Pertaruhan Sassuolo, Kesempatan Scamacca

Foto: Instagram @iamscamacca.

Sejak pulang ke Sassuolo menjelang musim 2021/22, Gianluca Scamacca hanya memikirkan cara mencetak gol.

Sejak pulang ke Sassuolo menjelang musim 2021/22, Gianluca Scamacca hanya memikirkan cara mencetak gol. Sebagai seorang striker, tanggung jawab itulah yang dipikulnya dari satu pertandingan ke pertandingan lain.

Scamacca tiba di Sassuolo dari Jong PSV pada 2017. Dari musim ke musim ia menjadi pemain yang dipinjamkan ke klub lain. Periode peminjaman itu barangkali tak sedap untuknya. Akan tetapi, lewat periode itu pula ia membuktikan bahwa ia layak dipertahankan bahkan mendapat tempat utama di Sassuolo.

Niatan Sassuolo untuk memberinya kesempatan bersinar mulai tampak ketika mereka membiarkan Francesco Caputo – pencetak 32 gol selama dua musim terakhir – pergi ke Sampdoria pada musim panas. Bagi Sassuolo, langkah itu adalah pertaruhan. Bagi seorang pemuda 23 tahun, langkah itu adalah kesempatan.

Scamacca menggunakan kesempatan tersebut dengan sekuat-kuatnya yang ia mampu. Pada akhir November 2021 ia mempermalukan AC Milan yang tengah unggul 1-0 dengan gol indahnya. Baru tiga menit setelah menuai keunggulan lewat gol Alessio Romagnoli, Milan kecolongan.

Dari jarak 25 yard, ia melepaskan sepakan yang tak mampu digagalkan oleh Mike Maignan. Gol itu tak hanya menyamakan kedudukan, tetapi titik mula perubahan kedudukan. Setelahnya, Sassuolo menutup duel dengan kemenangan 3-1 di San Siro.

Golnya melawan Napoli beberapa hari setelah duel melawan Milan tersebut juga menyelamatkan Sassuolo dari kekalahan. Napoli bahkan sudah unggul 2-0. 

Ada tiga pemain Napoli yang mengelilinginya di dalam kotak penalti ketika dia mengontrol umpan silang Georgios Kyriakopoulos di dadanya dengan ketinggian yang tanggung. Scamacca lantas melakukan manuver menjauh dari salah satu pemain tersebut sebelum mengacak-acak pertahanan dua orang lainnya dengan tendangan mengarah ke gawang. Sepakan tersebut tak terbendung. Sassuolo mengejar ketinggalan menjadi 1-2.

Dalam pertandingan tersebut Scamacca membuka kembali pintu peluang bagi Sassuolo. Pada akhirnya, Sassuolo menutup laga dengan skor 2-2 berkat gol menit 89 Gian Marco Ferrari yang berawal dari tendangan bebas Dominico Berardi. 

Gol Scamacca tak selesai sampai di situ. Teraktual, ia membuat satu gol lewat sundulan dalam kemenangan 2-0 Sassuolo atas Inter Milan. Begitulah, Inter yang perkasa itu dibuat tak berdaya di Giuseppe Meazza.

Gol-gol yang mengubah keadaan. Itu yang membuat Scamacca begitu penting bagi Sassuolo. Produktivitas Scamacca tidak lepas dari karakteristiknya sebagai striker. Kendati memiliki kemampuan dribel yang tak main-main, ia cukup nyaman untuk melepas tembakan begitu mendapatkan kesempatan bahkan saat berada di luar kotak.

Shot spot Scamacca. Understat

Dengan kebiasaan seperti itu, semestinya Scamacca bisa menjadi harapan baru bagi Sassuolo untuk mendulang gol dan merengkuh kemenangan. Baik saat menggunakan formasi 4-3-3 maupun 4-2-3-1, Scamacca selalu mengambil posisi sebagai penyerang tengah.

Dalam skema ala Alessio Dionisi, striker Sassuolo harus memiliki work rate yang baik. Ia harus mau melakukan kerja-kerja selain mencetak gol, entah itu melakukan pressing, turun ke lini kedua, atau melakukan off the ball movement untuk mengkreasikan ruang. Melakukan tugas itu pun dilakukan oleh Scamacca. Mengutip FBref, Scamacca melepas rerata 8,9 pressing dalam 24 laga Serie A 2021/22.

Dalam sejumlah kondisi, Scamacca juga bisa menjadi pemberi operan kepada rekannya yang naik dari lini kedua. Meski demikian, aspek ini tampaknya masih perlu diperbaiki lagi karena hingga kini, ia baru membuat rerata 1,82 shot-creating actions per laga Serie A.

Bagaimanapun, kualitas terbaik Scamacca adalah mencetak gol. Pada musim 2021/22 ini, ia sudah membuat 10. Bersama Berardi, jumlah tersebut menjadi yang terbaik di Sassuolo. Kualitas Scamacca terbukti, lengkap dengan kekuatan fisik, teknik yang luar biasa, dan ketinggian yang langka hampir 6 kaki 5 inci.

Produktivitas Scamacca sebagai penyerang juga disokong oleh lini tengah mereka. Secara skema permainan, Dionisi menerapkan pendekatan menyerang dengan cepat dan vertikal. Hal ini berkaitan dengan kegemaran Sassuolo melancarkan umpan pendek.

Sassuolo memainkan umpan-umpan pendek ini untuk memancing pemain lawan menekan mereka. Setelah itu, akan ada lawan yang biasanya keluar dari posisinya. Dari situ, akan muncul ruang untuk dieksploitasi oleh Sassuolo lewat serangan vertikal mereka.

Perkara mengalirkan bola secara cepat, lini tengah Sassuolo jadi kunci. Mereka memiliki pemain seperti Maxime Lopez dan Davide Frattesi yang selalu menjadi opsi umpan agar bola bisa diteruskan ke lini serang.

Dua winger, Hamed Traore dan Berardi, menjadi aktor utama dalam setiap serangan sayap. Keduanyalah yang acap mensuplai bola kepada para penyerang. Tengok lagi kedua gol Sassuolo dalam laga melawan Inter. Mereka berdualah yang memberikan assist kepada Giacomo Raspadori dan Scamacca.

Sebelum sampai ke Sassuolo, Scamacca memang melakoni perjalanan yang banyak tak sedapnya. Pada usia 16 tahun, Scamacca meninggalkan AS Roma dan memilih untuk bergabung dengan PSV. Langkah itu mengganjarnya dengan begitu banyak komentar miring, bahwa ia adalah seorang pengkhianat. Akar dari komentar-komentar tersebut adalah fakta bahwa Scamacca merupakan pesepak bola Akademi Roma.

Namun, masa-masa tak mudah itu rasanya menumbuhkan buah yang manis di Sassuolo. Pada akhirnya, perjalanan Scamacca sampai ke Sassuolo dan status sebagai penyerang masa depan Italia yang masih melekat membuktikan bahwa keputusan-keputusan tak mudah yang diambilnya tak salah.