Real Madrid sebagai Tuan Hyde

Foto: Twitter @realmadrid

Jika ini adalah lakon Dr Jekyll dan Tuan Hyde, Real Madrid sedang memperlihatkan sisi terburuknya. Zinedine Zidane pun menghadapi problem berat untuk mengangkat performa Los Merengues.

Real Madrid mengumumkan dua jersi anyar pada Juli 2020 --tentu saja kedua jersi tersebut bakal mereka gunakan untuk musim 2020/21. Kedua jersi tersebut tak ubahnya Dr Jekyll dan Tuan Hyde; yang satu adalah identitas asli Madrid, yang lain adalah wajah buruk pembawa petaka.

Seperti biasa, jersi home mereka menggunakan warna dasar putih. Banyak cerita mengapa Madrid memilih jersi berwarna putih, salah satunya mengatakan bahwa warna putih pada jersi Madrid sebagai penghormatan kepada Corinthian --klub asal Inggris itu dianggap sebagai contoh dari nilai-nilai permainan Madrid.

Ada juga yang mengatakan Madrid memilih warna yang simpel untuk jersinya. Pada awal sepak bola dulu, semua orang yang bermain menggunakan baju berwarna putih. Hanya ikat pinggang berwarna yang membedakan. Ketika sepak bola mulai berkembang, Madrid memutuskan untuk terus mengenakan warna putih tersebut.

Untuk laga tandang, Madrid memilih warna pink untuk membaluti tubuh para pemainnya. Tentu Madrid tidak sembarangan memilih jersi warna tersebut. Madrid merancang jersi itu untuk mencerminkan budaya seni kontemporer ibu kota Spanyol dan Plaza de Cibeles, tempat mereka berpesta saat juara.

Namun, selayaknya Hyde, Madrid justru memperlihatkan perangai buruk manakala memakai jersi berwarna pink. Ambil contoh pada musim 2014/15 ketika Madrid juga menggunakan jersi pink untuk laga tandang. Pada musim tersebut, Madrid tak meraih gelar sama sekali. Gelar Liga Champions yang mereka dapatkan di musim sebelumnya harus berpindah ke tangan rival mereka yaitu Barcelona.

***

Senin (9/11/2020) dini hari WIB, Mestalla menjadi kuburan untuk Real Madrid. Melawan tuan rumah Valencia, Madrid takluk dengan skor telak: 1-4.

Kekalahan tersebut merupakan yang kedua untuk Madrid pada musim ini di La Liga. Untuk di semua kompetisi, kekalahan tersebut menjadi yang ketiga kalinya. Tak cuma itu, kekalahan dari Valencia tersebut merupakan yang terbesar selama Madrid dilatih Zinedine Zidane.

Madrid memang menjalani awal musim La Liga 2020/21 dengan tidak mulus. Hingga laga ke delapan, Los Merengues sudah dua kali kalah dan sekali imbang. Bandingkan dengan musim lalu yang meraih tiga imbang dan lima kali menang pada periode yang sama.

Tentu, kami tidak akan menyalahkan jersi pink sebagai biang kekalahan Madrid. Meski, dua kekalahan yang didapatkan Madrid musim ini ketika mereka menggunakan jersi pink. Jersi itu juga yang dipakai Madrid saat kalah dari Manchester City pada babak 16 besar Liga Champions musim lalu.

Jadi apa saja yang membuat Madrid terseok-seok musim ini?

Lini Belakang yang Bobrok

Masalah Madrid yang paling terlihat, ya, lini belakangnya. Pada laga versus Valencia, misalnya, empat gol yang tercipta ke gawang Thibaut Courtois merupakan andil dari buruknya koordinasi serta konsentrasi pertahan El Real.

Bayangkan, empat bek yang dipasang Zidane di laga tersebut, semua melakukan kesalahan berujung gol. Lucas Vazquez dan Sergio Ramos menyentuh bola dengan tangannya di kotak penalti dan berujung tendangan 12 pas. Kemudian ada Marcelo yang menjatuhkan Maximiliano Gomez dan berujung ke penalti juga. Terakhir, ada Raphael Varane yang membuat gol ke gawang sendiri.

Untuk Varane, ini yang kedua kalinya bek asal Prancis melakukan gol bunuh diri. Sebelumnya, Varane membuat gol bunuh diri saat Madrid takluk oleh Shakhtar Donetsk pada matchday perdana Liga Champions.

Sampai sejauh ini, gawang Madrid sudah bobol sebanyak 16 kali di semua ajang. Cuma tiga kali mereka bisa menjaga gawangnya nirbobol.

Khusus di La Liga, Madrid sudah kebobolan 14 gol dari delapan pertandingan. Itu berarti ada rata-rata 1,45 gol per laga yang masuk ke gawang Madrid. Catatan tersebut menjadi yang paling tinggi di era Zidane.

Cedera yang dialami sejumlah pemain di lini belakang juga mempengaruhi penampilan Madrid. Dani Carvajal, Alvaro Odriozola, dan Nacho yang harus masuk ruang perawatan membuat Zidane kudu memasang Vazquez di posisi bek kanan.

Tergerusnya penampilan Ramos dan Marcelo karena usia juga membuat lini belakang dari Real Madrid rapuh. Apalagi, Madrid juga suka memasang garis pertahanan yang tinggi. Hal ini tentu membuat mereka harus memiliki bek tengah yang punya kecepatan untuk bisa meng-cover lubang-lubang yang ada di pertahanan.

Kualitas Pelapis yang Belum Memadai

Dua kekalahan yang Madrid terima dari Cadiz dan Valencia terjadi karena Casemiro tak bermain. Pada laga melawan Valencia, Casemiro urung bermain karena tertular virus corona. Saat melawan Cadiz, Casemiro baru main pada babak kedua ketika Madrid sudah tertinggal 0-1.

Di tengah jadwal yang padat, Madrid belum memiliki gelandang pelapis yang mumpuni. Sejauh ini, cuma ada Federico Valverde yang punya kemampuan memadai sebagai pelapis Toni Kroos, Luka Modric, dan Casemiro. Martin Odegaard dan Isco terbilang inkonsisten.

Sial bagi Madrid, tiga gelandang utama mereka sudah berumur dan rentan cedera. Kroos saja sudah dua kali absen membela Madrid musim ini karena masalah cedera.

Lini tengah memang menjadi titik vital Madrid. Terlebih, sebanyak 60 persen Madrid terserang dari tengah. Bahkan, 36 persen shots yang diterima Madrid didapat dari luar kotak penalti.

Pada bursa transfer musim panas lalu, Madrid sama sekali tak belanja pemain. Alih-alih belanja pemain, Madrid malah meminjamkan pemainnya, seperti Dani Ceballos, Brahim Diaz, dan Gareth Bale, ke klub lain.

Keputusan tersebut membuat Madrid harus mengandalkan pemain-pemain mudanya sebagai pelapis. Namun, jomplangnya kualitas para pelapis membuat Madrid tertatih-tatih menjalani kompetisi yang padat ini.

Tak cuma lini tengah, lini depan juga menjadi problem. Sejauh ini, Madrid rata-rata membuat 1,91 gol per pertandingan. Catatan itu lebih rendah dari pencapaian Madrid musim lalu dengan jumlah laga yang sama.

Hanya Karim Benzema yang terus aktif membuat gol. Penyerang asal Prancis itu sudah membukukan enam gol dan tiga assist untuk Madrid di semua kompetisi. Jumlah itu menjadikan Benzema pembuat gol terbanyak sementara untuk Madrid musim ini.

Apesnya, Benzema tak memiliki pelapis yang memadai. Luka Jovic yang seharusnya bisa membantu Benzema untuk menopang lini serang malah mandul. Sampai saat ini, Jovic belum membuat gol dan assist di semua ajang untuk Madrid. Padahal, eks penyerang Eintracht Frankfurt itu sudah diberi kesempatan tampil sebanyak lima kali.

Jovic seharusnya bisa menjadi pelapis yang baik untuk Benzema. Apalagi, manajemen Madrid sudah memberikannya kepercayaan dengan tidak merekrut penyerang lain di bursa transfer musim panas lalu. Namun, kenyataannya...

***

Ketika Anda mengira problem Madrid sudah selesai sampai di situ, masalah lainnya justru muncul.

Marca, media yang cukup sering menjadi corong El Real, mengabarkan bahwa ruang ganti Madrid memanas usai kalah dari Valencia. Menurut mereka, pemain-pemain Madrid tidak puas dengan pilihan starting XI Zidane.

Banyak yang mempertanyakan kenapa Kroos dan Ferland Mendy tak main sejak awal. Mengapa Zidane lebih memilih Isco dan Marcelo yang performanya sedang di bawah rata-rata pada laga seberat itu.

Statistik mencatat, pada 29 pertandingan saat Mendy bermain, Madrid meraih 20 kemenangan dan sembilan imbang. Sementara, 28 kali Marcelo main sejak menit awal, Madrid cuma menang 16 kali dan menderita sembilan kekalahan. Terbukti juga, Marcelo membuat tekel yang tak perlu dan menyebabkan penalti ketiga terjadi.

Isco juga melempem dengan catatan satu tembakan dan satu umpan kunci selama 82 menit berada di atas lapangan.

"Tidak ada penjelasan untuk pertandingan ini. Mereka semua pemain-pemain Real Madrid dan itu mengapa saya memilihnya dalam starting eleven," ujar Zidane.

Well, Zidane memang belum kehilangan kepercayaan dari fans dan manajemen Real Madrid. Respek dari para pemainnya pun belum hilang meski ia kerap salah langkah. Karismanya sebagai legenda menutupi buruk rupanya Zidane di musim ini.

Namun, dengan pemain yang itu-itu saja, Zidane punya pekerjaan yang amat berat untuk mengembalikan penampilan Madrid.