Q & A: Benarkah Juventus Bakal ke Serie B Lagi?

Logo Juventus. (©charnsitr/123RF.COM).

Juventus dicurigai telah melakukan false accounting. Karena itu, mereka bisa didegradasi paksa lagi. Nah, sebenarnya seperti apa, sih, duduk perkaranya? The Flanker coba jelaskan di sini.

Juventus diinvestigasi! Kantor Juventus digerebek! Juventus terancam degradasi! Scudetto Juventus bisa dicabut!

Dalam dua pekan terakhir, kata-kata seperti di atas pasti pernah dibaca oleh kalian yang mengikuti perkembangan sepak bola. Semua itu benar. Juventus memang tengah diinvestigasi, kantor mereka sudah digerebek, mereka terancam degradasi, dan gelar juara mereka bisa saja dicabut.

Tapi... Seperti apa sebenarnya duduk persoalannya? Apa yang sebenarnya terjadi? Pelanggaran macam apa yang dibuat oleh Juventus? Apakah Juventus satu-satunya klub yang diinvestigasi?

Dalam tulisan ini, The Flanker akan mencoba menjawab semua pertanyaan yang mungkin terlintas di kepala kalian.

Q: Hmmm... Juventus lagi, Juventus lagi.

A: Yep, Juventus tersandung lagi. Sepertinya ini memang tahun yang buruk buat mereka. Juventus jadi sasaran tembak penggemar sepak bola karena Presiden Andrea Agnelli mengusulkan pembentukan European Super League. Permainan mereka musim ini pun sangat mengecewakan. Sudah begitu, ada lagi masalah false accounting ini.

Q: Nah, itu. False accounting itu sebetulnya apa, sih?

A: Sederhananya, false accounting adalah pembuatan laporan keuangan yang tidak sesuai kenyataan. Misal, kamu ingin mengajukan kredit untuk memperbaiki kios manggamu. Aslinya, harga mangga per kilonya adalah 27 ribu rupiah, tapi dalam laporan keuanganmu ditulisnya 30 ribu rupiah. Itu sudah false accounting namanya dalam bentuk yang sederhana.

Q: Kalau yang tidak sederhana gimana? Seperti Juventus itu...

A: Nah, false accounting yang dilakukan Juventus ini menyangkut jual beli juga. Jual beli pemain tepatnya. Menurut badan yang melakukan investigasi (CONSOB), Juventus melakukan 42 transaksi mencurigakan. CONSOB ini adalah badan yang meregulasi pasar saham Italia. Karena Juventus merupakan perusahaan publik, mereka mesti mempertanggungjawabkan keuangannya kepada publik. Di sinilah kemudian CONSOB menemukan kejanggalan.

Q: Kejanggalannya seperti apa?

A: Kejanggalannya ada di bagaimana Juventus melaporkan hasil penjualan pemain tadi. Ambil contoh kasus transfer Miralem Pjanic dan Arthur Melo. Pjanic dijual ke Barcelona dengan nilai 60 juta euro. Arthur dibeli dari Barcelona dengan harga 72 juta euro. Sepintas, yang terlihat adalah bahwa Barcelona untung 12 juta euro dari transfer itu. Ya, enggak?

Q: *angguk-angguk kepala*

A: Nah, di laporan keuangan Juventus, yang tertulis bukan seperti itu. Jadi, dalam setiap pembelian pemain, ada istilah amortisasi. Gampangnya, nilai transfer Arthur yang 72 juta euro itu tidak betul-betul bernilai 72 juta tetapi 72 juta dibagi jumlah tahun kontraknya. Arthur dikontrak selama lima tahun. Berarti, harga beli Arthur bukan 72 juta euro tetapi 14,4 juta euro dikali lima.

Q: Lho, bukannya sama saja kalau begitu?

A: Ya dan tidak. Ya, memang 14,4 juta euro dikali 5 itu 72 juta euro. Tapi, untuk kepentingan accounting, angka 14,4 juta euro itu berarti Juventus untung besar dari pembelian Arthur malahan.

Q: Kok, bisa?

A: Bisa, karena begini... Untuk pembelian pemain, nilai yang tercatat dalam laporan keuangan adalah nilai yang teramortisasi tadi. Kenapa? Karena laporan keuangan ini sifatnya tahunan. Nah, sebaliknya, untuk penjualan pemain, nilai yang tercatat adalah nilai utuh. Pertukaran Pjanic-Arthur ini terjadi pada September 2020. Maka dari itu, pada tahun finansial 2020, Juventus malah mendapat untung 45,6 juta euro dari pembelian Arthur. Angka itu didapat dari nilai penjualan Pjanic dikurangi nilai pembelian Arthur yang sudah dibagi lima.

Q: Wah, baru tahu ada seperti ini.

A: Ya, begitulah. Dari awal, barter Pjanic-Arthur ini memang sudah dicurigai sebagai bentuk "akuntansi kreatif", hehehehe.

Q: Tapi, memangnya cuma Juventus yang melakukan ini?

A: Tentu tidak. Ini adalah praktik umum. Di Italia, istilahnya plusvalenza. Secara sederhana, plusvalenza berarti selisih antara harga jual (yang lebih tinggi) dan harga beli (yang lebih rendah). Yang kemudian dipersoalkan CONSOB tadi adalah bagaimana sebuah klub memberi nilai pada seorang pemain. Juventus sendiri disebut melakukan hal ini dalam 42 transfer. Selain Pjanic-Arthur, transfer besar lain yang disorot adalah pertukaran Joao Cancelo dengan Danilo. Sementara, transfer-transfer lain yang bermasalah adalah transfer pemain-pemain dari tim cadangan dan tim junior.

Q: Oke, berarti sebetulnya Juventus ini salah atau tidak?

A: Semua bisa diperdebatkan. Sekali lagi, ini adalah praktik umum. Menurut laporan Tariq Panja di New York Times, praktik seperti ini juga jamak ditemukan di liga-liga lain. Ada klub yang melakukan pertukaran pemain junior tetapi bisa mencatatkan untung jutaan euro di buku akuntansi mereka. Hal ini biasa dilakukan untuk memastikan sebuah klub bisa berkompetisi pada musim berikutnya. Sebab, salah satu syarat bisa ikut kompetisi adalah memiliki keuangan yang sehat.

Q: Hmmm... Menarik. Oh, ya, di kasus ini apakah cuma Juventus yang diinvestigasi?

A: Wah, tentu tidak. Juventus menjadi sorotan utama karena mereka adalah Juventus dan jumlah transfer mencurigakan yang mereka lakukan paling banyak. Akan tetapi, dari kasus ini, yang sebenarnya paling terlihat ngawur adalah Napoli. Napoli adalah alasan kenapa investigasi ini dilakukan. CONSOB sudah mulai melakukan investigasi pada September 2021 tetapi, karena kantor Juventus baru digerebek pada November, baru jadi hebohlah kasus ini.

Q: Oh, begitu. Memangnya apa yang dilakukan Napoli?

A: Soal transfer Victor Osimhen. Secara resmi, Osimhen dibeli Napoli dari Lille dengan nilai 71,25 juta euro. Sebetulnya, transfer Osimhen ini terbilang wajar. Walaupun pada musim 2020/21 market value-nya (per Transfermarkt) cuma 40 juta euro, keputusan Napoli mengeluarkan 71,25 juta euro itu bisa dimengerti karena Osimhen mampu menunjukkan kapasitas sebagai striker kelas atas.

Q: Lha, terus masalahnya di mana?

A: Masalahnya ada di empat pemain yang ditransfer Napoli ke Lille sebagai bagian dari pembelian Osimhen tadi. Orestis Karnezis, Claudio Manzo, Luigi Liguori, dan Ciro Palmieri bergabung dengan Lille sebagai bagian dari transfer Osimhen. Keempat pemain itu masing-masing dihargai 5 juta euro. Jadi, totalnya, Napoli mendapatkan 20 juta euro pada awal musim 2020/21. Dengan kata lain, untuk mendatangkan Osimhen awal musim lalu, Napoli malah untung 6 juta euro!

Q: Wah, gila! Ini karena amortisasi tadi, ya?

A: Yak, betul! Nah, problemnya, dari empat pemain yang dilepas ke Lille tadi, cuma Karnezis yang layak masuk tim utama, walaupun statusnya adalah kiper cadangan. Sementara, menurut laporan Adam Digby di Forbes, Palmieri dan Liguori sekarang bermain di Serie D, sementara Manzo berstatus pemain semi-profesional. Artinya, mustahil mereka semua harganya 5 juta euro. Bahkan, menurut Transfermarkt, market value Karnezis di musim 2020/21 itu cuma 500 ribu euro.

Q: Waduh... Ngaco juga Napoli, ya.

A: Makanya ini langsung memicu kecurigaan otoritas terkait di Italia.

Q: Terus, respons mereka sendiri gimana?

A: Napoli, sih, sepertinya tidak takut. Waktu ditelepon kontributor New York Times di Italia, presiden mereka, Aurelio de Laurentiis, bilang begini malahan: "Saya gak takut, saya 'kan jagoan." Hahahahahahaha.

Q: Kalau Juventus?

A: Juventus lebih serius tanggapannya, terutama karena mereka adalah perusahaan terbuka tadi. Jadi, false accounting ini bisa dilihat sebagai public fraud alias penipuan publik. Tiga target investigasi utama di kubu Juventus adalah Agnelli, Pavel Nedved, dan mantan direktur olahraga mereka yang sekarang di Tottenham Hotspur, Fabio Paratici. Direktur olahraga Juventus yang baru, Federico Cherubini, dan CEO baru Maurizio Arrivabene juga sudah diperiksa sebagai saksi. Sementara, CEO EXOR (perusahaan induk Juventus), John Elkann, yang juga keponakan Agnelli, meyakinkan pihak mereka bakal bekerja sama seratus persen dengan pihak berwenang.

Q: Hmmm... Bener enggak, sih, Juventus bisa didegradasi?

A: Bisa banget, karena sebelumnya sudah pernah ada kasus mirip. Tahun 2018, Chievo Verona ketahuan melakukan false accounting dan akhirnya kena hukuman pengurangan poin plus denda.

Q: Lha itu cuma pengurangan poin...

A: Ya, betul, tapi pelanggaran yang dilakukan Chievo cuma satu. Mereka ketahuan menggelembungkan nilai pemain junior yang dilepas ke Cesena. Sementara, transfer mencurigakan Juventus ada 42, dengan dua di antaranya melibatkan pemain ternama. Ditambah lagi, dari 2012 sampai 2020 Juventus selalu juara Serie A. Menurut Presiden CODACONS (badan perlindungan konsumen Italia), Marco Donzelli, Juventus mengungguli rival-rivalnya dengan cara yang tidak sah. CODACONS pulalah yang berniat mendegradasikan Juventus ke Serie B.

Q: Oke. Itu 'kan baru omongan dari CODACONS. Kenyataannya, mungkin gak Juventus turun lagi ke Serie B?

A: Entahlah. Yang jelas, menurut laporan La Repubblica, ada dua orang kepercayaan Agnelli yang kedapatan bilang begini: "Cuma Calciopoli yang lebih buruk dari ini." Kalau ucapan itu benar, artinya ada kekhawatiran yang nyata dari pihak Juventus. Yang jelas, hukuman degradasi itu baru akan terjadi apabila Juventus terbukti melakukan pelanggaran di bidang olahraga.

Q: Seperti Calciopoli dulu?

A: Well... Juventus sebetulnya terbukti tidak bersalah, lho, dalam Calciopoli. Sayangnya, pembuktian itu datang terlambat. Tapi, ya, sifatnya sama seperti Calciopoli. Dalam Calciopoli, pelanggaran yang terjadi adalah pelanggaran olahraga (pengaturan hasil pertandingan untuk kepentingan kompetitif) dan itulah mengapa hukuman yang dijatuhkan berupa pengurangan poin serta degradasi. Keputusan apakah Juventus melakukan pelanggaran olahraga di kasus false accounting ini akan dibuat oleh FIGC.

Q: Oke, oke. Terus, konsekuensi untuk Agnelli, Nedved, dan Paratici bagaimana?

A: Sampai sekarang belum ada laporan yang menyebutkan konsekuensi bagi ketiga petinggi Juventus itu. Ada selentingan kabar yang menyebut mereka semua bisa dicopot oleh Elkann. Tapi, oleh Elkann, itu semua sudah dibantah. Sejak 2017, hubungan Elkann dan Agnelli sudah mengalami keretakan tetapi, sekali lagi, sampai sekarang sepertinya status quo akan bertahan. Kabarnya, investigasi ini bakal berlangsung sampai sekitar sebulan lagi. Jadi, tunggu saja keputusannya di akhir Desember, mungkin.

A: I see. Baiklah kalau begitu, terima kasih atas penjelasannya.

Q: Don't mention it.