Piala Afrika dan Pengaruhnya untuk Klub Premier League

Foto: Twitter @MoSalah.

Bukan satu atau dua kali saja Piala Afrika membuat pusing pelatih klub Premier League. Namun, mereka tak punya pilihan selain merelakan pemain untuk bermain dengan timnas masing-masing.

Jose Mourinho pernah dibuat sakit kepala oleh Piala Afrika kala melatih Manchester United empat tahun lalu. Pria Portugal itu harus merelakan Eric Baily pergi pada bulan Januari untuk membela Pantai Gading di turnamen sepak bola terbesar di Benua Afrika tersebut.

Padahal, saat itu United tengah dalam fase yang krusial. 'Iblis Merah' melakoni semifinal Piala Liga Inggris melawan Hull City dalam format dua leg dan juga melawan Liverpool di Premier League.

Masalahnya, kepergian Baily membuat stok pemain United khususnya di sektor bek tengah menipis. Hal itulah yang dikeluhkan oleh pria kelahiran Setubal tersebut.

"Saya tahu, saya kehilangan Bailly selama sebulan jadi saya akan memiliki Chris Smalling, Marcos Rojo, dan Phil Jones. Tiga pemain bertahan untuk delapan pertandingan," keluh Mourinho.

Mourinho bukan satu-satunya manajer yang mengeluh dengan jadwal Piala Afrika. Arsene Wenger juga pernah mengkritik jadwal turnamen tersebut yang membuat Arsenal kehilangan Kolo Toure dan Emmanuel Eboue, yang mentas bersama Pantai Gading.

Keluhan-keluhan dari para manajer klub-klub Eropa didengar oleh Federasi Sepak Bola Afrika (CAF). Akhirnya, CAF memutuskan Piala Afrika 2019, yang berlangsung di Mesir, untuk pertama kalinya digelar pada Bulan Juni-Juli, bertepatan dengan libur kompetisi. Pada edisi tersebut, Piala Afrika juga diikuti oleh 24 negara peserta dari yang sebelumnya hanya 16.

Sayang, langkah tersebut tak berlangsung di edisi berikutnya. Pada Piala Afrika 2021--main di tahun 2022 karena pandemi COVID-19--, turnamen kembali digelar pada bulan Januari. CAF kembali mengubah kompetisi ke bulan Januari karena kondisi cuaca yang buruk di Kamerun--tuan rumah Piala Afrika 2021--saat Juni dan Juli. Pada bulan tersebut, Kamerun tengah dilanda hujan yang ditakutkan akan mengganggu jalannya pertandingan.

Keputusan itu juga membuat beberapa klub eropa khususnya Premier League meradang. Mereka akan ditinggalkan pemainnya selama sebulan di tengah kompetisi yang sedang berlangsung.

Sekitar 40 pemain Premier League akan berbondong-bondong meninggalkan klubnya di Januari ini. Turnamen dijadwalkan akan berlangsung pada 9 Januari hingga 6 Februari 2022.

Liverpool menjadi klub yang berdampak besar dengan adanya Piala Afrika. 'Si Merah' akan kehilangan Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Naby Keita pada periode tersebut. Tanpa Salah dan Mane, Juergen Klopp harus menemukan ramuan baru di lini depan Liverpool. Terlebih, Salah dan Mane sudah mengemas total 22 gol di Premier League musim ini.

Praktis Liverpool cuma punya Diogo Jota dan Roberto Firmino yang bisa menjadi pendulang gol. Memang, mereka masih punya Divock Origi, Takumi Minamino, dan Alex Chamberlain yang bisa bermain di posisi depan. Namun, ketiganya belum bisa tampil konsisten saat dipercaya sebagai starter.

Jadwal Liverpool selama Januari juga cukup berat. Mereka akan bertarung di semifinal Piala Liga Inggris melawan Arsenal dan juga bersua Brentford serta Crystal Palace di Premier League.

Salah dan Mane menjadi bagian penting skuad Liverpool. Apalagi, mereka tengah bersaing merengkuh gelar juara Premier League musim ini.

"Siapa pun yang bermain saat Salah dan Mane tidak ada, tetap membuat kesempatan kami menang terbuka. Namun, apakah kita masih akan bermain dengan pola yang sama? Sepertinya tidak," ucap Klopp.

Tak cuma Liverpool, Arsenal juga menjadi tim yang merugi dengan adanya Piala Afrika di Januari nanti. 'Meriam London' akan kehilangan Nicolas Pepe, Pierre-Emerick Aubameyang, Mohamed Elneny, dan Thomas Partey selama sebulan.

Kehilangan Partey dan Elneny menjadi krusial untuk Arsenal. Sebab, ketidakadaan mereka membuat stok gelandang Arsenal menipis. Berarti cuma ada Granit Xhaka dan Albert Sambi Lokonga yang bisa diposisikan sebagai gelandang pivot.

Sialnya, kedua pemain sangatlah riskan. Xhaka kerap bermasalah dengan akumulasi kartu. Sementara, Lokonga sering berada dalam kondisi yang tidak bugar. Sebenarnya, Arsenal punya Ainsley Maitland-Niles yang bisa bermain sebagai gelandang. Namun, rumor menyebutkan pemain multi-posisi itu akan dipinjamkan ke AS Roma pada bulan Januari mendatang.

Sialnya, Arsenal akan menghadapi lawan rumit di Januari mendatang. The Gunners akan melakoni Derbi London Utara pada 16 Januari mendatang di Tottenham Stadium.

Lalu, bagaimana dengan United, Manchester City dan Chelsea?

Ketiga tim tersebut diprediksi tak akan berpengaruh di Piala Afrika kali ini. United memang mengirim dua pemainnya yakni Eric Bailly dan Amad Diallo ke Timnas Pantai Gading. Namun, kedua pemain itu juga jarang sekali masuk ke dalam starting eleven United.

Hal yang sama juga terjadi di Man City. Mereka cuma akan kehilangan Riyad Mahrez yang pergi untuk Aljazair. Tanpa Mahrez, City tak akan khawatir untuk membobol gawang lawan. Sebab, mereka punya 15 pemain lain yang mampu membikin gol. Mahrez juga tak melulu dijadikan starter oleh Pep Guardiola. Pemain berusia 30 tahun itu baru tujuh kali tampil sejak awal di Premier League musim ini.

Sementara, Chelsea akan kehilangan Edouard Mendy dan Hakim Ziyech selama sebulan. Perginya Mendy mungkin jadi yang paling berasa untuk Chelsea.

Sebab, Kiper Timnas Senegal itu selalu menjadi pilihan utama Thomas Tuchel di bawah gawang The Blues. Mendy juga mencatat 51 penyelamatan dari 19 pertandingan Premier League.

Chelsea memang masih memiliki Kepa Arrizabalaga sebagai pelapis. Namun, kiper asal Spanyol itu jarang diturunkan di Premier League musim ini.

****

Tak cuma akan kehilangan pemain saja, keselamatan para pemain juga membuat klub-klub Premier League was-was. COVID-19 yang masih masif penyebarannya menjadi concern utama. Terlebih, varian baru yakni Omicron juga berasal dari Afrika.

Selain soal COVID-19, klub-klub juga dibuat gelisah dengan situasi di Kamerun. Per laporan The Athletic, di Kamerun saat ini sedang terjadi Anglophone Crisis atau Civil War yang bisa saja mengganggu jalannya Piala Afrika. Bila perang itu pecah, bukan tak mungkin pemain akan lebih lama dan sulit kembali ke klubnya masing-masing.