Pratinjau Barcelona vs Real Madrid: Panggungnya para Pemuda

Ilustrasi: Arif Utama

Di antara inkonsistensi kedua kubu, di sanalah para pemain muda berusaha menutup celah dan menunjukkan tajinya.

El Clasico edisi 247 ini tak sebising sebelumnya. Ketiadaan duel Cristiano Ronaldo versus Lionel Messi yang utama. Kepergian mereka memberikan impak besar kepada Real Madrid dan Barcelona. Tak sekadar perkara daya pikat, lebih jauh lagi, yakni konsistensi dan performa. 

Sejak Ronaldo angkat kaki, ketergantungan Madrid kepada Karim Benzema kian meninggi. Sialnya lagi, hanya ia yang bisa mereka andalkan sebagai produsen gol. Sebanyak 34% lesakan Madrid di La Liga musim lalu lahir dari Benzema. Lebih-lebih lagi sekarang, persentasenya meningkat ke angka 41%. 

Barcelona punya cerita sama. Kedatangan Memphis Depay dan Sergio Aguero tak serta merta menutup kepergian Messi. Mereka membutuhkan waktu adaptasi. Aguero lebih-lebih lagi karena baru memulai debutnya pekan lalu. Itulah mengapa Real Sociedad dan Osasuna yang bertengger di pucuk klasemen sementara, bukan Madrid atau Barcelona. Mereka sama-sama terjerat inkonsistensi.

Madrid sempat keok dua kali beruntun dari Espanyol dan FC Sheriff di Liga Champions sebelum menebas Shakhtar Donetsk lima gol tanpa balas. Sementara persentase kemenangan Barcelona dalam 4 laga kebelakang juga hanya 50%. Mereka bahkan keok 0-3 dari Benfica dan 0-2 dari Atletico Madrid. 

Saat masalah datang beruntun, di situlah solusi menjadi kunci. Salah satunya adalah dengan memaksimalkan peran pemain muda.Overall, Madrid-nya Carlo Ancelotti menunjukkan peningkatan signifika, khususnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap Benzema. Ancelotti berhasil mengoptimalkan peran Vinicius Junior sebagai produsen gol. Sudah 7 lesakan dan 3 assist dibuatnya di seluruh kompetisi, sekaligus menjadi pencapaian terbaiknya di Madrid.

Mengacu Understat, xG Vinicius di La Liga surplus 1,4. Itu jauh lebih baik dari torehannya musim lalu yang defisit 3,82. Gol demi gol yang Vinicius suguhkan adalah buah kepercayaan Ancelotti kepadanya. Eks pelatih AC Milan itu melegalkan Vinicius untuk bergerak ke area tengah, tidak sebatas di area tepi saja.

Itu juga didukung dengan pergerakan dinamis Benzema. Keduanya kerap bertukar posisi untuk membiaskan penjagaan bek lawan. Jadi tak heran kalau serangan Madrid terkonsenstrasi di sisi kiri. Whoscored mencatat persentase mereka pada sektor itu dengan angka 40%.

Sinergi Benzema-Vinicius ini terpapar di laga duel terbaru Madrid tengah pekan lalu. Gol pertama Vinicius diawali dari umpan segitiganya dengan Benzema di sisi kiri dan Modric di tengah. Ia merangsek ke kotak penalti kemudian melepaskan tendangan kaki kanan. Pun dengan gol kedua Vinicius yang juga dibantu dengan pergerakan tanpa bola Benzema. Ia menarik dua pemain Shakhtar sehingga memudahkan Vinicius dalam melakukan spesialisasinya: Aksi dribel.

Kemampuan Vinicius dalam bermanuver juga memberi keuntungan buat lini kedua. Ia bisa difungsikan untuk menarik bek kemudian melepaskan umpan ke area strategis. Masing-masing assist-nya ke gawang Shakhtar dan Mallorca adalah sampelnya.Terlebih lagi, Ancelotti telah menambah daya gedor dari tengah dengan memasang Marco Asensio sebagai gelandang. Tujuannya, ya, demi memompa alternatif goalgetter dari lini kedua.

Ramuan Ancelotti tokcer. Madrid rata-rata mencetak 22 gol dalam 8 pementasan. Di belakangnya ada Rayo Vallecano dengan 15 gol, itu pun dengan jumlah pertandingan yang lebih banyak dibanding Madrid.

Di duel besok, Ancelotti kemungkinan akan mengusung permainan cepat demi memanfaatkan transisi buruk Barcelona. Kekalahan telak Blaugrana dari Benfica dan Atletico berasal dari lemahnya mereka dalam mengantisipasi serangan cepat.

Kabar baik buat Madrid karena Barcelona kehilangan Pedri di area tengah. Pun dengan Jordi Alba yang masih diragukan tampil. Bila kapten Timnas Spanyol itu absen, Ronald Koeman terpaksa memainkan Alejandro Balde yang baru mencatatkan 58 menit mentas di musim ini.

Selain itu, Madrid bisa menggunakan set-piece untuk melumpuhkan Barcelona. FYI, hampir 20% gol mereka di La Liga musim ini lahir via bola mati. Ini beririsan dengan sergutnya pertahanan Barcelona dalam mengantisipasi set-piece. Sudah 4 kali gawang mereka bobol dari skema tersebut. Angka itu menjadi yang terburuk di liga, bersama Deportivo Alaves dan Osasuna.

Barcelona bukan tanpa progres. Kemenangan beruntun berhasil diraih pasukan Koeman itu di dua laga terakhir. Adalah Depay yang paling menonjol lewat sepasang gol yang ia lesakkan. 

Perlahan tetapi pasti Depay memang memenuhi apa yang dibutuhkan Barcelona di lini depan. Ia bisa menjadi goalgetter sekaligus kreator serangan. Betul, sebelas-dua belas dengan yang Messi lakoni dulu. Depay mampu bermain melebar dan kerap menjemput bola ke lini tengah. Inilah yang membuat perannya menjadi vital dalam fase ofensif. Depay menjadi pemain tersubur lewat 4 golnya. Belum ditambah dengan rata-rata umpan kuncinya yang menyentuh 2,4 per laga.

Well, fluiditas lini depan Koeman sebenarnya bakal menjadi lebih sempurna andai Aguero fit. Ia adalah striker dengan daya jelajah yang luas, bukan tipe statis yang nangkring di kotak penalti lawan. Menjadi hal yang lumrah saat melihat Aguero bergerak ke sisi sayap atau turun ke dalam untuk terlibat dalam proses pembangunan serangan.

Yang paling dibutuhkan dari Aguero adalah ketajamannya. Ia merupakan topskorer sepanjang masa Manchester City dan masuk daftar 4 besar bomber tersubur Premier League dengan 182 golnya. Masalahnya, Aguero belum bugar betul dan kemungkinan akan masuk di babak kedua. Itu pun jika ia punya waktu cukup untuk mengubah keadaan. 

So, besar kemungkinan Koeman bakal menaruh pundaknya kepada Depay. Tinggal bagaimana ia membentuk support system untuk eks Manchester United itu.

Ansu Fati jelas tak bisa dikesampingkan. Pemilik nomor warisan Messi itu bisa menjadi ancaman buat sisi kanan Madrid. Hampir mirip dengan Vinicius, Fati juga diberi wewenang untuk bertukar posisi dengan Depay sebagai striker tengah. Performanya juga tak buruk. Fati berhasil mencetak satu gol saat tampil sebagai starter versus Valencia pekan lalu. Ia juga menginisiasi gol penalti Memphis di sana.

Satu nama lagi yang tak boleh ketinggalan, Sergino Dest. Koeman belum lama ini mulai menggeser posisinya dari full-back kanan ke winger.

Ini bukan peran yang asing buat Dest. Posisi winger pernah ditempatinya saat bermain dengan Timnas Amerika Serikat dan mencetak gol di kualifkasi Piala Dunia termutakhir. Oh, iya, sebiji assist juga berhasil dibuatnya melawan Valencia pekan lalu. Di sana Koeman memasang Dest di sayap kanan dalam wadah 4-3-3.

Overall, Dest mencatatkan dua umpan kunci di kotak penalti dan 4 dribel sukses (terbanyak kedua setelah Depay). Ini seakan menjawab kebutuhan Barcelona akan Ousmane Dembele di masa lalu.   

Pasalnya, Dest memang punya kecepatan serta kemampuan dribel mumpuni, dan itu memberi dimensi serangan buat Barcelona, tidak sekadar mengandalkan Depay dan juga Alba dari garis belakang. Rata-rata dribel per laga Dest menyentuh 2,8 per laga sekaligus yang tertinggi di Barcelona. Torehan rerata key pass-nya juga tak buruk: 1,4 atau terbanyak ketiga.

So, ada kemungkinan Dest menjadi game changer besok, lewat manuvernya dari sisi kiri pertahanan Madrid. Perlu diketahui bahwa 3 dari 4 gol terakhir Madrid berasal dari sektor yang rutin diisi Miguel Gutierrez itu.