Q&A: Semua yang Perlu Kamu Tahu soal Sistem Baru Liga 1

Ilustrasi: Arif Utama.

Setelah menghilang lebih dari setahun karena pandemi, Liga 1 akhirnya kembali. Namun, kali ini bakal berlangsung dengan cara yang berbeda.

Riuh Liga 1 Indonesia segera kembali. Yep, setelah lebih dari setahun menghilang karena pandemi COVID-19 yang menyerang, kompetisi tertinggi sepak bola Tanah Air tersebut bakal digelar per Jumat (27/8/2021). Lantas, apakah itu berarti pandemi sudah usai?

Tentu saja belum, Bung dan Nona sekalian. Jumlah kasus dan angka kematian yang terus muncul membuktikan bahwa pandemi masih jadi masalah utama dunia ini, termasuk Indonesia. Itulah kenapa, Liga 1 musim ini bakal digelar dengan cara yang tak biasa.

Bukannya Liga Indonesia memang enggak ada yang biasa tiap musimnya?

Hahaha, betul, tapi ini jauh lebih enggak biasa lagi.

Gimana?

Digelar selama pandemi COVID-19 udah bisa disebut enggak biasa. Itu satu. Kedua dari segi sistem. PT Liga Indonesia Baru (LIB) menjelaskan, Liga 1 musim ini bakal berjalan dengan sistem seri sebagai upaya mencegah penularan COVID-19. Kira-kira mirip kompetisi basket profesional Indonesia (IBL) atau Liga Futsal Indonesia.

Lebih jauh, bakal ada enam seri selama kompetisi yang terbagi dalam tiga klaster. Klaster 1 meliputi tiga wilayah, yakni Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, klaster 2 terdiri dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan klaster 3 di Jawa Timur. Jadi enggak ada sistem kandang-tandang.

Seri pertama berlangsung per 27 Agustus di Klaster 1, lalu berlanjut ke seri kedua di Klaster 2, kemudian seri ketiga di Klaster 3. Seri keempat tetap akan digelar di Klaster 3, seri kelima di Klaster 2, sedangkan seri terakhir berlangsung di Klaster 1 sekaligus menutup kompetisi.

Meski urutannya sudah mutlak seperti itu, jadwal pada tiap klasternya bisa saja berubah-ubah mengikuti situasi COVID-19 di daerah terkait. Jika Stadion Wibawa Mukti dan Stadion Patriot Candrabagha tidak bisa digunakan karena pandemi di Bekasi yang tiba-tiba meninggi, pertandingan akan dipindahkan ke Stadion Pakansari atau stadion mana pun di klaster yang sama.

Oh, ya, soal stadion, ada 24 yang bakal jadi venue. Klaster 1 di antaranya adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno, Stadion Madya, Stadion PTIK, Stadion Indomilk Center, Stadion Pakansari, Stadion Patriot, Stadion Wibawa Mukti, Stadion Si Jalak Harupat, dan Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Sementara itu, terdapat enam stadion untuk klaster Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta atau Klaster 2, yakni Stadion Jatidiri Semarang, Stadion Citarum, Stadion Moch. Soebroto, Stadion Manahan, Stadion Maguwoharjo, dan Stadion Sultan Agung.

Untuk Klaster Jawa Timur, terdapat sembilan stadion. Stadion tersebut adalah Stadion Gelora Bung Tomo, Stadion Gelora 10 November, Stadion Gelora Delta, Stadion Bangkalan, Stadion Joko Samudro, Stadion Surajaya, Stadion Brawijaya, Stadion Gajayana, serta Stadion Kanjuruhan.

Kenapa cuma di Jawa?

PT LIB punya pertimbangan yang masuk akal kenapa cuma memilih Jawa. Menurut mereka, akses transportasi di Jawa lebih terjangkau ketimbang daerah lain, infrastruktur dan stadion di sana juga jauh lebih banyak dan memadai daripada daerah lain.

LIB juga berkaca pada penyelenggaraan Piala Menpora 2021 yang berlangsung pada 21 Maret hingga 25 April. Waktu itu, turnamen ini digelar di beberapa wilayah yang semuanya Jawa: Bandung (Jawa Barat), Sleman (DIY), Surakarta (Jawa Tengah), dan Malang (Jawa Timur).

Omong-omong, Piala Menpora sebetulnya jadi semacam masa pramusim sebelum bergulirnya Liga 1. Tadinya, sih, bakal digelar pada Juni, tetapi pandemi yang lagi parah-parahnya bikin rencana itu batal. Terlebih, izin dari Polri enggak keluar. Liga 1 akhirnya ditunda.

Nah, sekarang, izin sudah keluar. LIB pun berani memastikan bahwa Liga 1 bakal berlangsung mulai 27 Agustus. Namun, Polri mewajibkan penerapan protokol kesehatan ketat. Pertama, semua laga mesti berlangsung tanpa penonton di stadion. Kedua, tak boleh ada kegiatan nonton bareng.

Kira-kira penerapannya persis Piala Menpora 2021 kemarin. Lagi-lagi PT LIB menjelaskan bahwa turnamen tersebut memang menjadi rujukan bagi mereka untuk menerapkan protokol kesehatan selama berlangsungnya kompetisi musim ini. Apalagi pandemi memang belum selesai.

Kalau pandemi belum selesai, kenapa nekat menggelar kompetisi?

Salah satu alasannya demi pembentukan Timnas Indonesia. Menurut Menpora Zainudin Amali, kompetisi penting untuk menyeleksi calon pemain Timnas sekaligus membuat para pemain tersebut terbiasa bertanding sebelum terlibat di sejumlah agenda. Dalam beberapa tahun ke depan memang banyak agenda penting yang melibatkan Timnas, termasuk Piala Dunia U-20 2023 yang digelar di Indonesia.

Oke kalau begitu. Apa lagi yang kira-kira diadopsi dari Piala Menpora?

Sistem bubble to bubble. Menurut Menpora, sistem ini adalah upaya melangsungkan semua laga secara terpusat dengan proteksi bubble to bubble. Maksudnya, tiap klub akan membuat bubble untuk membatasi ruang gerak pemain, pelatih, dan ofisial dengan protokol kesehatan.

Istilah lazimnya: Karantina. Jadi, seluruh personel yang terlibat sepanjang penyelenggaraan Liga 1 wajib menerapkan protokol tersebut saat beraktivitas seperti latihan dan bertanding dari satu tempat ke tempat lain. Oh, ya, semua transportasi selama penyelenggaraan kompetisi ini ditanggung PT LIB.

Bagi siapa saja yang melanggar aturan itu, termasuk pemain, akan mendapatkan sanksi tegas berupa larangan menghadiri pertandingan. Namun, sampai sekarang belum ada penjelasan rinci dari LIB terkait berapa pertandingan yang tak boleh dihadiri.

Karena banyak mengikuti konsep Piala Menpora, berarti Liga 1 bakal berjalan dengan format setengah kompetisi?

Enggak. Kayaknya itu salah satu yang berbeda dari Piala Menpora. Berdasarkan penjelasan PT LIB, Liga 1 musim ini tetap berjalan dengan sistem kompetisi penuh. Masing-masing tim bakal melakoni 34 pertandingan sebagaimana Liga 1 musim-musim sebelumnya.

Namun, ya, itu tadi, tidak dalam sistem kandang-tandang karena penyelenggaraannya ditetapkan di daerah tertentu berdasarkan klaster yang sudah dirancang sebelumnya. Semuanya digelar secara berututan, mulai dari Klaster 1, Klaster 2, dan Klaster 3.

Kayaknya sudah cukup soal format. Soal pesertanya sendiri, ada berapa klub?


Sama seperti Liga 1 sebelumnya, ada 18 klub yang ikut serta. Arema FC, Bali United, Barito Putera, Bhayangkara FC, Borneo FC, Madura United, Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, Persipura Jayapura, Persib Bandung, PSS Sleman, PSIS Semarang, PSM Makassar, Persija Jakarta, TIRA Persikabo, Persik Kediri, Persita Tangerang, Persiraja Banda Aceh.

Siapa yang bakal juara?

Soal ini, coba tanya pada rumput yang bergoyang. Ada-ada saja. Hadeh.