Ramuan Ajaib Inzaghi

Foto: @inter

Ramuan Inzaghi berhasil di laga perdana. Bagaimana selanjutnya?

Simone Inzaghi punya beban besar saat menerima tawaran Inter Milan. Ia tidak hanya dituntut untuk mempertahankan apa yang diraih oleh Antonio Conte pada musim lalu, tetapi juga menjaga situasi ruang ganti pemain yang tengah pelik akibat masalah finansial.

Menurut sumber La Gazetta dello Sport di Inter, Inzaghi dipilih karena ia sosok yang tak banyak masalah. Lima tahun melatih Lazio, ia jarang meminta hal yang tidak masuk akal. Ia berusaha semua orang nyaman, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Saat memulai sesi pramusim, ia tampak dekat dengan seluruh pemain. Christian Eriksen yang sempat mampir di sesi latihan bahkan ia peluk dengan hangat seperti sahabat yang sudah lama tidak bersua.

Semua kehangatan tersebut tidak akan tampak saat berbicara tentang pertandingan. Saat menerima pinangan Inter, ia disebut dengan gamblang meminta manajemen untuk tidak melepas Marcelo Brozovic dan Lautaro Martinez pada musim panas ini.

Ia juga meminta keleluasaan untuk memainkan gaya bermain apa yang ada di kepalanya. Sekali pun hasil yang diraih Conte terbilang istimewa, Inzaghi yakin ia punya rencana yang patut diperhitungkan.

***

Inter memulai musim 2021/22 dengan pola dasar 3-5-1-1. Pola ini tidak jauh berbeda dengan apa yang jadi pakem ia selama melatih Lazio, 3-5-2. Begitu pula dengan yang digunakan oleh Conte pada musim lalu.

Edin Dzeko diplot sebagai penyerang utama dalam pola tersebut. Di belakangnya, ada Stefano Sensi yang musim lalu banyak dipasang dari bangku cadangan dan berkutat dengan cedera. Sementara itu, Hakan Calhanoglu diplot sebagai pengganti Eriksen di sektor gelandang.

Pilihan tersebut berbuah manis. Inter menang 4-0 atas Genoa. Calhanoglu dan Dzeko bahkan sama-sama berhasil menciptakan 1 gol dan 1 assist. Dua gol Inter lainnya dibuat oleh Arturo Vidal dan Milan Skriniar.

Secara permainan, Inzaghi mengedepankan perpindahan bola-bola pendek dengan cepat. Hal ini berbeda dengan apa yang diadopsi oleh Conte musim lalu, yang menjadikan umpan panjang sebagai salah satu kunci mencecar pertahanan lawan.

Dari laga melawan Genoa, Inter membuat 236 umpan pendek. Jumlah tersebut meningkat jauh dari musim lalu yang rata-ratanya mencapai 191 umpan pendek per 90 menit. Pada akhirnya, perubahan tersebut juga membuat Inter berhasil melepaskan 13 umpan ke dalam kotak penalti, berbanding 11,3 umpan per 90 menit musim lalu.

Perbedaan tidak hanya dari cara Inter membangun serangan saja. Saat menyerang, Inzaghi memberikan kebebasan pemain untuk mencari posisi. Kebebasan ini berdampak pada serangan Inter yang amat cair, terutama di area belakang penyerang, yang ditempati Calhanoglu, Sensi, dan Barella.

Posisi Calhanoglu musim lalu ditempati oleh Eriksen. Meski sama-sama ditempatkan piawai menjadi advanced playmaker, Calhanoglu lebih rajin untuk bergerak ketimbang Eriksen.

Meski demikian, Inzaghi tampak seperti membuat Calhanoglu memiliki peran yang berbeda dengan Eriksen. Ia tidak tampak bermain sebagai playmaker, melainkan gelandang serang murni.

Untuk membantu Calhanoglu, tidak jarang satu di antara Sensi dan Barella ikut naik. Jika salah satunya naik, yang lain akan bertugas untuk mengkover posisi yang ditinggalkan. Rotasi tersebut bakal berjalan terus menerus seiring pergerakan masing-masing pemain.

Kreativitas tiga pemain tersebut berpengaruh besar atas kemenangan lawan Genoa. Dua dari empat gol Inter, yang diciptakan oleh Calhanoglu dan Vidal, adalah buah perpindahan posisi pemain-pemain di belakang Dzeko.

Pendekatan tersebut berbeda dengan Conte yang mengedepankan kedisplinan pemain. Hanya Martinez, Romelu Lukaku, atau Barella yang terus menerus mendapatkan kesempatan bergerak di kotak penalti saat menyerang.

Kebebasan Inzaghi bisa dilihat dari tingginya posisi dua bek tengah, Milan Skriniar dan Alessandro Bastoni, saat membangun serangan. Total 17 umpan bahkan mereka lepaskan dari daerah permainan Genoa sepanjang pertandingan.

Pergerakan Skriniar dan Bastoni di laga vs Genoa - Foto: Squawka


Satu pemain yang minim mendapatkan kebebasan barangkali Dzeko. Alih-alih menjadi seperti Lukaku yang diberikan banyak keleluasaan oleh Conte musim lalu, Dzeko justru lebih diinstruksikan untuk jadi pemantul.

Namun, pilihan ini tak salah juga. Dzeko, yang tak seagresif Lukaku, mampu bermain dengan flamboyan. Ia bahkan mencetak 4 shot-creating actions atau aksi yang berbuah percobaan di laga ini.

Inzaghi juga mengubah cara Inter saat kehilangan bola. Saat Conte memilih untuk lebih dulu kembali ke area masing-masing untuk merebut bola, Inzaghi justru bereksperimen dengan merebut bola secepat mungkin.

Pilihan tersebut membuat Inter banyak mendapatkan keuntungan dari kesalahan lawan. Salah satunya yang didapatkan oleh Barella pada menit ke-12, yang berhasil kembali membuat Inter menguasai bola.

Pendekatan-pendekatan tersebut bisa saja berubah mengingat Inter masih menyimpan Martinez yang punya tipikal berbeda dengan Dzeko. Tipe Martinez yang lebih liat ketimbang Dzeko bisa jadi bakal membuat Inzaghi berpikir pendekatan lain. Belum lagi dengan adanya Joaquin Correa yang piawai bermain di banyak peran.

***

Perubahan ini membuat kiprah Inzaghi sangat layak untuk diperhatikan. Meski secara pola tak jauh berbeda dengan Conte, ia memeragakan sepak bola yang jauh berbeda: Terus menekan lawan dan amat cair di depan.

Yang jadi persoalan, pilihan ini belum sepenuhnya teruji. Begitu pula dengan Inzaghi yang tak punya catatan meyakinkan saat bertemu klub besar, seperti Juventus, Napoli, Roma, Milan, dan Atalanta.