Pembuktian Riyad Mahrez

Riyad Mahrez tahu betul rasanya diremehkan, karena itu dia termotivasi untuk membuktikan diri dan pembuktian itu bisa dilakukannya dengan mencetak gol serta assist.
Riyad Mahrez tahu betul rasanya diremehkan.
Saat masih remaja, dia sering dianggap terlalu kurus. Banyak yang menilai Mahrez tak punya masa depan sebagai pemain sepak bola karena kondisi fisiknya itu. Tak cuma itu, mantan pelatihnya saat remaja menyebut Mahrez tak punya pengetahuan taktikal. Pemain berdarah Prancis dan Aljazair itu dianggap cuma punya gocekan bagus saja.
Mahrez memang tak tumbuh dari akademi klub ternama. Masa kecilnya dihabiskan untuk bermain sepak bola di jalanan. Klub masa remajanya juga cuma Sarcelles, klub amatir Prancis yang juga merupakan klub lokal tempat dia tinggal. Setelah itu, dia juga cuma pindah ke klub divisi empat Prancis, Quimper.
Di sana, Mahrez bahkan harus menjalani trial dulu. Dan setelah satu bulan bermain bersama Quimper, dia hampir dibuang oleh klub. Alasannya, Quimper merasa Mahrez tak layak dikontrak. Padahal, saat itu gajinya cuma 750 euro (atau setara 12 jutaan rupiah) per bulan.
Archive | Some candid shots of Riyad Mahrez (18) for French 4th division side Quimper. [EdF] pic.twitter.com/g06MgvDFFU
— Get French Football News (@GFFN) February 13, 2016
Beruntung petinggi Quimper kemudian mempertimbangkan ulang keputusan membuang Mahrez. Dia diberi kesempatan kedua dan hasilnya tak mengecewakan. Mahrez jadi salah satu pemain paling menonjol di klub dan membuatnya dilirik klub semenjana lainnya, Le Havre. Pria bertinggi 179 sentimeter itu akhirnya memutuskan pindah ke sana.
Mulanya, Mahrez hanya ditempatkan di Le Havre II atau tim U-21-nya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia mampu menembus tim utama. Dan di sini, Mahrez kembali diremehkan bahkan sejak hari pertamanya latihan.
"Kami melihat pria kurus ini, yang lemah, dan berpikir 'Apa yang dia lakukan di sini? Mungkin dia pemilik tempat ini?'," kata Benjamin Mendy, mantan rekannya di Le Havre, yang kini merupakan rekan satu timnya di Manchester City.
Pada hari pertama itu, selain dipandang sebelah mata oleh rekan-rekannya, Mahrez juga mendapat hukuman dari pelatih. Kala itu dia telat datang ke tempat latihan dan Mahrez dihukum berlari dua putaran mengelilingi lapangan. Namun sejak itu, Mahrez belajar untuk jadi lebih baik.
Benjamin Mendy on when Riyad Mahrez arrived to Le Havre training late:
— Man City Report (@cityreport_) December 20, 2019
"The manager says go and run and he races around the field. Everyone says ‘what are you doing? Why do you run so fast like that?’ He said, ‘I was late, and I am not here for fun, I am here to be serious.’" pic.twitter.com/GF0Bv5PLmo
“Bagaimana saya membuktikan bahwa mereka (yang meremehkan) salah? Hanya dengan kemampuan saya, kualitas saya," ujar Mahrez dalam sebuah wawancaranya dengan FourFourTwo.
***
Riyad Mahrez tahu betul rasanya diremehkan, karena itu dia termotivasi untuk membuktikan diri.
Mahrez selalu ingin membuktikan diri bahwa anggapan orang-orang salah, bahwa dia adalah pesepak bola yang hebat. Pembuktian itu bisa kita lihat dari cara Mahrez bermain.
Setiap kali bola sampai di kakinya, yang Mahrez lakukan adalah melakukan dribel melewati beberapa pemain untuk kemudian menusuk ke dalam kotak penalti dan melepaskan tembakan. Dia seolah ingin membuktikan pada publik bahwa dia adalah pemain yang bisa diandalkan setiap timnya. Dia bisa mencetak gol atau assist.
Tipikal bermain seperti itu kemudian semakin diketahui publik saat Mahrez membela Leicester. Di Leicester, terutama saat ditukangi Claudio Ranieri, gaya bermain seperti itu membuat Mahrez menonjol. Permainan The Foxes di bawah asuhan Ranieri terkenal direct, tak perlu banyak passing. Mahrez dibebaskan melakukan aksi individunya.
#OnThisDay in 2015, Riyad Mahrez scored his first English Premier League hat-trick as Leicester City beat Swansea City 3-0. #AfricanFootball ⚽️⚽️⚽️ pic.twitter.com/pW0kISvAfj
— AfricanFootball.com (@AfrFootball) December 5, 2020
Pada musim di mana Leicester juara, dia berhasil mencatatkan 17 gol dan 11 assist lewat tipikal bermain seperti itu. Bahkan Mahrez terpilih sebagai Pemain Terbaik versi PFA di musim 2015/16 tersebut. Sayangnya, saat ini Mahrez sudah tak berada di Leicester City-nya Ranieri lagi. Dia kini berada di Manchester City.
Di Manchester City, di mana aksi individu adalah aspek nomor kesekian, gaya bermain pemain bernomor pungung 26 itu kerap dicap serakah. Bahkan, kebiasaan Mahrez melakukan dribel yang diakhiri dengan tembakan membuat rekan setimnya sebal. Anda bisa menonton ulang laga Manchester City vs West Ham untuk mendapati Kevin De Bruyne kesal bukan kepalang karena Mahrez lebih memilih untuk melepaskan tembakan ketimbang mengoper bola untuknya.
Di Premier League musim ini, Mahrez sebenarnya sudah mencatatkan 4 gol dan 1 assist. Dia adalah pemain dengan kontribusi untuk gol terbanyak kedua setelah De Bruyne. Namun, di luar dua aspek tersebut, mari kita lihat statistik Mahrez lainnya. Apakah dia memang serakah?
Per WhoScored, Mahrez adalah pemain dengan umpan kunci per 90 menit tertinggi kedua di City setelah De Bruyne. Dia mencatatkan angka 2,9, sedangkan De Bruyne ada di angka 3,4. Selain itu, berdasar catatan Opta, Mahrez juga jadi pemain City dengan penciptaan peluang (chances created) terbanyak kedua musim ini dengan total 22. Pemain terbanyak pertama tentu saja De Bruyne dengan angka 29.
Kualitas peluang yang diciptakan Mahrez juga tak jelek. Catatan expected assist (xA) miliknya musim ini menyentuh angka 2,53. Di City, itu (lagi-lagi) hanya kalah dari De Bruyne yang punya catatan 3,92. Sementara, jika melihatnya dalam konteks Premier league, catatan Mahrez itu termasuk bagus karena masuk 10 besar tertinggi.
Jika melihat dari statistik itu saja, Mahrez sebenarnya tak serakah. Dia mampu memberikan umpan kunci dan menciptakan peluang untuk rekan-rekannya. Semua itu juga berkualitas. Sayangnya, Mahrez masih jadi salah satu pemain yang suka berlebihan dalam melakukan dribel.
Di City, Mahrez adalah pemain dengan catatan dribel gagal tertinggi musim ini. Dia mencatatkan 2 dribel gagal per 90 menit, dari 4,2 total dribel per 90 menit. Phil Foden sebagai pemain dengan catatan dribel tertinggi (4,6 per 90 menit), angka kegagalannya dribelnya saja hanya 1,9 per 90 menit.
⚽️ @Mahrez22 6'
— Manchester City (@ManCity) November 28, 2020
⚽️ @Mahrez22 22'
⚽️ @benmendy23 41'
⚽️ @FerranTorres20 66'
⚽️ @Mahrez22 69'
🔷 #ManCity | https://t.co/axa0klD5re pic.twitter.com/Myji3zu2PA
Selain itu, Mahrez juga mencatatkan 16,8 possesion lost (kehilangan bola saat dalam posisi sedang menguasai possesion) per 90 menit. Jumlah itu jadi yang tertinggi jika dibandingkan pemain sayap City lainnya seperti Raheem Sterling, Ferran Torres, atau bahkan Foden.
Di City, Mahrez sudah belajar caranya menjadi pemain kreatif yang bisa menyuplai rekan-rekannya. Hanya saja, dia masih jadi sosok yang sering tak efektif dalam melakukan dribel. Intuisinya untuk membuktikan diri ketika memegang bola masih terlalu besar.
Padahal, jika melihat kualitas peluang yang dihasilkan, Mahrez bisa saja punya jumlah assist yang lebih banyak dari saat ini. Tentu saja bila dia mau mengurangi egonya sedikit untuk melakukan dribel. Pria 29 tahun itu harus tahu kapan waktunya mengumpan dan kapan harus melakukan dribel.
Mahrez musim ini juga punya peluang untuk mencetak banyak gol. Dia memiliki catatan 1,4 tembakan tepat sasaran per 90 menit. Catatan itu lebih baik ketimbang milik De Bruyne, Sterling, atau bahkan Gabriel Jesus yang merupakan seorang striker. Selain itu, Mahrez juga memiliki catatan 2,25 expected gol (xG) musim ini di mana angka itu hanya kalah dari Sterling dan De Bruyne.
🗣️| Pep:
— City Chief (@City_Chief) December 4, 2020
"What next? I need the strikers to score goals. Riyad Mahrez scored three goals against Burnley and tomorrow he’s going to play. Because he scored a lot of goals. The guys who score goals are going to have more chance to play." pic.twitter.com/KA0uvobEc9
Mahrez punya peluang mencatatkan dua digit gol dan assist musim ini. Jika berhasil melakukannya, dia tak perlu lagi membuktikan diri lewat aksi dribel di atas lapangan. Biarkan statistik yang membuktikan kemampuannya. Toh, di dunia sepak bola modern, acap kali itu yang jadi acuan banyak orang.
***
Riyad Mahrez tahu betul rasanya diremehkan, karena itu dia termotivasi untuk membuktikan diri dan pembuktian itu bisa dilakukannya dengan mencetak gol serta assist.
Sebab kini, dia tak sedang membuktikan diri pada pelatihnya yang galak atau penonton di Prancis yang tak tahu siapa dia sebelumnya.
Mahrez kini membuktikan diri kepada Pep Guardiola yang memercayakannya jadi starter di City, serta kepada pundit dan jurnalis Inggris yang cerewet. Dan karena itu, tak cukup jika dia hanya membuktikan lewat gocekan saja.