Sang Pengatur

Foto: Twitter @ManUtd

Baru latihan sekali saja United sudah mengalami perubahan signifikan bersama Ralf Rangnick. Bagaimana kalau aturan-aturan pria Jerman itu makin banyak diterapkan? Akan sehebat apa United?

Ralf Rangnick adalah seorang pengatur. Saat menangani Stuttgart dulu, Rangnick bahkan mengatur mobil apa yang boleh dipakai para pemainnya. Iya, ia segila itu. Rangnick akan mengatur apa saja, mulai dari dalam hingga luar lapangan.

Di RB Leipzig, misalnya, ia menuntut harus ada kamera di tiap sudut kamp latihan. Ia juga meminta ada stopwatch dan menerapkan aturan delapan detik: Aturan di mana pemainnya harus bisa merebut bola dalam kurun waktu delapan detik dari lawannya. Bahkan ada rumor bahwa Rangnick pernah mengatur gaya rambut kesebelasan yang ia latih.

Pria berusia 63 tahun itu, seperti ditulis Marini Saragih, memang seperti jenderal dengan tongkat komando di tangan. Rangnick selalu ingin menguasai setiap jengkal tanah yang dipijak. Karenanya, meski baru sehari menjalani latihan penuh, Rangnick sudah membuat Manchester United bermain sesuai keinginannya.

Di laga vs Crystal Palace akhir pekan kemarin, United terlihat berbeda ketimbang United yang kita lihat sebelumnya. Pressing mereka lebih tinggi dan intens, garis pertahanan jauh lebih tinggi, dan shape mereka pun berubah. Dan perubahan itu membawa hasil positif. 'Iblis Merah' menang 1-0 dan mengakhiri laga tanpa kebobolan.

Pressing Adalah Kunci

Pada laga vs Palace itu, FBref mencatat United melakukan 150 pressing dengan persentase keberhasilan sebesar 36,7% sepanjang laga. Di musim ini, hanya ada empat laga di mana United melakukan lebih dari 150 pressing sepanjang laga. Empat laga itu adalah vs Leeds United, vs Tottenham, vs Manchester City, dan vs Chelsea.

Ada alasan mengapa di empat laga itu United melakukan banyak pressing. Alasannya adalah karena mereka inferior dalam hal penguasaan bola. Tim yang inferior soal penguasaan bola sejatinya memang akan melakukan pressing lebih sering untuk merebut bola dari lawan. Namun, apa yang kita saksikan di laga vs Palace berbeda.

Pada laga itu, United adalah kubu yang superior. Mereka mencatatkan 61% penguasaan bola sepanjang laga. Dari sini sudah terlihat ada perubahan. Belum lagi jika kita berbicara soal persentase keberhasilannya. Angka 36,7% yang dicatatkan di laga vs Palace jadi catatan terbaik United musim ini dalam hal pressing. Sekali lagi, terbaik.

Bayangkan saja, sejak pekan pertama sampai pertandingan ke-14 Premier League, persentase keberhasilan pressing United tak pernah lebih dari 36,2%. Rangnick, di laga pertamanya (dan dengan latihan yang cuma satu hari itu) langsung bisa membuat pressing United jadi lebih efektif.

Pada laga vs Palace itu pula, 76% dari total pressing United (150) tercipta di area tengah dan sepertiga akhir lawan. Artinya pressing memang sudah tinggi. Sudah khas Rangnick. Kita tahu bahwa di tim-tim sebelumnya, Rangnick memang mengedepankan pressing tinggi dan intens.

Saat menangani RB Leipzig pada musim 2018/19, Rangnick membuat timnya mencatatkan rerata persentase pressing sukses sebesar 32,3%. Dari 34 laga di Bundesliga musim itu, tercatat cuma lima kali Leipzig mencatatkan persentase pressing sukses di bawah 30%. Pressing memang sudah jadi senjata mereka.

Tentu saja, pada musim itu, pressing Leipzig tak cuma intens, tapi juga tinggi. 72% dari total pressing mereka terjadi di area tengah dan sepertiga akhir lawan. Jelas kalau United pun bisa dibikin seperti ini sama Rangnick--mengingat kita sudah melihat seperti apa laga pertamanya.

Rangnick harusnya bisa meningkatkan persentase pressing sukses United yang sejauh ini angka reratanya hanya 27,7%. Selain itu, dari total pressing United musim ini, baru 68% yang terjadi di tengah atau sepertiga akhir area lawan. Rangnick harusnya juga bisa membuatnya lebih tinggi, lebih mengancam lawan.

Shape 4-2-2

Pressing tinggi dan intens yang dilakukan Rangnick di laga pertamanya berjalan baik lewat pola 4-2-2-2. Kebetulan, ini memang pola kegemaran Rangnick. Pola ini pula yang mampu mengantarkan RB Leipzig jadi mesin pressing mengerikan di Bundesliga.

Lewat pola 4-2-2-2, United akan lebih leluasa untuk mengepung lawan. Kenapa? Karena ketiadaan pemain sayap membuat tidak adanya pemain kanan dan pemain kiri. Dua gelandang bertahan dan dua gelandang serang semua berada di tengah dan half-space.

Ini membuat mereka bisa lebih fleksibel bergerak ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya pun berbarengan. Jika bola sedang dikuasai pemain Palace di area kanan lapangan mereka, maka dua gelandang bertahan dan dua gelandang serang akan mendekati area tersebut. Begitu pula dengan dua penyerang.

Foto: MolaTV

Dengan begitu, para pemain United bisa melakukan overload di area lawan yang sedang menguasai bola. Opsi untuk merebut bola secepat mungkin pun jadi sangat besar. Ketika pun lawan berhasil melewati pressing tersebut, formasi 4-2-2-2 menawarkan fleksibilitas lain.

Saat lawan sudah masuk ke area pertahanan United, shape akan berubah menjadi 4-4-2. Formasi 4-4-2-nya pun tak biasa. Ini adalah 4-4-2 yang compact, narrow, dan dipadukan dengan pressing intens. Jarak antarlini yang rapat membuat United bisa mempersempit area bermain lawan.

Foto: Mola TV

Pertahanan United Bisa Lebih Baik

Pressing dan shape 4-2-2-2 itu juga bisa kita lihat sisi positifnya dari hasil akhir di lapangan. United menang dan, lebih dari itu, mereka juga nirbobol. Ini adalah kali pertama gawang David De Gea tak dibobol lawan di ajang Premier League setelah terakhir kali tercipta di laga vs Tottenham pada akhir Oktober lalu.

Tak cuma itu. Di laga pertama bersama Rangnick ini, angka ekspektasi kebobolan (xGA) United juga cuma 0,9. Palace cuma melepaskan tembakan ke gawang sebanyak dua kali. Secara total mereka juga cuma menembak delapan kali. Padahal, sebelum laga ini, rata-rata lawan melepas 14 tembakan tiap kali berhadapan dengan United.

Jika terus konsisten seperti ini, United bisa masuk ke jajaran Manchester City, Liverpool, atau Chelsea sebagai tim yang sulit dibobol karena menerapkan pressing dan mengorganisasi struktur pertahanan dengan baik. Rangnick punya bekal yang bagus buat melakukannya. Dan jika sudah konsisten seperti itu, United baru boleh bermimpi untuk naik level.

Rangnick Harus Mempertajam Serangan

Sekarang mari berbicara soal fase menyerang, shape 4-2-2-2 juga membuat jarak antarpemain rapat. Ini membuat aliran bola United bisa lebih cair. Pemain juga jadi lebih cepat memindahkan bola dari sisi satu ke sisi yang lain. Statistik, lagi-lagi, jadi buktinya.

Momen saat United switch-play. Foto: Mola TV

Catatan 15 umpan kunci, 13 umpan ke kotak penalti lawan, dan 50 umpan ke sepertiga akhir area lawan adalah angka yang dicatat United pada laga vs Palce. Itu jelas catatan yang bagus. Jika menengok histori musim ini, angka-angka tersebut masuk di dalam lima besar untuk masing-masing kategori.

Namun, United bukan tanpa cela di sini. Para pemain, terutama pemain depan, masih sering tabrakan posisi. Ini menyebabkan serangan United kerap mandek, terutama ketika mereka melancarkan transisi cepat dari bertahan ke menyerang. Karena di fase itu, mereka memang membutuhkan penempatan posisi yang bagus.

Selain itu, Rangnick juga harus meningkatkan kreativitas timnya. Sebab, jika berkaca dari laga vs Palace, kreativitas mereka masih terlalu bertumpu pada Bruno Fernandes. Padahal ada Jadon Sancho atau bahkan Marcus Rashford yang juga bisa jadi alternatif. Terlebih, di musim ini, United cuma punya rerata expected assist (xA) 1,01 per 90 menit. Bandingkan, misalnya, dengan City yang punya xA 1,53 per 90 menit.

Mengingat di laga kemarin, sekali lagi, United baru latihan sekali, Rangnick harusnya bisa menyelesaikan PR soal serangan ini. Sebab, kita tahu kualitas lini depan United pun tidak sepele. Jika diberi sistem yang jelas, yang bisa memaksimalkan potensi seluruh pemainnya, lini depan United akan jadi salah satu yang paling mengerikan di Inggris.

***

Rangnick adalah seorang pengatur. Dengan aturan yang ia buat di latihan perdana saja United langsung terlihat lebih baik. Berkembang dari apa yang kita lihat sejauh musim ini berjalan. Dengan aturan-aturan yang akan semakin banyak ia terapkan seiring berjalannya waktu, bukan tak mungkin kalau United akan makin baik. Akan kembali ke jalur yang benar.

Kalaupun ternyata tidak--ternyata mereka masih inkonsisten--apa yang diperlihatkan dan apa yang akan dibangun Rangnick jelas bisa jadi pondasi yang bagus buat manajer berikutnya. Bahwa sudah ada identitas tentang cara bermain. Bahwa United ini memang punya peluang untuk dibawa ke jalan yang lebih baik. Untuk bisa naik tingkat.