Pentas untuk Kepa Arrizabalaga

Kehilangan Edouard Mendy yang mesti berlaga dengan Senegal di Piala Afrika tak membuat Thomas Tuchel pusing. Kini, saatnya Kepa Arrizabalaga naik pentas dan menunjukkan kemampuan.
Dalam manga Captain Tsubasa, Yuzo Morisaki bukanlah penjaga gawang utama kesebelasan Nankatsu. Ia cuma menjadi pelapis untuk Genzo Wakabayashi yang tak bisa memperkuat tim dari awal hingga semifinal karena mengalami cedera.
Morisaki punya trauma sebagai penjaga gawang. Tendangan keras Kojiro Hyuga pernah menghantam mukanya. Dari situ, Morisaki mengalami ketakutan kepada si kulit bulat. Namun, Tsubasa dan rekan-rekan lainnya terus memberikan kepercayaan kepada Morisaki. Ia pun bangkit dan bisa membawa Nankatsu hingga ke final.
Jika Morisaki pernah memiliki problem dengan rasa takut, Kepa Arrizabalaga pernah berurusan dengan kepercayaan diri. Label kiper mahal tapi sering membuat blunder pernah tersemat. Namun, bukan berarti timnya, Chelsea, dan sang pelatih, Thomas Tuchel, hilang kepercayaan padanya begitu saja.
Absennya Edouard Mendy, yang membela Senegal di Piala Afrika, membuat Tuchel kembali berpaling kepada Arrizabalaga. Sampai Mendy kembali, kiper berdarah Basque itu punya tanggung jawab penting untuk mengawal area di bawah mistar. Ini bukan perkara mudah, tetapi Arrizabalaga mendapatkan dukungan penuh dari sang pelatih.
"Ada kepercayaan yang sangat tulus yang dimiliki semua orang di tim ini kepada Arrizabalaga. Dia perlu bermain dan kami memberi kesempatannya bermain. Kami percaya kepadanya dan dia punya kapabilitas," ucap Tuchel kepada Marca.
***
Bagi Arrizabalaga, menjadi penjaga gawang adalah impian sejak kecil. Setiap melintas di depan toko olahraga dekat rumahnya, ia selalu meminta untuk dibelikan sarung tangan penjaga gawang.
Orang tuanya yang tak tega lalu membelikan sarung tangan kepada Arrizabalaga. Kendati terlalu besar untuk ukuran telapak tangannya, Arrizabalaga tak peduli. Ia tetap gembira dengan sepasang sarung tangan yang didam-idamkannya itu.
Ketika usianya sembilan tahun, Arrizabalaga sudah dilirik oleh pemandu bakat Athletic Club. Progresnya yang apik membuat Arrizabalaga sudah diajak untuk berlatih dengan tim utama Athletic pada usia 16 tahun.
Namun, langkah Arrizabalaga tak mulus untuk berlatih dengan tim utama Athletic. Restu orang tua sempat tak turun karena pendidikan Arrizabalaga akan terganggu. Pelatih kiper Athletic kala itu, Luis Llopis, yang bertanggung jawab dan menghadap orang tua Arrizabalaga. Llopis memberi penjelasan usai melihat kemampuan Arrizabalaga di bawah mistar.
"Tubuhnya memang kecil dibandingkan anak-anak lainnya. Namun, saya melihatnya melompat-lompat di gawang dan berkata: Wah, seperti ini rasanya jadi penjaga gawang! Jika semuanya normal, Arrizabalaga akan menjadi penjaga gawang hebat pada masanya," kenang Llopis seperti dikutip dari The Guardian.
Meski berlatih dengan tim utama, Arrizabalaga tak langsung jadi starter. Musim 2014/15, ia sempat dipinjamkan ke Ponferradina -klub segunda division- untuk menambah jam terbangnya.
Kepindahan ke Ponferradina menimbulkan pergolakan batin dalam diri Arrizabalaga. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia tak ingin pergi meninggalkan Athletic. Baginya, Athletic adalah rumah kedua tempatnya tumbuh dan terus mendapat kepercayaan.
Arrizabalaga akhirnya memutuskan untuk pindah dan belahar banyak di Ponferradina. Keputusan yang tak salah karena di situ kiper kelahiran 3 Oktober 1994 itu mendapatkan banyak menit bermain. Tercatat ada 20 laga yang dimainkan Arrizabalaga dan berhasil mencatatkan sembilan kali nirbobol.
⛔ ¿La tocó @kepa_46 o no? ⛔
— LaLiga (@LaLiga) April 5, 2018
✋ @AthleticClub 🤚 pic.twitter.com/OCoExWl4g4
Dari situ, petualangan Arrizabalaga dimulai. Kembali ke Athletic, Arrizabalaga belum bisa menggeser posisi kiper senior Gorka Iraizoz. Arrizabalaga pun kembali direntalkan ke Real Valladolid. Semusim dipinjamkan, Arrizabalaga kembali dengan pengalaman yang cukup banyak.
Arrizabalaga akhirnya mendapatkan kepercayaan untuk mengisi posisi inti di Athletic. Penampilan gemilang Arrizabalaga tercipta di musim 2017/18. Ketika itu, Arrizabalaga mentas sebanyak 30 kali. Rata-rata penyelamatannya mencapai 3,2 per 90 menit. Jumlah itu lebih besar dibanding Keylor Navas dan Jan Oblak.
Gemilangnya Arrizabalaga membuat namanya harum. Chelsea akhirnya yang berhasil memenangi perebutan tanda tangan Arrizabalaga dan mendapatkannya di musim 2018/19. The Blues memang mencari sosok kiper baru mengingat Thibaut Courtois ngebet hijrah ke Real Madrid.
Saking butuhnya, Chelsea rela merogoh kocek yang sangat dalam untuk mendatangkan Arrizabalaga. Dana sebesar 71 juta poundsterling dikeluarkan Chelsea untuk memboyong Arrizabalaga. Angka itu membuat Arrizabalaga menjadi kiper termahal hingga detik ini.
Perjalanan karier Arrizabalaga di Chelsea tak berjalan mulus. Musim pertamanya saja, Arrizabalaga bertengkar dengan pelatihnya saat itu, Maurizio Sarri.
Sarri tried to sub off Chelsea's goalkeeper, Kepa...but he refused to leave, and Sarri flipped out 😳
— Bleacher Report (@BleacherReport) February 24, 2019
(via @SkyFootball) pic.twitter.com/cBWodJDyw3
Arrizabalaga yang menjadi starter mendapat perawatan di extra time laga final League Cup melawan Manchester City. Dari situ, Sarri menyiapkan Willy Caballero untuk main menggantikan Arrizabalaga. Namun, ketika board papan pergantian akan diangkat oleh fourth official, Arrizabalaga menolak untuk keluar lapangan. Ia kekeh masih ingin bermain dan membela Chelsea hingga babak adu penalti.
"Saya harus mengatakan, ini adalah salah paham saja. Bukannya saya tidak mau mematuhi atau menolak keputusan bos (Sarri). Terjadi kesalahpahaman karena saya sebelumnya mendapat perawatan medis dua kali, dan dia pikir sata tidak dalam kondisi fit untuk melanjutkan laga," ucap Arrizabalaga usai pertandingan.
Tekad kuat Arrizabalaga tak sebanding dengan pencapaiannya. Arrizabalaga tak bisa menyelamatkan Chelsea dari kekalahan lawan Man City.
Arrizabalaga juga kerap melakukan eror yang merugikan Chelsea. Masih segar dalam ingatan tentu blundernya saat Chelsea bertemu Liverpool di musim 2020/21. Pada laga yang digelar di Stamford Bridge itu, Arrizabalaga yang tengah menguasai bola coba memberikan operan kepada rekannya yang ada di depannya.
Kaki Arrizabalaga tak keras untuk menendang membuat bola berhasil diintersep Sadio Mane. Penyerang asal Senegal itu lalu dengan mudahnya menceploskan bola ke gawang. Chelsea tumbang di laga itu dengan skor 0-2.
Blunder Arrizabalaga di laga tersebut membuat manajemen Chelsea kehilangan kesabaran. Tak berapa lama usai kejadian, Chelsea mendatangkan Edouard Mendy yang kemudian berdiri reguler mengawal gawang Chelsea.
Kesalahan demi kesalahan yang dilakukan Arrizabalaga membuat dirinya terpuruk. Apalagi, perundungan yang diterimanya di media sosial membuat Arrizabalaga semakin kehilangan kepercayaan dirinya.
Namun, fokus dan kecintaanya kepada sepak bola yang membuat Arrizabalaga bangkit. Selain itu, kepercayaan dari rekan setim dan juga manajer mampu mengangkat morel dan mental kiper Timnas Spanyol tersebut.
****
Arrizabalaga bukan penjaga gawang yang gemar maju menyapu bola seperti Manuel Neuer. Passing jauhnya juga tak seciamik Ederson Moraes. Akan tetapi, reflek dan jangkauan tangannya yang panjang menjadi senjata.
Nilai plus lain dari Arrizabalaga ialah membaca tendangan penalti. Pada musim terakhirnya dengan Athletic, Arrizabalaga menggagalkan dua dari tiga tendangan penalti yang diterimanya dalam ajang La Liga.
Kecermatannya dalam membaca penalti semakin diperlihatkan saat membela Chelsea. Salah satu alasan Chelsea mampu menjejak final Liga Europa 2018/19 adalah kehebatan Arrizabalaga menahan penalti.
Laga semifinal leg kedua melawan Eintrach Frankfurt mesti berlanjut ke babak adu penalti. Kedua tim bermain imbang 1-1 hingga extra time membuat agregat menjadi 2-2. Tiket final pun harus ditentukan melalui babak adu penalti.
This #UEL winner celebrates his birthday today... 🎈
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) October 3, 2020
🥳 #HBD, @kepa_46! pic.twitter.com/sglBHsR9XT
Pada babak tos-tosan itu, Arrizabalaga sukses menahan sepakan Martin Hinterreger dan Goncalo Paciencia. Cara Arrizabalaga menahan penalti Hinterreger juga terbilang unik. Arrizabalaga tak gegabah untuk bergerak lebih dulu sebelum bola ditendang. Ia tetap menunggu dan mencoba menggerakan tubuhnya untuk merusak konsentrasi penendang.
Saat bola ditendang mendatar ke tengah, Arrizabalaga tak banyak bergerak. Ia menutup rapat kedua kakinya dan bola berhenti sebelum melewati garis gawang.
Cerita Arrizabalaga di babak adu penalti tak berhenti sampai di situ. Tuchel tak memainkan Arrizabalaga sebagai starter di laga UEFA Supercup melawan Villarreal (12/8/2021) lalu. Namun, manajer asal Jerman itu memainkan Arrizabalaga semenit sebelum laga usai dan berlanjut ke babak adu penalti.
Tuchel paham betul kemampuan Arrizabalaga dalam menghalau tendangan penalti. Keputusan Tuchel tepat, sepakan Aissa Mandi dan Raul Albiol dibaca dengan sempurna oleh Arrizabalaga. Chelsea keluar sebagai pemenang dengan skor 6-5.
***
Kehilangan Edouard Mendy yang pergi untuk membela Senegal di Piala Afrika rasanya tak membuat Tuchel pusing. Chelsea masih punya penjaga gawang berkelas lainnya yang siap mentas bernama Kepa Arrizabalaga.