Rafael Leao Melesat seperti Gol Kilatnya

Foto: Twitter @RafaelLeao7

Sejak belia, Rafael Leao sudah menunjukkan bahwa ia bisa menjadi bintang di masa depan. AC Milan beruntung mendapatkannya.

Wasit Maurizio Mariani yang jadi pengadil di laga Sassuolo vs AC Milan meniup peluit tanda sepak mula. Milan tidak membuang-buang waktu; setelah mengoper gigi untuk melaju, pedal gas mereka injak dalam-dalam.

Rossoneri lebih dulu memulainya dengan sentuhan Brahim Diaz kepada Hakan Calhanoglu. Pemain asal Turki itu lalu membawa bola ke depan lalu memberikannya kepada Rafael Leao. Dengan dua kali dribel, Leao lalu melesakkan bola ke gawang Sassuolo.

Seseorang, tolong panggil ambulans. Baru saja terjadi kecelakaan dengan Sassuolo sebagai korbannya.

Kiper Andrea Consigli sudah berusaha. Namun apa daya, tangannya tak bisa menjangkau sepakan Leao. Gol tercipta dengan waktu 6,2 detik saja!

Ada rekor baru di balik gol tersebut. Pemain bernama lengkap Rafael Alexandre da Conceição Leao itu menjadi pencetak gol tercepat sepanjang masa Serie A.

Leao mengungguli catatan sembilan tahun lalu yang dibuat Paolo Poggi dari Piacenza. Kala itu, Poggi membuat gol ke gawang Fiorentina dalam waktu delapan detik setelah sepak mula.

***

Akhir musim 2017/18 menjadi waktu yang kelam untuk Sporting CP. Saat sedang menjalani latihan, staf pelatih dan pemain Sporting diserang oleh kelompok suporternya sendiri.

Sekitar 50 orang suporter datang dengan penutup wajah. Hal itu membuat rupa mereka tak bisa diidentifikasi oleh siapa pun. Para suporter itu mengganggu latihan dan menyerang pemain-pemain Sporting.

Imbas aksi tersebut, penyerang asal Belanda, Bas Dost, mengalami luka di bagian kepala. Staf kepelatihan dari Sporting juga mengalami cedera akibat insiden tersebut.

Aksi brutal para suporter diduga karena gagalnya Sporting lolos ke Liga Champions musim selanjutnya. Para suporter juga kecewa dengan penampilan para pemain sepanjang musim tersebut.

Tragis untuk Sporting, sembilan pemain memilih untuk memutus kontrak dan pergi. Salah satu yang memilih untuk pergi meninggalkan Sporting adalah Rafael Leao.

Padahal, Leao merupakan didikan akademi Sporting CP. Sejak musim 2012/13 Leao sudah memilih untuk bermain di tim junior Sporting.

Perjalanan Leao untuk melakukan debut di tim utama Sporting juga terbilang mulus. Pelatih Sporting kala itu, Jorge Jesus, kesengsem dengan penampilan Leao di tim reserves. Bagaimana tak tertarik, Leao bisa membuat tujuh gol dalam 12 penampilan bersama Sporting reserves.

Leao juga disebut-sebut sebagai pemain terbaik akademi Sporting sepanjang sejarah --mengalahkan Cristiano Ronaldo ketika seusianya.

"Saya meminta Jorge Jesus untuk membawanya ke tim utama. Saya berkata ke Jorge saat itu 'Gelson Martins memang memiliki talenta, tetapi Rafael Leao pemain terbaik akademi Sporting sepanjang sejarah’. Di usia yang sama, Leao lebih baik dari Cristiano Ronaldo," ujar Tiago Fernandes yang bekerja di Akademi Sporting seperti dilansir L'Equipe.

Jadilah Jorge Jesus memberikan debut untuk Leao di tim utama pada Februari 2018. Saat itu, Leao berusia 18 tahun 8 bulan 1 hari. Melawan CD Feirense, Leao masuk menggantikan Bryan Ruiz pada menit ke-69.

Sayang, karena penyerangan dari suporter itu, karier Leao di tim utama Sporting tak berlangsung lama. Pada akhir musim debutnya, Leao memilih minggat. Pemain yang lahir 10 Juni 1999 itu memutus kontrak dengan Sporting dan pindah secara gratis.

Foto: Leao dan Bruno Fernandes (kiri) ketika sama-sama memperkuat Sporting.

Lille jadi tempat pelabuhan Leao selanjutnya, meski ada kabar bahwa Manchester City juga mengincarnya. Potensi yang Leao miliki membuat jurnalis-jurnalis menyebut dirinya sebagai Kylian Mbappe dari Portugal.

"Lille adalah tim yang diisi oleh pemain-pemain muda dan Leao sangat cocok dengan apa yang mereka ingin lakukan. Dia seorang pemain depan yang kuat dan memiliki penyelesaian akhir yang bagus. Usianya baru 19 tahun," ucap Jurnalis French Football, Julien Laurens, seperti dilansir BBC.

"Mereka memanggil Leao, Mbappe dari Portugal. Dia adalah pemain yang mesti diawasi di masa depan," tambahnya.

Betul saja, Leao tampil mengilap bersama Lille. Di Ligue 1, Leao sukses menorehkan delapan gol dari 24 pertandingan. Catatan golnya itu tertinggi ketiga di Lille setelah Nicolas Pepe dan Jonathan Bamba. Rata-rata attempts yang dilakukan Leao juga cukup tinggi di angka 1,5 per laganya.

Pada musim perdananya itu, Leao langsung mengantarkan Lille ke Liga Champions. Mereka menempati posisi kedua di bawah tim bertabur bintang, Paris-Saint Germain. Namun, cuma semusim kiprah Leao bersama Lille. Setelah itu, pemain yang memiliki darah Angola ini hijrah ke AC Milan.

***

Leao merupakan pemain yang cukup versatile. Tak cuma bisa bermain sebagai winger, ia juga bisa menjadi second striker maupun penyerang tengah.

Memiliki tubuh yang tinggi, tak membuat Leao kehilangan kecepatan. Anugerah kecepatan yang luar biasa ini membuat Leao mampu melakukan dribel melewati lawan dengan mudah.

Bersama Milan di musim ini, Leao lebih banyak bermain di sisi tepi. Kombinasinya dengan Theo Hernandez di sisi kiri membuat serangan Milan lebih bervariasi.

Leao tak cuma bertugas menjadi pendulang gol, tetapi juga menjadi pelayan untuk Zlatan Ibrahimovic yang merupakan penyerang tengah Milan. Catatan assist Leao cukup menjanjikan; sejauh ini Leao sudah mengemas tiga assist untuk Milan di Serie A, terbanyak kedua setelah Hakan Calhanoglu.

Expected assist (xA) Leao berada di angka 2,31. Catatan tersebut merupakan tertinggi ketiga di bawah Calhanoglu dan Ante Rebic.

Salah satu kelebihan Leao lainnya adalah mengacau di area half space lawan. Ya, dengan kecepatannya itulah, Leao bisa berlari dan membuyarkan tatanan pertahanan lawan.

WhoScored menyebut bahwa Leao rata-rata melakukan 1,8 dribel sukses per laga musim ini. Golnya ke gawang Sassuolo adalah bukti dari cepatnya pergerakan Leao untuk mengelabui lawan-lawannya.

***

Stefano Pioli punya banyak alasan buat tersenyum. Selain performa Milan yang masih relatif bagus hingga menjelang pergantian tahun, ia juga memiliki sejumlah pemuda menjanjikan: Leao, Alexis Saelemaekers (21), dan Jans Petr Hauge (21).

Ketiganya menjadi bagian dari skuad yang betul-betul diinginkan Pioli. Senyumnya makin mengembang manakala pemain-pemainnya mengeksekusi rencana yang ia susun dengan baik, termasuk juga gol cepat ke gawang Sassuolo itu.

"Pujian untuk Calhanoglu, Brahim Diaz dan Leao, yang melakukan gerakan dengan tepat," kata Pioli seperti dilansir Goal.

Perjalanan karier Leao masih sangat panjang. Saat ini saja usianya baru menginjak 21 tahun. Masih banyak tinta-tinta emas yang bisa ia gores di kancah sepak bola dunia.