Power Gerrard, Power Rangers

Ilustrasi: Arif Utama

Sejak ditunjuk jadi Manajer Rangers, Gerrard langsung melakukan banyak perubahan. Dari mulai mental pemain hingga taktik di atas lapangan dia perbaiki. Hasilnya, Rangers berhasil jadi kampiun Skotlandia.

Steven Gerrard adalah motivator ulung. Semasa jadi pemain, sudah banyak momen menunjukkan dia mampu memotivasi rekan-rekannya di Liverpool untuk tampil lebih baik lagi. Istanbul 2005 adalah salah satu yang paling memorial.

Kita tahu bagaimana setelah mencetak gol pertama Liverpool malam itu, Gerrard mengayun-ayunkan tangannya dan berteriak kepada rekan-rekannya untuk lebih semangat lagi. Gol kedua dan gol ketiga Liverpool kemudian hadir, The Reds jadi juara Liga Champions usai menaklukkan AC Milan di babak adu penalti.

Momen saat Gerrard memberikan pidato penuh semangat kepada rekan-rekannya usai laga melawan Manchester City pada musim 2013/14 juga bisa ditonton ulang. Dia berhasil membangkitkan semangat rekan-rekannya. Kendati di akhir musim Liverpool gagal jadi juara, orang tahu bahwa wibawa sang kapten begitu berpengaruh buat tim.

Sebagai pemain, Gerrard juga punya kepercayaan diri di atas rata-rata. Dia juga memiliki aura kepemimpinan yang tak perlu diragukan lagi. Itu sebabnya, bukan urusan sulit bagi dia untuk hadir jadi motivator ulung. Pria asli Liverpool itu punya kapabilitas yang akan membuat orang-orang di sekelilingnya mau mendengarkan apa yang ia ucapkan.

Karena itu, saat datang ke Rangers sebagai manajer, hal pertama yang dilakukan Gerrard adalah memotivasi para pemainnya. Dia tahu saat datang pada Mei 2018 itu, Rangers tengah berstatus sebagai pecundang.

Ketika Gerrard tiba di Ibrox, Rangers sudah tujuh tahun tak jadi juara Skotlandia. Dan yang paling parah, saat itu mereka baru dua tahun kembali dari divisi bawah. Usai jadi juara pada 2010/11, Rangers memang mengalami masa-masa gelapnya.

Semua bermula saat David Murray--Chairman Rangers saat itu--menjual saham mayoritas klub. Memang ada pebisnis bernama Craig Whyte yang kemudian membeli. Namun, Murray meninggalkan Rangers dengan utang segunung dan Whyte harus menanggungnya.

Nah, total utang sekitar 27 juta poundsterling itulah yang tak mampu dibayar oleh Whyte tepat waktu. Alhasil, Rangers dinyatakan bangkrut. Mereka harus melakukan likuidasi dan itu membuat Rangers tak diakui di level teratas sepak bola Skotlandia. Rangers kudu memulai semuanya dari divisi bawah lagi.

Butuh empat tahun, dari 2012-2016, untuk akhirnya Rangers kembali ke Scottish Premiership. Dan ketika kembali pun semuanya tak indah. Rangers tak bisa kembali menjadi Rangers sebelum bangkrut. Belum lagi, mereka juga dikangkangi rival utamanya, Celtic.

Sejak kembali ke Premiership sampai Gerrard datang, Rangers tak pernah menang di Old Firm Derby. Buruknya lagi, secara total agregat, Rangers kalah telak 7-39. Ya, Rangers sesering itu jadi bulan-bulanan Celtic. Entah dihajar 0-5 atau kalah 0-4.

Menghadapi kondisi yang begitu buruk, salah satu yang diperbaiki Gerrard saat datang adalah mental tim. Dia mengadakan pertemuan rutin dengan timnya, mengajak mereka berbicara, baik secara tim maupun satu per satu.

Beberapa bagian di kamp latihan Rangers kemudian diubahnya menjadi ruang komunal tempat dia dan tim berkumpul. Gerrard ingin menghadirkan ikatan dengan para pemainnya. Dia tak ingin hanya dia yang percaya Rangers akan jadi lebih baik lagi, Gerrard juga ingin anak asuhnya percaya akan hal itu.

Pemain juga tak diizinkan membawa telepon genggam ke ruang pertemuan. Saat latihan, pemain harus berlari lebih banyak daripada latihan-latihan sebelum Gerrard datang. Detak jantung setiap pemain juga ditakar. Gerrard dan tim pelatih yang dibawanya ingin memastikan pemain bisa mencapai level tertinggi.

Gerrard juga selalu menekankan 'team before yourself' kepada para pemainnya. Karena itu, sejak pramusim pertamanya, pria yang juga pernah berseragam LA Galaxy itu sering berteriak begini kepada pasukannya: "Dengar, kita adalah Rangers. Mereka (lawan) mendominasi bola. Itu memalukan. Ini Ibrox! Hal itu tak boleh terjadi di sini!".

Salah seorang pemain yang diwawancarai The Athletic mengungkapkan bahwa Gerrard memperlakukan pertandingan pramusim seperti sebuah laga final. Tak ada perlakuan santai. Semua penuh urat, teriakan di mana-mana, dan segala hal sungguh serius.

Perlahan-lahan Rangers bangkit. Memang tak langsung mulus. Namun, perubahan yang dilakukan Gerrard sudah terlihat. Mental tim membaik. Pada Desember 2018, atau enam bulan setelah resmi jadi manajer, Gerrard membawa Rangers memenangi Old Firm Derby pertama sejak 2011. Celtic ditaklukkan 1-0.

Pemain sudah mulai percaya padanya. Seorang pemain yang juga diwawancara oleh The Athletic mengungkapkan bahwa kehadiran Gerrard membuat ruang ganti terasa berbeda. Aura kepemimpinannya sangat terasa. Mereka seperti tak cuma mendapat manajer baru, tetapi juga kapten baru. Itu membuat para pemain jadi terpacu.

Ketika mental pemain sudah membaik, giliran taktik tim yang dimatangkan Gerrard. Pelan-pelan dia mulai membangun filosofinya. Filosofi 'owning the pitch' dan 'owning the game'. Kuasai lapangan, kuasai pertandingan.

Memang pengejawantahannya tak langsung berbuah manis. Pada musim pertamanya, Gerrard hanya membawa Rangers finis di posisi dua Premiership. Mereka tertinggal sembilan poin dari Celtic. Di Liga Europa, klub berjuluk The Gers itu gagal lolos dari fase grup setelah hanya bisa mengemas enam poin dari enam pertandingan.

Pada musim berikutnya, Rangers membaik secara permainan, tetapi tak menanjak signifikan secara prestasi. Mereka masih jadi runner-up Premiership, tentu saja di bawah Celtic. Di Liga Europa Rangers mampu menjejak babak 16 besar, meski kalah telak secara agregat di fase itu dari Bayer Leverkusen.

Di masa persiapan musim ini--yang juga berada di tengah pandemi COVID-19--Gerrard menghabiskan waktu untuk berpikir dan mencari formula terbaik buat Rangers. Sudah dua musim dia menjalani karier di Glasgow dan tak ada satu pun piala yang bisa dibawanya ke Ibrox.

Ketika pertama kali latihan buat musim ini, hal yang disampaikan Gerrard kepada para pemainnya adalah: Dia ingin Rangers tampil lebih kolektif lagi. Permasalahan-permasalahan yang menghantui Rangers dalam dua musim terakhir adalah kesalahan seluruh tim dan artinya itu harus diperbaiki seluruh tim pula.

Tugas bertahan tak hanya jadi tugas pemain belakang, tugas menyerang tak hanya jadi tugas pemain depan. Gerrard ingin pemain belakangnya jadi aliran serangan pertama, dan pemain depannya jadi lini pertahanan pertama pula. Intensitas pressing makin ditingkatkan, build-up diperbaiki.

Gerrard juga jadi gila akan detail. Dia meminta tambahan satu ruangan khusus di sebelah ruang ganti Rangers di Ibrox. Ruangan itu kemudian dikhususkan bagi tim analis mereka. Jadi, saat jeda babak pertama, Gerrard bisa mendapatkan input langsung dari para analis tentang apa yang bisa diperbaiki timnya.

Soal rekrutmen, Gerrard fokus pada perekrutan pemain-pemain potensial. Musim ini, misalnya, dia mendatangkan Ianis Hagi yang masih berusia 21 tahun. Hagi kemudian hadir jadi salah satu kepingan penting Rangers musim ini. Di musim-musim sebelumnya, transfer Ryan Kent (sekarang 24 tahun) dan Joe Aribo (juga 24 tahun) juga bisa dikatakan sukses.

Hasilnya, makin ke sini, Rangers makin kuat. Saat laga, mereka makin terlihat lihai menguasai lapangan. Taktik Gerrard terlihat makin matang. Hasilnya pun moncer. Rangers jadi sulit dibobol dan kemenangan pun datang mengiringi. Mereka muncul sebagai tim terbaik di Premiership.

Kamu bisa membaca penjelasan taktik Gerrard dalam tulisan: Apakah Taktik Rangers-nya Steven Gerrard Memang Mirip Liverpool?

Di Premiership musim ini, hingga laga ke-32, Rangers baru kebobolan sembilan gol. Mereka juga makin subur karena berhasil mencetak total 77 gol. Hebatnya lagi, Rangers belum pernah kalah. Mereka menang 28 kali dan seri empat kali saja. 88 poin yang dikumpulkan pun mampu membawa Rangers keluar jadi kampiun.

Penantian selama satu dekade akhirnya usai. Rangers berhasil mendapatkan gelar Premiership ke-55 sepanjang sejarah mereka. Dominasi Celtic pun bisa mereka singkirkan dan hebatnya, Rangers belum pernah kalah di Old Firm Derby musim ini. Dua laga mereka selesaikan dengan kemenangan.

Tak cuma di kompetisi domestik, taji Rangers juga terlihat di Eropa. Pada ajang Liga Europa, Rangers berhasil lolos ke babak 16 besar. Di babak fase grup, mereka jadi pemuncak grup, unggul atas Benfica. Di babak 32 besar, Antwerp ditaklukkan dengan agregat 9-5.

Bagi Gerrard, musim ini adalah musim ketika dia berhasil memetik dari apa yang ditanamnya selama dua musim terakhir. Segala perubahan yang dia lakukan dan seluruh kata-kata motivasi yang dilontarkannya kini berbuah manis. Rangers muncul jadi kekuatan yang begitu dominan di Skotlandia dan juga tak kalah menakutkan di Eropa.

Gerrard kini juga jadi pahlawan baru di Glasgow. Namanya diteriakkan dengan lantang oleh para suporter Rangers. Dianggap legenda. Bagi Rangers, masa bersama Gerrard adalah era baru buat tim. Mereka menyebutnya: The Gerrard Era.

Gerrard berhasil membawa Skotlandia kembali ke masa silam, ketika tiga kekuatan utamanya terletak pada: gereja, sistem hukum yang unik, dan klub sepak bola bernama Rangers. Langit Glasgow dan Skotlandia pun kembali biru.

Serta jangan lupa pula, bagi Gerrard gelar musim ini adalah gelar liga pertama sepanjang riwayatnya. Namun, dia tak mengenakan jersi merah. Dia mengenakan jas dengan dasi atau syal berwarna biru.