PR Ten Hag

Foto: instagram @afcajax

Berharap banyak pada Ten Hag bukan sesuatu yang merugikan. Toh, ia punya ide jelas dan sudah terbukti mampu membangun skuad yang atraktif dan mengasyikkan. Namun, ia hanya satu bagian kerja dari banyak hal yang perlu dilakukan United.

21 Maret 2022.

John Murtough, Darren Fletcher, dan Richard Arnold, terbang ke Amsterdam, Belanda. Three musketeers Manchester United itu membawa misi khusus: Berbicara ini-itu, dari A-Z, dengan pelatih Ajax, Erik Ten Hag.

Ada banyak hal yang mereka bicarakan. Salah satunya, ide dan road map Ten Hag untuk mengembalikan muruah Setan Merah yang mengempis dan sulit mengembang dalam beberapa tahun, terutama musim 2021/22.

Per laporan The Athletic, three musketeers United itu sangat terkesan dengan uraian Ten Hag. Namun, terkesan bukan berarti keputusan besar langsung diambil. Mereka masih menimbang-nimbang kanditat lainnya. Sebab, sebelum berbicara dengan Ten Hag, ada tiga nama lain yang masuk radar pelatih United musim depan, yakni Mauricio Pochettino, Julen Lopetegui, dan Luis Enrique.

Satu per satu nama diukur kapasitas dan kapabilitasnya. Ide dan gagasan. Perencanaan dan eksekusi. Ribet betul memang karena banyak sekali indikator yang United pasang. Itu karena United menerapkan prinsip kehati-hatian. Ya, tentu saja hati-hati. Toh, mereka ingin United kembali berjaya. Ketergesa-gesaan akan buat keputusan besar disesaki risiko buruk.

Enrique paling cepat digugurkan dalam kandidat. Alasannya, eks pelatih Barcelona itu ingin fokus mengarsiteki Timnas Spanyol untuk Piala Dunia 2022. Itu terlalu lama buat United. Lagian, United-Enrique pun belum tentu berjodoh.

Dua nama lainnya, Pochettino dan Lopetegui, mengalami hal serupa dengan latar belakang dan pertimbangan yang berbeda-beda. Jari nasib yang berubah-ubah pun akhirnya mengetuk palu dan berpihak pada sosok bernama Ten Hag.

21 April 2022.

Ten Hag bersikeras memberi tahu skuad Ajax secara langsung bahwa ia akan berlabuh ke Old Trafford musim depan. Pada hari yang sama, United resmi mengumumkan Ten Hag sebagai pelatih musim depan.

Seperti yang sudah-sudah, perkenalan pelatih anyar selalu disertai optimistis yang tinggi. Tinggi sekali. Sampai-sampai, dilansir situs resmi klub, Murtough berkata begini:

"Kami sangat terkesan dengan visi jangka panjang Ten Hag untuk mengembalikan Manchester United ke level yang kami inginkan"

"Selama empat tahun terakhir di Ajax, Erik telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih paling elok dan sukses di Eropa. Ia juga terkenal dengan sepak bola atraktif."

Sedangkan Ten Hag tidak menafikan bahwa beban menjadi pelatih United berat betul. Ada banyak problem. Ada juga sejarah yang sangat berat dipikul. Ada pula ekspektasi besar yang memata-matai.

"Saya tahu sejarah klub ini. Saya juga tahu semangat para fan. Saya benar-benar bertekad untuk mengembangkan klub dan memberikan kesuksesan yang pantas."

***

Kedatangan Ten Hag seperti menghidupkan kembali harapan yang sempat mati suri. Apalagi, United dan kekecewaan sering bergandengan. Mereka seperti kehilangan muruah sebagai klub bergelimang prestasi dan sejarah.

Namun, tidak semua pihak, termasuk pemain United saat ini, menyambut Ten Hag dengan hangat. The Times melaporkan, beberapa pemain United ragu dengan Ten Hag. Keraguan itu berkaitan dengan: Apa betul Ten Hag bisa mengangkat derajat United?

Ah, nada sumbang itu mungkin berdentum karena ada kekhawatiran mereka tidak masuk dalam rencana, taktik, maupun skema Ten Hag. Meragukan Ten Hag juga bukan keputusan bijak. Sebab, Ten Hag sendiri berhasil membangun sepak bola yang indah dan atraktif dalam tubuh Ajax Amsterdam.

Penulis The Flanker Bergas Agung Brilianto dalam artikel bertajuk Tentang Erik ten Hag menjelaskan secara rinci soal taktik dan filosofi pria berusia 52 tahun itu.

Dalam taktik Ten Hag, setiap pemain punya peran untuk menggiring bola secepat mungkin ke depan dan berada dalam posisi pas guna membuat kans. Ia juga menitikberatkan anak asuhnya melakukan third-man run atau pergerakan orang ketiga. Dua hal itu plus pemosisian yang tepat membuat klubnya menemukan ruang dan opsi umpan saat meneror gawang lawan.

Yang paling menarik minat adalah penekanan Ten Hag soal pentingnya pressing. Ia mewajibkan pemain merebut bola dalam waktu tiga detik setelah kehilangan penguasaan. Itu juga yang membuat Ajax versi Ten Hag bermain agresif dan sulit kebobolan.

Taktik dan filosofi tersebut jadi bekal Ten Hag untuk membangun United yang tangguh dalam bertahan maupun menyerang. Sebab, United musim ini betul-betul bermasalah dengan dua hal itu. Singkatnya, mencetak gol kesusahaan, tetapi mudah menerima tembakan.

Musim ini, United kepayahan menahan gempuran lawan. Itu karena mereka bermasalah dengan organisasi permainan dan kedisiplinan mempertahankan bentuk formasi ketika fase defensif.

Ada begitu banyak ruang yang dapat dieksploitasi lawan. Contoh teraktual ketika United keok 0-4 dari Liverpool. Dalam laga itu, Harry Maguire bergerak terlalu depan. Pergerakan itu membuat bentuk bertahan United berantakan. Imbasnya, pemain Liverpool bisa masuk ke dalam kotak penalti, mengkreasikan peluang, dan mencetak gol.

Situasi seperti itu seringkali terjadi. Ketika melawan Everton, Atletico Madrid, Norwich City, dan seterusnya, dan seterusnya. Itu belum ditambah dengan jarak antarpemain belakang United berdekatan. Persoalannya, bek United hanya fokus menggalang kekuatan di satu sisi saja. Sedangkan ruang di sisi lainnya kerap luput dari perhatian. 

Ruang-ruang yang tidak dapat perhatian itu dimanfaatkan betul oleh lawan untuk meneror gawang United dengan umpan silang. Melalui skema umpan silang juga, gawang United acap kebobolan. Dua gol Norwich dalam lanjutan Premier League pada 16 April 2022 pun berasal dari skema tersebut.

Merujuk FBref, ada 159 tembakan tepat sasaran ke gawang United sampai pekan ke-34. Catatan itu terbanyak ketiga setelah Leeds United (190) dan Norwich (178). Statistik itu menunjukkan bahwa United terlalu mudah menerima tembakan tepat ke arah gawang.

United memang punya David De Gea yang tampil oke musim ini. FBref mencatat, saves De Gea musim ini menyentuh angka 159 kali. Catatan itu tertinggi ketiga di Premier League. Label tertinggi ketiga itu tidak hanya memperlihatkan kemahiran De Gea menepis tembakan lawan, tetapi juga membuka aib pertahanan United yang rapuh. Persentase clean sheet United juga hanya 20,6%. Bandingkan dengan Manchester City yang mencapai 57,6% atau Liverpool (60,6%). Jauh sekali.

De Gea pun beberapa kali mengutarakan kekecewaannya. Selain menyebut bahwa United mungkin sedang dikutuk, ia sempat berkata "memalukan" usai United keok 0-1 dari Everton pada 9 April 2022 lalu. Kata-katanya terdengar menyesakkan.

Selain kepayahan dalam bertahan, United juga mengantongi masalah dalam fase ofensif. Dua gelandang tengah mereka, Scott McTominay dan Fred, acap kesulitan memajukan serangan, baik dengan dribel maupun umpan-umpan ke depan. Progresi serangan United pun rutin bertumpu pada Maguire ataupun Luke Shaw.

Karena itu, United sempat kesulitan mengkreasikan peluang. Imbasnya, tembakan United ke gawang lawan tidak bagus-bagus amat. Musim ini, rata-rata tembakan United per 90 menit berada di angka 13,71. Catatan itu jauh di bawah Liverpool (18,52) dan Manchester City (18). Belum lagi United punya masalah soal eksekusi.

[Baca Juga: Eksekusi, Eksekusi, Eksekusi]

Dua hal itu menjadi problem krusial yang mesti Ten Hag tuntaskan dengan secepat-cepatnya pada pramusim. Masa, iya, lini belakang rapuh dan lini depan tumpul.

Berharap banyak pada Ten Hag bukan sesuatu yang merugikan. Toh, ia punya ide jelas dan sudah terbukti mampu membangun klub yang atraktif dan mengasyikkan.

Namun, orang-orang yang banyak berharap pada Ten Hag harus tahu juga bahwa Ten Hag hanya satu bagian kerja dari banyak hal yang perlu dilakukan United.

Selamat datang di Premier League, Ten Hag!