Ruben Dias: Bek Tangguh, Pemimpin Hebat

Ilustrasi: Arif Utama.

Ruben Dias adalah bek muda dengan kemampuan komplet. Ia tak hanya kokoh dalam bertahan, tetapi juga mampu memimpin rekan-rekannya dengan baik.

Apa yang membuat seorang pemain menjadi begitu penting dan sulit untuk digantikan? Apakah karena kemampuannya atau karena karismanya?

Kalau jawabannya adalah keduanya, celakalah klub yang kehilangan si pemain itu. Meski keberadaannya tidak sedikit, pemain seperti itu tidak ada di setiap klub.

Virgil van Dijk di Liverpool adalah salah satunya. Tidak sekadar kokoh, Van Dijk juga punya presence (hawa kehadiran) yang kuat. Hanya melihatnya saja, kamu langsung tahu bahwa lawan Liverpool punya tugas berat malam ini.

Ia lantas melipatgandakannya dengan kemampuan yang memang tidak bisa dianggap enteng. Van Dijk adalah karang, pengumpan yang jitu, sekaligus pemberi komando yang membuat segala sesuatunya begitu terarah.

Ada banyak hal yang membuat Liverpool melempem pada pertengahan musim 2020/21 dan cedera Van Dijk adalah salah satunya. Bukan cuma karena kehilangan pemimpin di lini belakang, The Reds juga kehilangan pemain yang bisa memberikan umpan panjang dari lini belakang [Baca: Setumpuk Masalah Liverpool].

Dahulu, Manchester City juga memiliki sosok dengan arketipe serupa pada diri Vincent Kompany. Bukan cuma bek yang bisa bertahan dengan baik, Kompany juga adalah pemimpin sekaligus pemberi komando yang vokal.

Tidak jarang pula Kompany menjadi pembeda lewat gol-gol yang ia cetak. Maka, ketika Kompany pergi, City sesungguhnya kehilangan sosok yang bisa mengawal dan memimpin lini belakang dengan sama baiknya.

Bicara soal kemampuan, City sebetulnya tidak kekurangan stok. Namun, bicara soal karisma dan kemampuan untuk memberikan rasa aman di lini belakang, belum ada yang bisa menggantikan Kompany. Wajar kalau City gelagapan.

Aymeric Laporte dan John Stones yang diharapkan untuk menjadi pengganti malah lebih sering berkutat dengan cedera. Alhasil, Pep Guardiola lebih sering memainkan Nicolas Otamendi dan Fernandinho sebagai duet bek tengah.

Hasilnya pun mengecewakan. City kebobolan 35 gol di Premier League 2019/20. Tentunya, ini bukan jumlah yang buruk kalau melihat jumlah pertandingan dalam semusim cuma 38. Namun, kalau membandingkan dengan musim sebelumnya (City cuma kebobolan 23 gol dalam perjalanan menuju takhta juara), kebobolan 35 gol jelas penurunan.

Begitu musim panas datang, City langsung berburu bek. Namun, mereka tidak bisa asal sembarang membidik bek.

***

Namanya Kalidou Koulibaly. Ia sudah membangun reputasi sebagai salah satu bek terbaik di Serie A karena piawai dalam bertahan dan bisa memberikan komando kepada rekan-rekannya.

Salah satu adegan Koulibaly meminta seorang teman setimnya untuk menutup ruang— sementara dia sendiri menantang lawan yang membawa bola satu lawan satu— menjadi salah satu video yang cukup merepresentasikan dirinya.

Namun, dengan kemampuan seperti itu, Koulibaly jelas tidak tersedia dengan harga murah. Tawaran City di angka 60 juta euro plus bonus tak diterima oleh Napoli.

Bagi Napoli, harga Koulibaly ada di kisaran 80 juta euro. Satu-satunya cara City mendapatkan Koulibaly, menurut kubu Partenopei, adalah dengan membayarnya sesuai dengan harga yang mereka minta. City pun mundur.

Keseriusan City membenahi lini belakang terlihat dengan keputusan mereka untuk membeli Nathan Ake. Namun, Ake bukanlah sosok yang mereka harapkan untuk memimpin lini belakang dari satu pekan ke pekan berikutnya. Koulibaly-lah sosok itu.

Ketika Koulibaly terlalu sulit untuk dijangkau, Director of Football City, Txiki Begiristain, bertindak. Begiristain punya wewenang untuk mencarikan pemain yang sesuai dengan skema dan kebutuhan City. Oleh karena itu, ia tidak bisa sembarangan.

Pilihan akhirnya jatuh kepada pemain muda berusia 23 tahun, Ruben dos Santos Gato Alves Dias. Kita mengenalnya dengan nama yang lebih pendek: Ruben Dias.

Tiga musim karier profesional pertamanya ia habiskan untuk Benfica, klub yang juga mendidiknya sedari junior. Ia punya talenta, tetapi belum membuktikannya saja di level teratas. Maka, begitu City mendapatkannya dengan harga 68 juta euro, ada perjudian yang mereka lakukan.

Pada akhirnya, waktu menjawab bahwa Begiristain tidak asal berjudi; ia mengkalkulasikannya dengan tepat. Dias terbukti menjadi salah satu pembelian terbaik City dalam beberapa musim terakhir— Sky Sports bahkan berani menyebutnya sebagai pembelian terbaik Premier League musim 2020/21.

Guardiola puas. Ketika mendapatkan pertanyaan soal performa Dias, dia hanya bisa tersenyum dan banyak-banyak berterima kasih kepada Begiristain.

***

Sejak usia 11 tahun, Dias sudah mengenyam pendidikan di akademi Benfica. Namun, ia baru menembus skuad utama Benfica pada musim 2017/18. Kala itu, Dias bersanding dengan bek-bek senior Benfica seperti Jardel dan Luisao.

Catatanya pada musim perdana sangat mengagumkan. Pemain kelahiran Amadora Portugal tersebut bisa membuat rata-rata 1,1 tekel dan 1,3 intersep dalam 24 penampilan di kompetisi domestik. Rata-rata sapuan per laga yang dilakukan Dias juga cukup tinggi yakni tiga, cuma kalah dari Jardel dan Luisao.

Sayang, Dias gagal membawa Benfica menjadi kampiun Primeira Liga. Meski demikian, ia masih mampu menyabet gelar pemain muda terbaik di musim tersebut. Pencapaian itu sudah cukup untuk menjadi pengakuan atas kemampuannya.

Semusim berselang, Dias kembali menjadi pilihan utama Benfica. Kepercayaan itu ia bayar dengan baik; The Eagles ia bawa menjadi kampiun liga.

Betapa berpengaruhnya Dias atas pencapaian Benfica musim itu bisa dilihat dari jumlah penampilannya. Ia cuma absen dua kali pada kompetisi domestik pada 2018/19. Benfica ia finis di posisi teratas dengan 87 angka, unggul dua angka atas FC Porto yang berada di tempat kedua.

Dias memang memiliki kriteria yang pas untuk menjadi seorang bek tengah. Selain tenang, ia juga berani dalam mengambil risiko. Hal tersebut yang membuatnya tak ragu bermain dengan keras.

Tubuhnya yang atletis juga membuatnya gampang mengantisipasi bola atas, sesuatu yang menjadi modal penting ketika berhadapan dengan lawan yang doyan mengirim umpan lambung. Dias juga cukup cermat membaca permainan lawan. Oleh karena itu, dirinya bisa mengantisipasi lawan yang punya kecepatan.

Tak cuma soal bertahan, Dias juga piawai mendistribusikan bola. Atribut ini yang membuat City kepincut untuk mendatangkan pemain kelahiran 14 Mei 1997 tersebut.

"Kemampuan dan pemahamannya tentang permainan luar biasa. Dia mau belajar dan kami semua terkesan dengan fisik serta pemikirannya," ucap Guardiola.

Satu hal lain yang membuat Dias semakin apik adalah kemampuan berkomunikasi dan jiwa kepemimpinannya. Tak jarang Dias melakukan tos dan memeluk John Stones setelah rekannya itu sukses menyapu bola.

Soal jiwa kepemimpinan ini, Joao Cancelo punya cerita. Menurut Cancelo, Dias yang merupakan pemain baru mampu membakar semangat rekan-rekan lain di atas lapangan maupun kamar ganti.

"Dias datang dan kemampuan bahasa Inggris-nya sudah sangat sempurna. Rekan setimnya kagum dengan kepemimpinan yang dia miliki di atas lapangan maupun ruang ganti. Ketika di Benfica dulu, pelatih mengatakan Dias terlahir sebagai seorang pemimpin," ujar Cancelo.

Pujian-pujian datang untuk Dias pada musim perdananya di Premier League. Tak mengherankan, memang, karena Dias mampu menambal lubang-lubang yang ada di pertahanan City.

Dalam 25 laga pada musim 2020/21, gawang Man City baru kebobolan sebanyak 15 kali di pentas Premier League. Salah satu kunci keberhasilan adalah padunya Dias dan Stones. Kedua bek itu sama-sama kuat dalam bola atas dan bisa mengatasi kecepatan lawan. Komunikasi keduanya juga berjalan dengan baik.

Kalau kemudian Sky melabelinya sedini mungkin sebagai “pembelian terbaik di Premier League 2020/21”, rasa-rasanya sulit untuk membantahnya.