Pembuktian Federico Dimarco

Foto: @FDimarco.

Berbahagialah kalian yang memiliki lebih dari satu kesempatan. Sebagaimana Dimarco yang kembali merajut asa bersama Inter Milan untuk ketiga kalinya.

Sudah enam tahun berlalu sejak Federico Dimarco memakai jersi Inter Milan untuk pertama kali. Tak ada banyak menit bermain. Tak ada pula gol yang ia ciptakan. Sekalinya itu terjadi, Dimarco melakukannya dengan luar biasa. Pertama kali tampil sebagai starter, Dimarco mencetak gol cantik ke gawang Sampdoria.

Tendangan bebasnya tak seperti pemain kebanyakan. Ia mengincar spot terdekat kiper alih-alih melompati pagar hidup. Bola sepakan kaki kirinya menghunjam sisi kanan gawang Emil Audero dengan kecepatan 106 km/jam. Tak kuasa kiper kelahiran Mataram itu menepisnya.

“Tembakan Dimarco luar biasa. Ia mengalahkanku dengan sempurna karena sebenarnya aku berada di posisi yang tepat. Jika aku berdiri lebih jauh, kupikir itu akan makin sulit lagi. Itu adalah gol yang hebat,” kata Audero kepada Tuttomercatoweb.


Dimarco senang bukan kepalang. Ia berlari ke tepi tribun untuk merayakan golnya. Ini lesakan yang ia rindukan sejak lama. “Saya sudah menunggu gol ini sejak saya bergabung dengan Inter saat masih kecil. Saya berumur lima atau enam tahun," ucap Dimarco.

Inter adalah tempat di mana Dimarco menempatkan hatinya. Semasa kecil ia kerap menonton Nerazzurri mentas. Pada satu waktu Dimarco sampai pernah duduk bersama Curva Nord di tribune penonton. 

Walau sebentar, mimpinya pernah terwujud pada 11 Desember 2014. Untuk pertama kalinya Dimarco mencicipi sensasi merumput dengan seragam biru-hitam di depan puluhan ribu penonton. Ia masuk menggantikan Danilo D’Ambrosio saat Inter meladeni Qarabag pada fase grup Liga Europa.

Sementara debutnya di Serie A baru terealisasi lima bulan setelahnya. Roberto Mancini saat itu juga hanya memberikan waktu tampil semenit buatnya. Di pertandingan pemungkas pula. Ada beberapa faktor mengapa Dimarco tidak mendapatkan banyak jam terbang di sana. 

Usianya waktu itu masih terlalu muda, 17 tahun. Inter juga bukannya mengingkari bakat Dimarco, masalahnya mereka masih punya Juan Jesus, Yuto Nagatomo, serta Davide Santon untuk pos full-back kiri.

Pelatih Inter Primavera, Stefano Vecchi, mengakui potensi Dimarco. Ia mewanti-wanti bahwa nantinya anak didiknya itu bisa menjadi salah satu aset penting Inter.

“Dia memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi bek kiri yang hebat dan kealamiannya dalam menendang bola berarti dia sempurna untuk peran ini, terutama dalam pertahanan lima bek. Kemampuannya untuk menyerang dan bertahan membuatnya menjadi senjata tambahan bagi tim," kata Vecchi seperti dilansir situs resmi UEFA.

Dibuang sayang, itulah mengapa Inter merentalkan Dimarco ke Ascoli pada Januari 2016. Kendati cuma mentas di Serie B, setidaknya ia bisa merasakan eskalasi menit bermain. Tak buruk, Dimarco berhasil mengumpulkan 4 assist dari 15 penampilan. 

Giliran Empoli yang meminjamnya di awal musim 2016/17. Situasinya tak sama karena Dimarco gagal menembus tim reguler. Hanya 13 kali ia tampil untuk klub asal Tuscany tersebut.

Amburadulnya career path Dimarco bukan semata salahnya. Ada kelabilan Inter di dalamnya. Mereka belum tahu mau bersikap bagaimana terhadap Dimarco. Selain itu karena Inter juga belum mendapatkan pelatih yang bisa memaksimalkan peran Dimarco.

Nyatanya Inter memulangkan Dimarco semusim setelah melegonya ke Sion. Selepas itu mereka malah kembali meminjamkannya ke Parma dan Hellas Verona. Siapa yang menyangka klub yang disebut terakhir membawanya pulang ke Giuseppe Meazza.

Di musim 2020/21 itu Dimarco mengalami periode terbaiknya. Turun sebagai wing-back dalam pakem 3-4-2-1 andalan Ivan Juric, ia berhasil mencetak 5 gol dan 3 assist di Serie A. Jumlah golnya hanya kalah dari Antonin Barak sebagai topskorer Verona.

Apa yang membuat Dimarco spesial adalah kemampuannya bermain di lintas posisi. Ia juga fasih bermain sebagai bek sentral selain wing-back dan full-back. WhoScored mencatat Dimarco pernah 14 kali mengisi pos bek tengah Verona musim lalu. Sementara sisanya sebagai wing-back kiri (bergantian dengan Darko Lazovic).

Soal pemanfaatan peluang jangan ditanya. Surplus xG Dimarco menjadi yang tertinggi di Verona dengan 2,45. Pun soal kreativitas. Rata-rata keypass-nya menyentuh 2,1 per laga. Tak ada yang lebih dari itu. Menjadi komplet karena catatan defensif Dimarco juga impresif. Ia mengemas 1,3 intersep per 90 menit. Angka itu masih lebih baik dari salah satu bek reguler Verona, Pawel Dawidowich.

***

Kondisi finansial yang tengah tak ideal memaksa Inter buat berevolusi. Antonio Conte pergi, diikuti pemain vital lainnya seperti Romelu Lukaku, Ashely Young, dan Achraf Hakimi. 

Kedatangan Simone Inzaghi sudah membereskan satu problem. Sebab, secara karakteristik, ia memiliki benang merah dengan Conte yang juga memakai sistem tiga bek. Namun, ada masalah lain yang lekas Inter rampungkan sebelum musim 2021/22 bergulir. Mereka kudu mencari pengganti para personel yang sudah pergi.

Dimarco masuk dalam pertimbangan. Inzaghi memberinya kesempatan sekembalinya dari Verona. Penampilannya menawan saat Inter menjajal Pergolettese pada laga persahabatan.

Semenjak itu Inter mulai mengendurkan niat merekrut wing-back kiri pada musim panas. Kepantasan Dimarco mulai diakui meski nantinya mungkin hanya pelapis Ivan Perisic. Kemungkinan lainnya, Inzaghi akan rutin memasangnya sebagai bek sentral untuk mengover Milan Skriniar, Setefan de Vrij, dan Alessandro Bastoni—seperti saat melawan Sampdoria.

Tak jadi soal mau wing-back atau bek tengah. Toh, Dimarco pernah melakukannya dengan baik semasa di Verona. Keserbabisaan kian menguatkan nilai tawarnya di mata Inzaghi.

“Aku akan bermain di mana pelatih memutuskan itu. Aku juga bermain dalam wadah tiga bek di Verona dan banyak berkembang di sana. Bagiku itu sama, maka jelas bahwa jika saya bermain nanti, aku bisa mencetak lebih banyak gol,” terang Dimarco kepada DAZN.

Dimarco pantas berbicara seperti itu. Masing-masing satu gol dan assist ia torehkan dari lima pertandingan Serie A. Statistiknya juga meyakinkan karena mengumpulkan 1,2 umpan kunci per laga (empat besar di Inter).

Kapabilitas Dimarco dalam mengirimkan umpan, pemosisian, dan kecepatan beririsan dengan tipikal permainan cepat Inzaghi. Sejak pekan pertama Inter sudah mengedepankan perpindahan bola-bola pendek dengan lini depan yang fluid. Tak mengherankan kalau sudah ada 11 personel mereka yang berhasil mencetak gol sejauh ini. Salah satunya, Dimarco.

"Prendi il rischio o perdi l'occasione," begitu para pepatah Italia berkata. Dimarco, sudah semestinya mempertaruhkan segalanya di musim ini atau ia bakal kehilangan kesempatan bersama Inter untuk kedua kalinya.