adangan Griezmann, melainkan Barcelona itu sendiri.
Menjadi salah satu personel Blaugrana jelas hal yang membanggakan. Tak terhitung berapa kali Griezmann mengutarakan kebahagiannya bisa bermain dengan Messi.
Namun, ada konsekuensi besar di baliknya. Ekspektasi mereka begitu tinggi, melebihi standar publik Sociedad dan Atletico. Mau bagaimana lagi Barcelona adalah salah satu klub terbesar di muka bumi.
Lebih-lebih lagi buat Griezmann yang didatatangkan dengan bujet yang tak murah. Makin rumit karena tipikal permainannya mirip-mirip dengan Messi. Keduanya mahir mengemban peran playmaker dan terbiasa jadi goal getter utama di tim.
Selain perbedaan gaya main antara Barcelona dan Atletico, persoalan role dalam permainan yang tak jauh berbeda dengan Messi itu juga cukup membuatnya kesulitan.
Makanya, Griezmann gagal moncer di musim perdananya. Pasalnya, tak mudah untuk bermain dengan Messi di Barcelona. Kalau tak percaya, tanya saja Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, dan Malcom yang keteteran mengikuti gaya main Blaugrana.
***
Titik balik Griezmann ada pada awal 2021. Akhirnya dia mampu menunjukkan kualitasnya sebagai pemain elite di depan publik Barcelona.
Tercatat sudah 5 gol dihasilkan Griezmann dari 9 pertandingan di awal 2021. Jauh lebih baik dari tahun lalu--saat dia membutuhkan 19 laga untuk mencetak jumlah gol yang sama.
Estadio Nuevo Los Carmenes jadi saksi teranyar Griezmann. Satu gol dan assist-nya pada menit 88 dan 92 menangguhkan keunggulan Granada, memaksa diadakannya babak tambahan.
Hebatnya lagi, Griezmann sukses bikin satu gol dan assist lagi setelahnya. Catatan tersebut memastikan kemenangan Barcelona menjadi 5-3. El Barca pun lolos ke babak semifinal Copa del Rey.
Bukan kali itu saja Griezmann jadi aktor kemenangan Barcelona. Sepakan kaki kirinya berhasil mengantar Miralem Pjanic cs. menang 2-1 atas Athletic Club pekan lalu.
Sekarang Griezmann sudah mengumpulkan 6 gol dan 4 assist dari 1.361 menit penampilan di La Liga. Artinya, dia membutuhkan 136 menit untuk terlibat dalam penciptaan gol. Jauh lebih efektif dibanding musim lalu, ketika ia mesti menempuh 197 menit buat bikin gol/assist.
Eskalasi performa Griezmann itu berkaitan dengan kehadiran Ronald Koeman di kursi pelatih. Berbeda dengan Quique Setien, arsitek Belanda itu mengizinkan Griezmann untuk lebih terlibat dalam serangan. Mulai dari pergerakan di kotak penalti sampai urusan melepas tembakan.
Ambil sampel duel versus Athletic. Koeman memasang Griezmann di pos winger kiri dalam wadah 4-2-3-1. Sementara Messi diplot sebagai false nine.
Betul bahwa Messi masih jadi motor serangan Barcelona. Selain aktif mendulang umpan di sepertiga area lawan, dia juga dilegalkan untuk melakukan penetrasi. Itu tampak dari jumlah dribelnya yang mencapai 13--unggul jauh dari Dembele di posisi kedua dengan 3 dribel.
Di lain sisi, Griezmann punya peranan yang tak kalah penting. Bersama Jordi Alba, dia menjadi komponen serangan Barcelona dari sisi kiri. Total 2 umpan kunci dibuat Griezmann.
Sementara jumlah sentuhan Griezmann di kotak penalti mencapai 6 atau unggul tipis atas Messi yang cuma menyentuh angka 5. Griezmann tercatat melepaskan 3 tembakan dari dalam kotak penalti. Angka itu juga melebihi Messi dengan sepasang shot di kotak 12 pas.
Makanya tidak mengherankan kalau kuantitas tembakan Griezmann mengalami peningkatan dibanding musim pertamanya di Barcelona. Berdasarkan data WhoScored, jumlah tembakan Griezmann di La Liga 2020/21 mencapai 2,3 di tiap pertandingan. Sementara di rezim Ernesto Valverde dan Setien musim lalu, rata-rata tembakannya cuma menyentuh 1,6.
Keputusan Koeman dalam mengoptimalkan Griezmann sangat masuk akal. Pasalnya, musim ini Barcelona tak lagi dibantu Luis Suarez di garda terdepan. Praktis, mereka membutuhkan alternatif goal getter selain Messi.
Toh, soal ketajaman, Griezmann lebih teruji ketimbang Martin Braithwaite, Ousmane Dembele, bahkan Philippe Coutinho sekalipun. Ingat, Griezmann masuk lima besar daftar topskorer Atletico sepanjang masa.
Sementara konversi peluang Griezmann di La Liga 2020/21 juga tak bisa dibilang buruk. Dia membuat 6 gol dari xG total 7,08.
Angka di atas masih lebih baik daripada Messi yang "cuma" menghasilkan 12 gol dari 13,87 xG. Sementara Braithwate lebih ketinggalan lagi. Dari xG total 5,33, eks pemain Middlesbrough itu hanya bisa memproduksi sepasang gol.
Performa ciamik itu bikin Koeman makin yakin dengan Griezmann. Menurutnya, mengembalikan permainan terbaik Griezmann akan menjadi kebanggaan tersendiri buatnya sebagai seorang pelatih.
Itu berbanding terbalik dengan argumennya soal Messi. Koeman terang-terangan menyatakan bahwa dia tak akan mengistimewakan Messi sebagaimana yang dilakukan para pelatih Barcelona sebelumnya.
Menyakitkan, memang. Namun, mungkin itu salah satu cara terbaik agar Barcelona tak terlalu menggantungkan nasibnya kepada Messi. Lebih-lebih kontraknya akan berakhir pada Juni mendatang.
Andai Messi nantinya beneran meninggalkan Camp Nou, seenggaknya Barcelona tidak kerepotan-kerepotan amat. Toh, mereka masih bisa bersandar kepada Griezmann.